Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH K3

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA
PERAWAT

Penyusun

Sri Utami P24202110019


Arina Fitri P24202110003
Jihan Pratiwi P24202110062
Sevita Fasha Q.Q P24202110043
Nuris Fitria H. P24202110021

PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tugas makalah K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja)
dengan materi Pencegahan Penyakit Akibat Kerja pada Perawat oleh mahasiswa Pendidikan
Profesi Ners dapat selesai dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk dijadikan pedoman belajar bagi mahasiswa Program
Pendidikan Profesi Ners Surabaya agar mudah mempelajari mata kuliah K3 dan pada
akhirnya mampu memahami materi pembahasan dengan baik.
1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja
2. Konsep Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
3. Penyebab Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
4. Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja pada Perawat

Ucapan terima kasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami
sampaikan kepada seluruh staff pengajar Mata Kuliah K3 Program Pendidikan Profesi Ners
Poltekkes Surabaya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran selalu kami harapkan, semoga Modul ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Poltekkes Surabaya dan pihak-pihak yang
membutuhkan.

Surabaya, 21 September 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan

lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau

psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab

yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan

individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan

(Salawati, Liza, 2015). Seorang perawat yang tiap harinya berinterkasi dengan pasien suspect

penyakit tertentu, tidak tertutup kemungkinan jika perawat tersebut tertular penyakit

pasiennya. Kemudian ketika dia berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, maka dapat

terjadi

kemungkinan jika dia akan menjadi pembawa penyakit atau carier bagi orang-orang

disekitarnya. Jika hal tersebut terjadi, bukan penurunan jumlah penderita penyakit, tetapi

justru akan meningkatkan jumlah penderita penyakit. Selain itu, dapat mengganggu kinerja

perawat dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan di rumah sakit. Oleh karena itu sangat

penting adanya perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi perawat (Iftadi, dkk,

2011).

Menurut Azzahri & Ikhwan (2019), sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh

kelalaian manusia. Selain kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia

mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu

industri. Oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan
dan pencegahan. Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat

menerapkan K3 di lingkungan kerjanya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari

bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja. Penegakan diagnosis

spesifik dan sistem pelaporan penyakit akibat kerja penting dilakukan agar dapat mengurangi

dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Salawati, Liza, 2015).

Berdasarkan urian diatas, diperlukan suatu upaya bersama dalam menciptakan

manajemen K3RS yang baik dan optimal dalam hal upaya pencegahan dan pengendalian

penyakit akibat kerja perawat. Upaya ini hendaknya dijalankan baik oleh perawat, kepala

ruangan, kepala instalasi atau unit maupun pemimpin di tingkat manajerial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah upaya pencegahan penyakit akibat kerja perawat ?

2. Bagaimanakah upaya pengendalian penyakit akibat kerja perawat ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami upaya pencegahan penyakit akibat kerja perawat.

2. Untuk mengetahui dan memahami upaya pengendalian penyakit akibat kerja perawat.

1.4 Manfaat

1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiwa mengenai

upaya pencegahan dan pengendalian penyakit akibat kerja perawat.

2. Diharapkan dapat menjadi sumber rujukan baru dan peningkatan manajemen K3RS

mengenai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit akibat kerja perawat.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang Tata Cara
Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif dan Kegiatan
Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat kerja menyebutkan Kecelakaan
Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Kemudian yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Lebih rinci disampaikan pada
PMK nomor : 56 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja, yang dimaksud penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja, penyakit terkait
kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dengan faktor
pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya.

2.2 Konsep Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat


Penyakit akibat kerja yang dapat dialami petugas medis sangat beragam
tergantung pada agen, pejamu dan lingkungan fasilitas kesehatan tempat perawat
bekerja, baik disebabkan oleh agen biologi, agen kimia maupun agen fisika yang
dapat menyebabkan sakit diberbagai bidang baik dalam bidang penyakit
kulit,penyakit mata, penyakit paru dan lain – lain (Effendi,2009). Untuk menegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan pendekatan sistematis antara
lain :
Langkah 1: Diagnosa Klinik harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan
anamnesa dan pemerikasaan fisik bila diperlukan dilakukan
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus
Langkah 2: Menentukan pajanan yang dialami pekerja ditempat kerja, petugas
medis harus melakukan anamnesa yang lengkap pada pekerjaan
pasien
Langkah 3: Menentukan hubungan antara pajanan dengan diagnosis klinis,
pajanan tersebut diidentifikasi berdasarkan efidence based yang
dihubungkan dengan penyakit yang dialami.
Langkah 4: Menentukan besarnya pajanan dilakukan secara kualitatif
(pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan
memperhitungan lama kerja dan masa kerja serta pemakaian alat
pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi besarnya
pajanan ) dan dilakuakn secara kuantitatif yaitu dengan melakuka
pengukuran lingkugan kerja secara periodik dan data monitoring
biologis.
Langkah 5 : Menentukan faktor individu yang berperan antara lain jenis kelamin,
usia, kebiasaan, genetik, riwayat atopi dan penyakit penyerta.
Langkah 6: Menentukan pajanan diluar tempat kerja maka diperlukan informasi
tentang kegiatan yang dilakukan diluar tempat kerja.
Langkah 7: Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja berdasarkan langkah -
langkah diatas apakah termasuk penyakit akibat kerja atau bukan.

