Penyusun
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tugas makalah K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja)
dengan materi Pencegahan Penyakit Akibat Kerja pada Perawat oleh mahasiswa Pendidikan
Profesi Ners dapat selesai dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk dijadikan pedoman belajar bagi mahasiswa Program
Pendidikan Profesi Ners Surabaya agar mudah mempelajari mata kuliah K3 dan pada
akhirnya mampu memahami materi pembahasan dengan baik.
1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja
2. Konsep Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
3. Penyebab Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
4. Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja pada Perawat
Ucapan terima kasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami
sampaikan kepada seluruh staff pengajar Mata Kuliah K3 Program Pendidikan Profesi Ners
Poltekkes Surabaya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran selalu kami harapkan, semoga Modul ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Poltekkes Surabaya dan pihak-pihak yang
membutuhkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau
psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab
yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan
individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan
(Salawati, Liza, 2015). Seorang perawat yang tiap harinya berinterkasi dengan pasien suspect
penyakit tertentu, tidak tertutup kemungkinan jika perawat tersebut tertular penyakit
pasiennya. Kemudian ketika dia berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, maka dapat
terjadi
kemungkinan jika dia akan menjadi pembawa penyakit atau carier bagi orang-orang
disekitarnya. Jika hal tersebut terjadi, bukan penurunan jumlah penderita penyakit, tetapi
justru akan meningkatkan jumlah penderita penyakit. Selain itu, dapat mengganggu kinerja
perawat dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan di rumah sakit. Oleh karena itu sangat
penting adanya perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi perawat (Iftadi, dkk,
2011).
Menurut Azzahri & Ikhwan (2019), sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh
kelalaian manusia. Selain kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia
mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu
industri. Oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan
dan pencegahan. Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari
bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja. Penegakan diagnosis
spesifik dan sistem pelaporan penyakit akibat kerja penting dilakukan agar dapat mengurangi
dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
manajemen K3RS yang baik dan optimal dalam hal upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit akibat kerja perawat. Upaya ini hendaknya dijalankan baik oleh perawat, kepala
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami upaya pencegahan penyakit akibat kerja perawat.
2. Untuk mengetahui dan memahami upaya pengendalian penyakit akibat kerja perawat.
1.4 Manfaat
2. Diharapkan dapat menjadi sumber rujukan baru dan peningkatan manajemen K3RS
PEMBAHASAN
2. Agen Kimia
Sebagian besar agen kimia dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya pada
manusia orang-orang dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat terjangkit
penyakit dermatitis dan reaksi alergik lainnya terhadap pajama pada agen kimi
tersebut, seperti penggunaan lateks, hydrogen peroksida, merkuri, gas anastesi,
obat-obatan sitotoksik, Aldehid (formaldehid) di kamar mayat, dan glutaraldehid
untuk endoskopi dapat menimbulkan masalah pernafasan.
3. Agen Fisika
Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi dapat
menyebabkan penyakit pada petugas difasilitas pelayan kesehatan seperti
Konjungtivitis akibat pajanan sinar ultraviolet (UV).
Agen fisika seperti suhu panas biasanya didapat pada trowongan bawah tanah
untuk pemasangan pipa dan kabel rumah sakit, fasilitas binatu dan dapur di rumah
sakit. Agen fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi akibat pemajanan pekerja
terhadap ultrasound pada pemecahan batu ginjal. Kemudian radiasi pengion juga
tidak luput terhadap perawat dibagian rontegen, sedangkan radiasi
elektromagnetik bukan pengion sperti laser yang dipakai dibagian bedah,
dermatologi, oftalmologi dan ginekologi juga dapat menimbulkan resiko
kerusakan mata.
Menurut Leavel and Clark (2000), upaya pencegahan penyakit akibat kerja dibagi
menjadi 5 tahap antara lain :
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Meskipun bekerja dalam dunia kesehatan, promosi kesehatan tetap diperlukan
dan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pencegah penyakit
akibat kerja pada petugas medis. Hal tersebut dalam dapat dilakukan berupa
penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja, penyuluhan dalam meningkatkan
gizi, pengembangan diri, tempat kerja yang sehat dan memadai, adanya fasilitas
konsultasi, pemeriksaan kesehatan berkelanjutan, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai.
2. Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan
yang diberikan kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena atau
tertular suatu penyakit.
Perlindungan tersebut dimaksudkan agar kelompok yang beresiko seperti
petugas medis dapat bertahan dari wabah penyakit. Hal yang dimaksud dapat
berupa pemberian vaksin untuk mencegah penyakit – penyakit tertentu, hygiene
perorangan, tersedianya alat pelindung diri (APD) yang lengkap, sanitasi
lingkungan yang baik, serta dilakukannya rotasi atau pembatasan jam kerja
3. Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat (Early Diagnosis and
Prompt Treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat merupakan langkah
pertama ketika seseorang jatuh sakit sehingga dapat segera diidentifikasi dan
secepatnya pula diberikan pengobatan yang tepat.
