Sistem Dokumentasi
1. Dokumentasi secara manual
Pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus
menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan
banyak waktu untuk mengisinya. Permasalahan yang lain sering muncul adalah
biaya pencetakan form mahal sehingga form pendokumentasian sering tidak
tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai
kelemahan yang sering hilang. Pendokumentasian yang berupa
lembaran-lembaran kertas sering terselip.
2. Dokumentasi secara elektronik
Komputerisasi bukan hanya membantu dalam dokumentasi keperawatan, tetapu
digunakan juga untuk sistem informasi manajemen rumah sakit. Perawat
mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi termasuk dokumentasinya.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti akuntabilitas tentang apa yang telah
dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Pendokumentasian yang
benar merupakan bukti secara profesional dan legal yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi keperawatan yang terkomputerisasi dibuat dalam rangka
memudahkan dan mempercepat pendokumentasian asuhan keperawtaan yang
dibuat. Pencatatan dan pelaporan menjadi lebih akurat, lebih lengkap, lebih
menghemat waktu dan perawat akan lebih sering berada di samping pasien.
Pelaporan
Tujuan → menyampaikan informasi spesifik pada seseorang ataupun kelompok orang.
Laporan harus singkat yang mencakup informasi yang berhubungan, tetapi bukan detail
yang tidak berhubungan.
a. Laporan pergantian shift → laporan yang diberikan kepada semua perawat pada
shift berikutnya
b. Laporan lewat telepon → biasanya nama pasien dan diagnosis medis,
perubahan dalam pengkajian keperawatan, TTV yang berhubungan dengan
pemeriksaan fisik dasar, data laboratorium yang signifikan, dan intervensi
keperawatan yang berhubungan. Perawat harus menyiapkan catatan pasien
untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada dokter.
c. Instruksi lewat telepon → ketika dokter memberikan instruksi, tulis dan ulangi
kembali instruksi tersebut kepada dokter untuk memastikan akurasi dari instruksi
tersebut; tanyakan kepada dokter setiap instruksi yang ambigu, tidak lazim
(apabila ada instruksi dosis obat yang sangat tinggi), atau bila ada kontra indikasi
dengan kondisi pasien tersebut; tuliskan instruksi pada lembar instruksi dokter,
yang menunjukan instruksi sebagai instruksi verbal atau instruksi telepon;
setelah instruksi dituliskan pada lembar instruksi dokter, instruksi harus
ditandatangai oleh dokter dalam periode waktu yang diatur dalam kebijakan
instansi (biasanya rumah sakit mengharuskan dalam waktu 24 jam).
Proses Implementasi Keperawatan
Merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang
akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan
keperawatan.
1. Intervensi mandiri (independent intervention) → perawat diizinkan untuk
meresepkan, melakukan atau mendelegasikan intervensi berdasarkan pada
pengetahuan dan keterampilan perawat.
2. Intervensi ketergantungan (dependent intervention) → intervensi diresepkan oleh
dokter dan dilakukan oleh perawat.
3. Intervensi saling ketergantungan (interdependent intervention) → dilakukan
secara berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain.
Protokol → rencana tertulis yang menguraikan prosedur yang harus diikuti selama
perawatan klien dengan kondisi atau situasi klinis tertentu, seperti perawatan klien
pasca operatif.
Standing order → bentuk intervensi yang disahkan dan ditandatangai oleh dokter yang
bertanggung jawab dalam perawatan sebelum perawatan tersebut diimplementasikan.
Standar Intelektual
1. Rasional dan memiliki yang tepat
2. Berpikir kritis dilakukan jika ada alasan yang tepat dan rasional suatu keadaan,
bukan karena dugaan tertentu
3. Refleks berpikir kritis dilakukan dengan fokus kepada masalah dan
mengumpulkan data yang sesuai
4. Menyelidiki ketika berpikir kritis kita harus mengkaji masalah secara menyeluruh
5. Otonomi, berpikir pengambilan keputusan dalam berpikir kritis dilakukan oleh
pemikiran diri sendiri tanpa pengaruh dari orang lain
6. Kreatif, orang yang berpikir kritis harus kreatif dalam membuat ide dan
keputusan berdasarkan teori untuk menyelesaikan masalah
7. Terbuka, berpikir kritis dilakukan dengan mengkaji kembali alasan-alasan orang
lain yang telah digunakan dalam pengambilan keputusan dengan cara terbuka
8. Mengevaluasi, berpikir kritis dilakukan dengan mengevaluasi kembali suatu
penilaian atau keputusan terhadap suatu masalah
Standar Profesional
Merupakan suatu standar yang digunakan oleh suatu profesi dalam menjalankan
tugasnya.
1. Pengalaman, dapat memberikan suatu sarana untuk menguji pengetahuan
perawat
2. Dasar pengetahuan khusus, informasi dan teori dari ilmu pengetahuan
keperawatan untuk menyelesaikan masalah dalam keperawatan
3. Kompetensi berpikir kritis, suatu proses kognitif yang digunakan oleh perawat
untuk membuat penilaian keperawatan
4. Sikap untuk berpikir kritis, tanggung gugat, mengambil risiko, berpikir mandiri,
kerendahan hati, kreativitas dan ketekunan
5. Standar profesional berpikir kritis, mengarah pada kriteria etik untuk penilaian
dalam keperawatan dan kriteria dalam tanggung jawab dan tanggung gugat
profesional. Dalam penerapan standar ini mewajibkan perawat menggunakan
kemampuan berpikir kritis untuk kebaikan individu dan kelompok.
Metode Implementasi
1. Membantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, hal ini mencakup ambulasi,
makan, berpakaian, menyikat gigi, berhias, dll.
2. Konseling, metode implementasi yang membantu klien menggunakan proses
pemecahan masalah untuk mengenali dan menangani stress yang memudahkan
hubungan initerpersonal antara klien, keluarganya, dan tim perawatan
kesehatan. Hal ini bertujuan untuk membantu klien menerima perubahan yang
akan terjadi akibat stres dengan diberi dukungan emosional, intelektual, spiritual,
dan psikologis.
3. Penyuluhan, metode implementasi yang digunakan untuk menyajikan prinsip
prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan kesehatan untuk klien guna
menginformasikan klien tentang status kesehatannya.
4. Memberikan asuhan keperawatan langsung, untuk mencapai tujuan terapeutik
klien, perawat melakukan intervensi untuk mengurangi reaksi yang merugikan
dengan menggunakan tindakan pencegahan dan preventif dalam memberikan
asuhan.
5. Mengimplementasikan intervensi keperawatan, perawat memilih keperawatan
berikut metode untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan :
- Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
- Mengonsulkan dan menyuluh klien dan keluarganya
- Memberi asuhan keperawatan langsung
- Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staff lainnya
Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak
tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Tahapan ini perawat melakukan tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan.
1. Membandingkan respon klien dengan kriteria
2. Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi
3. Memodifikasi rencana asuhan
4. Syarat dokumentasi keperawatan
Tahapan Evaluasi
1. Mengumpulkan data evaluatif, data evaluasi harus dikumpulkan dalam periode
tertentu untuk menentukan adanya perubahan atau perbaikan.
2. Interpretasi dan menyimpulkan temuan, perawat membuat penilaian tentang
kondisi pasien sesuai temuan data yang diperoleh. Saat menginterpretasikan
temuan, perawat membandingkan respon, gejala dan tanda yang diharapkan
dengan temuan di lapangan/data klien.
3. Modifikasi rencana keperawatan, dilakukan jika hasil evaluasi kita ada temuan
data baru yang mendukung timbulnya masalah keperawatan baru. Dalam hal ini
perawat melakukan revisi, baik penghentian maupun modifikasi rencana asuhan
menggunakan proses berpikir secara kritis yang sesuai dengan acuan yang
dipakai.
Perumusan Evaluasi
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S → subject, informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.
O → object, informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran
yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A → assessment, membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan.
P – planning, rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.