2.3 Penyebab Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat


Suatu penyakit bersifat multifaktor, oleh karena itu suatu penyakit tidak dapat
disebabkan oleh satu faktor saja karena terdapat keterkaitan yang kompleks antara
berbagai macam agen, pejamu, dan lingkungan (Anies,2009). Berdasarkan Agen
penyebabnya penyakit dapat dibedakan menjadi :
1. Agen Biologi
Agen biologi adalah seperti bakteri, mikroba dan lain-lain dimana penyakit
yang dapat timbul baik dalam suatu komunitas maupun fasilitas kesehatan yang
dapat mengkontaminasi fasilitas kesehatan, termasuk perawat antara lain seperti
Methiciliin resistant Staphylococcus Aureus (MRS), vancomycin resistant
Mycobacterium enterococcus (VRE) dan multidrug resistant Mycobacterium
tuberculosis (MDR-TB). Bahaya biologi ditempat kerja terdiri atas infeksi akut
dan kronis, parasite, bahan beracun, reaksi alergi dan iritan.
Perawat sangat rentan terhadap risiko lecet ataupun tertusuk jarum yang
kemudian luka tersebut dapat terinfeksi oleh agen biologi yang terdapat di fasilitas
kesehatan.
Penyakit akibat kerja berdasarkan agen biologi yang dapat mengjangkit
pekerja rumah sakit seperti Brucellosis dapat disebabkan oelh brucella abortus
dapat terpajan pada petugas laboratorium, Hepatitis Serum (Hepatitis B, HBV)
dan Tuberculosis juga beresiko pajanan pada pekerja medis.

2. Agen Kimia
Sebagian besar agen kimia dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya pada
manusia orang-orang dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat terjangkit
penyakit dermatitis dan reaksi alergik lainnya terhadap pajama pada agen kimi
tersebut, seperti penggunaan lateks, hydrogen peroksida, merkuri, gas anastesi,
obat-obatan sitotoksik, Aldehid (formaldehid) di kamar mayat, dan glutaraldehid
untuk endoskopi dapat menimbulkan masalah pernafasan.
3. Agen Fisika
Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi dapat
menyebabkan penyakit pada petugas difasilitas pelayan kesehatan seperti
Konjungtivitis akibat pajanan sinar ultraviolet (UV).
Agen fisika seperti suhu panas biasanya didapat pada trowongan bawah tanah
untuk pemasangan pipa dan kabel rumah sakit, fasilitas binatu dan dapur di rumah
sakit. Agen fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi akibat pemajanan pekerja
terhadap ultrasound pada pemecahan batu ginjal. Kemudian radiasi pengion juga
tidak luput terhadap perawat dibagian rontegen, sedangkan radiasi
elektromagnetik bukan pengion sperti laser yang dipakai dibagian bedah,
dermatologi, oftalmologi dan ginekologi juga dapat menimbulkan resiko
kerusakan mata.

2.4 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat


Pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit
Akibat Kerja disebutkan bahawa penyakit akibat kerja bersifat irreversible sehingga
tindakan pencegahan sangat diperlukan, karena bila tidak dilakukan akan
menimbulkan penyakit akibat kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang
sama. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja antara lain (Ridley, J. 2008) :
1. Melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat kerja.
2. Melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya
yang ada di tempat kerja.
3. Melakukan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja.
4. Memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi
bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri yang
benar.
5. Memberikan imunisasi bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.

Menurut Leavel and Clark (2000), upaya pencegahan penyakit akibat kerja dibagi
menjadi 5 tahap antara lain :
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Meskipun bekerja dalam dunia kesehatan, promosi kesehatan tetap diperlukan
dan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pencegah penyakit
akibat kerja pada petugas medis. Hal tersebut dalam dapat dilakukan berupa
penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja, penyuluhan dalam meningkatkan
gizi, pengembangan diri, tempat kerja yang sehat dan memadai, adanya fasilitas
konsultasi, pemeriksaan kesehatan berkelanjutan, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai.
2. Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan
yang diberikan kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena atau
tertular suatu penyakit.
Perlindungan tersebut dimaksudkan agar kelompok yang beresiko seperti
petugas medis dapat bertahan dari wabah penyakit. Hal yang dimaksud dapat
berupa pemberian vaksin untuk mencegah penyakit – penyakit tertentu, hygiene
perorangan, tersedianya alat pelindung diri (APD) yang lengkap, sanitasi
lingkungan yang baik, serta dilakukannya rotasi atau pembatasan jam kerja
3. Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat (Early Diagnosis and
Prompt Treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat merupakan langkah
pertama ketika seseorang jatuh sakit sehingga dapat segera diidentifikasi dan
secepatnya pula diberikan pengobatan yang tepat.
Upaya yang bisa dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan pra-kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan lingkungan berkala, surveilans,
pengobatan segera bila ditemukan gangguan pekerja, dan pengendalian segera di
tempat kerja.
4. Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)
Yang dimaksud dengan pembatasan kecacatan adalah ketika petugas medis
yang memiliki keluhan tidak melakukan pemeriksaan komplit dan pengobatan
hingga tuntas, dan berefek pada kesehatan dirinya. Hal tersebut dapat dicegah
dengan memeriksa dan mengobati secara komprehensif serta pemberian
pendidikan kesehatan.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan
tahapan yang sifatnya pemulihan. Rehabilitasi dapat berupa rehabilitasi fisik dan
rehabilitasi mental.
Menurut Effendy (2001) upaya pencegahan penyakit akibat kerja adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan Substitusi
Subtitusi merupakan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-
bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon
tetraklorida diganti dengan triklor –etilen.
2. Pengaturan Ventilasi Umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan
kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang batas bagi bahan-
bahan ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Tersedianya Ventilasi Keluar Setempat (Local Exhausers)
Adalah alat yang dapat menghisap udara dari suatu tempat kerja tetentu agar
bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar.
4. Isolasi
Adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang membahayakan ataupun
mengkhususkan pasien dengan penyakit infeksius diruang isolasi.
5. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)
APD adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu yang dijadikan
sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah adanya kontak langsung
antara kontaminan dengan petugas medis.
6. Pemeriksaan Sebelum Bekerja
Merupakan hal ini dapat dilakukan pada penerimaan calon petugas medis
apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja baik secara fisik, psikologis
maupun dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan Secara Berkala
Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk
mengidentifikasi secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.