Upaya yang bisa dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan pra-kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan lingkungan berkala, surveilans,
pengobatan segera bila ditemukan gangguan pekerja, dan pengendalian segera di
tempat kerja.
4. Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)
Yang dimaksud dengan pembatasan kecacatan adalah ketika petugas medis
yang memiliki keluhan tidak melakukan pemeriksaan komplit dan pengobatan
hingga tuntas, dan berefek pada kesehatan dirinya. Hal tersebut dapat dicegah
dengan memeriksa dan mengobati secara komprehensif serta pemberian
pendidikan kesehatan.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan
tahapan yang sifatnya pemulihan. Rehabilitasi dapat berupa rehabilitasi fisik dan
rehabilitasi mental.
Menurut Effendy (2001) upaya pencegahan penyakit akibat kerja adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan Substitusi
Subtitusi merupakan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-
bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon
tetraklorida diganti dengan triklor –etilen.
2. Pengaturan Ventilasi Umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan
kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang batas bagi bahan-
bahan ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Tersedianya Ventilasi Keluar Setempat (Local Exhausers)
Adalah alat yang dapat menghisap udara dari suatu tempat kerja tetentu agar
bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar.
4. Isolasi
Adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang membahayakan ataupun
mengkhususkan pasien dengan penyakit infeksius diruang isolasi.
5. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)
APD adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu yang dijadikan
sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah adanya kontak langsung
antara kontaminan dengan petugas medis.
6. Pemeriksaan Sebelum Bekerja
Merupakan hal ini dapat dilakukan pada penerimaan calon petugas medis
apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja baik secara fisik, psikologis
maupun dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan Secara Berkala
Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk
mengidentifikasi secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.
Jika dilihat berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat
kerja adalah sebagai berikut (Suma’mur,2007) :
2. Agen Biologi
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi
b. Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja
ditempat infeksius dan dilakukan imunisasi
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar.
d. Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
specimen yang benar.
f. Pengolahan limbah yang baik.
g. Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri petugas harus dijaga.
3. Agen Kimia
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Material safety data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui
oleh seluruh petugas medis.
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan
kimia dan terhirupnya aerosol.
c. Menggunakan alat pelindung diri.
4. Agen Fisika
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pengaturan cahaya dan ventilasi serta penyediaan air minum yang cukup.
b. Menggunakan alat pelindung diri
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau
psikososial di tempat kerja.
Menurut Azzahri & Ikhwan (2019), sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh
kelalaian manusia. Selain kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia
mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu
industri.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari
bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja.
Berdasarkan urian diatas, diperlukan suatu upaya bersama dalam menciptakan
manajemen K3RS yang baik dan optimal dalam hal upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit akibat kerja perawat. Upaya ini hendaknya dijalankan baik oleh perawat, kepala
ruangan, kepala instalasi atau unit maupun pemimpin di tingkat manajerial.
Pada makalah ini bersama, kita akan mempelajari mengenai beberapa pokok bahasan
yaitu :
1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja
2. Konsep Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
3. Penyebab Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
4. Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja pada Perawat
Dengan begitu diharapkan para pekerja akan mencapai tingkat kesejahteraan berupa
keselamatan dan kesehatan dalam bekerja secara optimal.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat khususnya
mahasiswa tentang materi Pencegahan Penyakit pada Perawat, diharapkan lebih
memahami konsep penyakit akibat kerja pada perawat sehingga dapat diterapkan saat
berada dilingkungan praktik kerja. Begitupun bagi pembaca lainnya, kami juga berharap
agar pembaca dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi
semakin mengerti.
Demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang membangun untuk kami. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya baik dibidang akademik, praktik,dibidang kesehatan maupun
umum dan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Azzahri & Ikhwan (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada Perawat Di Puskesmas Kuok.
Prepotif Jurnal Kesehatan Masyarakat.3(1) 50-57.
Iftadi, dkk,. (2011). Penentuan Faktor-Faktor Bahaya yang dihadapi Perawat di RSUD
Kabupaten Karanganyar dan Usulan Pencegahannya Menggunakan Metode AHP.
Performa Vol. 10 (1) 1 – 10.
Salawati, Liza,. (2015). Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. 15 (2) 91-95.
Azzahri & Ikhwan (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada Perawat Di Puskesmas Kuok.
Prepotif Jurnal Kesehatan Masyarakat.3(1) 50-57.
Iftadi, dkk,. (2011). Penentuan Faktor-Faktor Bahaya yang dihadapi Perawat di RSUD
Kabupaten Karanganyar dan Usulan Pencegahannya Menggunakan Metode AHP.
Performa Vol. 10 (1) 1 – 10.
Salawati, Liza,. (2015). Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. 15 (2) 91-95.
Leavell,H.R dan Clark, E.G., 2000. Preventive Medicine for Doctor in his Community. New
York: McGraw-Hill Book Company.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian
Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat kerja
Suma’mur. 2007 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung
Anies. 2009. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo