Apa yang dilakukan oleh seorang perawat apabila terjadi kecelakaan kerja di tempat
kerja? Jelaskan!
Jawab:
Perawat sangat berperan penting dalam K3 di tempat kerja. Jika terjadi kecelakaan
kerja, maka perawat harus memberikan pelayanan Primary Nursing Care untuk
korban kecelakaan kerja berdasarkan petunjuk-petunjuk kesehatan yang ada.
Jika terjadi kecelakaan kerja, maka perawat juga memiliki tugas secara periodik untuk
meninjau kembali program-program dan aktivitas perawatan lainnya untuk kelayakan
dan memenuhi kebutuhan secara efisiensi.
Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit, klinik atau ke
kantor dokter untuk mendapatkan perawatan/pengobatan lebih lanjut.
Melakukan referral kesehatan dan perencanaan kelanjutan perawatan dan follow up
dengan rumah sakit atau klinik yang ada.
Jika terjadi kecelakaan kerja, maka perawat harus mengvaluasi dan memperbarui
policy dan prosedur servis perawatan.
Jika penyebab dari terjadinya kecelakaan kerja adalah karyawan, maka perawat
bertugas memberikan nasihat pada tenaga kerja yang mendapatkan kesukaran serta
menjadi perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun
personal.
Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik, dan memberikan
motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan demi mencegah terjadinya
kecelakaan kerja berulang.
Mengevaluasi kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan
menetapkan program Health Promotion, Maintnance and Restoration.
Melakukan kerja sama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja yang terus-
menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang dapat
membahayakan kesehatannya.
Rusli, Patimah. 2017. Fungsi Perawat dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
diakses dalam
http://www.academia.edu/10189223/Fungsi_Perawat_dalam_Kesehatan_dan_Kesela
matan_Kerja. 14 Januari 2020.
2. Bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja harus dikendalikan dengan baik, menurut
Saudara bagaimana cara mengendalikan bahaya di lingkungan kerja ruang perawatan di
rumah sakit? Jelaskan dan berikan 1 contohnya!
Jawab:
Instalasi Rawat Inap harus memiliki pemahaman akan pentingnya keamanan kerja di
Instalasi Rawat Inap. Hal ini mutlak perlu diperhatikan karena mempunyai dampak
kesehatan langsung bagi petugas dan dampak tidak langsung terhadap
masyarakat/lingkungan disekitar Instalasi Rawat Inap. Oleh karena itu pentingnya
keamanan kerja yang sesuai dengan Pedoman keamanan Instalasi Rawat Inap
mikrobiologi dan biomedis yang sesuai dengan tandart DepKes RI :
Ruangan di Instalasi Rawat Inap:
a. Seluruh ruangan dalam Instalasi Rawat Inap mudah dibersihkan
b. Permukaan meja kerja tidak tembus air. Juga tahan asam, alkali larutan 6°lytec dan
panas yang sedang
c. Perabot yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat
d. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
e. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan Instalasi Rawat Inap
f. Penerangan Instalasi Rawat Inap sudah cukup memenuhi standart
g. Permukaan dinding, langit-langit dan lantai harus rata agar mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan serta tahan terhadap desifektan.
h. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dekat pintu keluar
i. Pintu Instalasi Rawat Inap dilengkapi pintu otomatis dan diberi label BAHAYA
mengurangi bahaya yang terjadi, Instalasi Rawat Inap harus mempunyai sarana
https://bulelengkab.go.id/assets/instansikab/101/bankdata/program-k3-untuk-rawat-
inap-rumah-sakit-69.pdf
Ramdan, I., & Rahman, A. (2017). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) pada Perawat. JKP-Volume 5 Nomor 3, 229-233.
3. Perawat menjadi ujung tombak terlaksananya program K3RS, apa yang harus saudara
lakukan untuk mewujudkan program tersebut? Jelaskan!
Jawab:
Perawat adalah salah satu tenaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi dengan
pasien yang intensitasnya paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Perawat
sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit (40- 60%)
dan dimana pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan memiliki peran kunci dalam mewujudkan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di Rumah Sakit (Depkes, 2007 dalam Putri, Sentya, dkk, 2018).
Direkomendasikan kepada perawat untuk bersikap positif terhadap prosedur
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam bentuk mendukung/ menyetujui
segala program K3 khususnya untuk pencegahan kecelakaan kerja maka diusahakan
adanya sikap yang pro aktif untuk mengaplikasikan ilmu baru tentang pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja. Semakin pro aktif mengaplikasikan ilmu baru maka
akan semakin bersikap positif tentang pelaksanaan K3 sehingga akan mengurangi
kejadian kecelakaan kerja.
Direkomendasikan kepada perawat untuk mengikuti pelatihan dan mengaplikasikan
ilmu yang didapat dalam melaksanakan tugas yang mengacu pada prosedur K3 terutama
untuk pencegahan kejadian kecelakaan kerja. Atas rekomendasi tersebut perlu
dilaksanakan pelatihan K3 oleh komite K3RS yang lengkap dan secara berkala bagi
seluruh perawat agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
sesuai prosedur. Perlu dilaksanakan pelatihan K3RS secara berkala, komprehensif dan
merata pada seluruh perawat yang bertugas di Rumah Sakit.
Direkomendasikan supaya perawat dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja
maka diupayakan media sosialisasi untuk memberikan promosi K3 yang mudah diakses
seluruh perawat sehingga promosi K3 dapat terlaksana dengan baik. Atas dasar
rekomendasi diatas maka perlu adanya pemanfaatan media sosialisasi oleh bagian
Komite K3RS yang berisi tentang prosedur K3 terutama untuk pencegahan kejadian
kecelakaan kerja. Untuk itu maka diperlukan media sosialisasi seperti whatsapp yang
dapat di akses dengan mudah oleh perawat tentang informasi pelaksanaan K3, sehingga
efisien dan efektif dalam menyampaikan promosi K3. Media sosial tersebut dapat
mengakomodir kebutuhan informasi, ilmu baru, praktik terbaik tentang penanggulangan
kecelakaan kerja yang dikelola oleh Komite K3RS.
Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan,
maka fungsinya adalah :
a. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan
b. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan
kerja.
c. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan.
d. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
e. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah disetujui.
f. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindaklanjuti
sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
g. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
h. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai kemampuan
yang ada.
i. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
j. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai
salah satu dari segi kegiatannya.
k. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
l. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
m. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
n. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
o. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
p. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
q. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha
perawatan hiperkes.
4. Apabila ada seorang perawat tidak memakai APD pada saat melaksanakan tindakan
keperawatan, apa yang Saudara lakukan? Jelaskan!
Jawab:
Jika mengetahui ada seorang perawat tidak menggunakan APD saat melakukan
tindakan keperawatan, yang akan saya lakukan adalah menegurnya agar perawat tersebut
tidak mengalami kecelakaan kerja atau terkena penyakit/infeksi akibat kerja.
Salah satu dari kewaspadaan standard adalah penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD). Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi diri sendiri yang dalam hal ini
merupakan petugas kesehatan dan juga untuk melindungi pasien dari invasi mikroba
patogen. APD yang sering dijumpai di RS antara lain berupa sarung tangan, masker,
google (kacamata pelindung), face shield (pelindung wajah), dan juga jubah. APD ini
digunakan sesuai indikasinya dari tiaptiap jenis APD (Kemenkes RI, 2017 dalam
Nurmalia, 2019). Setiap ruang di rumah sakit sudah dilengkapi dengan Standar Prosedur
Operasional (SOP) terkait penggunaan APD.
Penggunaan APD yang paling banyak ditemukan kekeliruannya adalah
penggunaan sarung tangan. Kesalahan perawat dalam menggunakan sarung tangan antara
lain, menggunakan sarung tangan bersih untuk tindakan keperawatan yang membutuhkan
sarung tangan steril, dan juga menggunakan sarung tangan untuk tindakan yang tidak
membutuhkan sarung tangan karena tidak berisiko untuk terkena darah dan cairan tubuh
(WHO, 2015 dalam Nurmalia, 2019). Tindakan tersebut misalnya adalah membagikan
obat oral, melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan juga memberikan injeksi
melalui selang infus (intravena). Apalagi perawat hanya menggunakan satu pasang
sarung tangan untuk banyak pasien tanpa melakukan cuci tangan atau disinfeksi
setelahnya. Urban (2016) dalam Nurmalia (2019) menjelaskan bahwa hal tersebut jika
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kontaminasi silang.
Sosialisasi perlu ditingkatkan sehubungan dengan adanya masalah terkait
penggunaan APD. Sosialisasi SOP penggunaan APD yang tepat bagi perawat terbukti
dapat meningkatkan kesadaran perawat akan penggunaan APD yang tepat, sehingga
dapat meminimalisir angka kejadian infeksi baik dari perawat ke pasien maupun
sebaliknya (Nurmalia, 2019).
http://elsye.staff.umy.ac.id/identifikasi-inciden-keselamatan-pasien-dan-sistem-
pelaporan/
https://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-
rumah-sakit/
Zees, R. F., Zulfiayu, & Aswad, A. (2018). Modul Manajemen Patient Safety.
Gorontalo: Poltekkes Kemenkes Gorontalo.
6. Kecelakaan kerja di ruang perawatan juga sering kali terjadi. Menurut Saudara
bagaimana cara mengendalikannya? Jelaskan!
Jawab:
Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan.
a. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan standar dan
kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet atau udara) sesuai
dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
c. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak
langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi perawatan intensif,
ruang rawat anak, ruang bayi.
d. Semua petugas harus menggunakan apron, penutup kepala dan pelindung kaki
(sandal/sepatu boot), sebelum masuk ruangan yang berpenyakit menular. Termasuk harus
harus mengenakan APD tersebut hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi atau
penularan.
https://bulelengkab.go.id/assets/instansikab/101/bankdata/program-k3-untuk-rawat-
inap-rumah-sakit-69.pdf