Jika dilihat berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat
kerja adalah sebagai berikut (Suma’mur,2007) :
2. Agen Biologi
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi
b. Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja
ditempat infeksius dan dilakukan imunisasi
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar.
d. Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
specimen yang benar.
f. Pengolahan limbah yang baik.
g. Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri petugas harus dijaga.
3. Agen Kimia
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Material safety data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui
oleh seluruh petugas medis.
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan
kimia dan terhirupnya aerosol.
c. Menggunakan alat pelindung diri.
4. Agen Fisika
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pengaturan cahaya dan ventilasi serta penyediaan air minum yang cukup.
b. Menggunakan alat pelindung diri

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau
psikososial di tempat kerja.
Menurut Azzahri & Ikhwan (2019), sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh
kelalaian manusia. Selain kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia
mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu
industri.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari
bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja.
Berdasarkan urian diatas, diperlukan suatu upaya bersama dalam menciptakan
manajemen K3RS yang baik dan optimal dalam hal upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit akibat kerja perawat. Upaya ini hendaknya dijalankan baik oleh perawat, kepala
ruangan, kepala instalasi atau unit maupun pemimpin di tingkat manajerial.
Pada makalah ini bersama, kita akan mempelajari mengenai beberapa pokok bahasan
yaitu :
1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja
2. Konsep Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
3. Penyebab Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
4. Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja pada Perawat

Dengan begitu diharapkan para pekerja akan mencapai tingkat kesejahteraan berupa
keselamatan dan kesehatan dalam bekerja secara optimal.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat khususnya
mahasiswa tentang materi Pencegahan Penyakit pada Perawat, diharapkan lebih
memahami konsep penyakit akibat kerja pada perawat sehingga dapat diterapkan saat
berada dilingkungan praktik kerja. Begitupun bagi pembaca lainnya, kami juga berharap
agar pembaca dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi
semakin mengerti.
Demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang membangun untuk kami. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya baik dibidang akademik, praktik,dibidang kesehatan maupun
umum dan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Azzahri & Ikhwan (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada Perawat Di Puskesmas Kuok.
Prepotif Jurnal Kesehatan Masyarakat.3(1) 50-57.

Iftadi, dkk,. (2011). Penentuan Faktor-Faktor Bahaya yang dihadapi Perawat di RSUD
Kabupaten Karanganyar dan Usulan Pencegahannya Menggunakan Metode AHP.
Performa Vol. 10 (1) 1 – 10.

Salawati, Liza,. (2015). Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. 15 (2) 91-95.

Azzahri & Ikhwan (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada Perawat Di Puskesmas Kuok.
Prepotif Jurnal Kesehatan Masyarakat.3(1) 50-57.

Iftadi, dkk,. (2011). Penentuan Faktor-Faktor Bahaya yang dihadapi Perawat di RSUD
Kabupaten Karanganyar dan Usulan Pencegahannya Menggunakan Metode AHP.
Performa Vol. 10 (1) 1 – 10.

Salawati, Liza,. (2015). Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. 15 (2) 91-95.

Leavell,H.R dan Clark, E.G., 2000. Preventive Medicine for Doctor in his Community. New
York: McGraw-Hill Book Company.

Effendy, Nasrul. 2009. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2 . EGC.


Jakarta
Hasibuan, R. 2017. Pengaruh Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Pelatihan Dan Kerja Tim
Terhadap Kinerja Tenaga Medis di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam. Jurnal Dimensi,
6(2), 323-340.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian
Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat kerja

Peraturan Menteri kesehatan nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan


Penyakit Akibat Kerja

Suma’mur. 2007 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung

Anies. 2009. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Ridley, J. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai