Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

Tentang

PRINSIP EPIDEMIOLOGI KERJA PADA HIPERKES dan K3

di RUMAH SAKIT

OLEH :
Kelompok I

Agnes Widiastuti 221241024


M. Fata Majri 221241036

Dosen Pembimbing :
Mahaza, SKM, MKM

SARJANA TERAPAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah mengenai Prinsip
Epidemiologi Kerja pada Hiperkes dan K3 di Rumah Sakit. Adapun tujuan disusunnya makalah
ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah, selain itu untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang K3. Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih
kepada dosen yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan Oleh sebab itu kritik dan saran
dari para pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah kecil
ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.

Padang, 10 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan suatu unit yang mencakup berbagai kegiatan kompleks
didalamnya, antara lain pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, layanan medik,
penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sehingga akan
menjadi pusat penularan penyakit. Rumah sakit sebagai penyebaran penyakit karena selalu
dihuni oleh orang sakit sehingga dapat menyebarkan penyakit ke pengunjung dan karyawan
yang rentan terhadap penyakit. Di Rumah sakit dapat terjadi penularan penyakit secara
langsung maupun tidak langsung.
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajarisebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan
pencegahanmaupun penanggulangan. Selain itu epidemiologi juga merupakan filosofi dasar
disiplinilmu-ilmu kesehatan, termasuk kedokteran, yakni suatu proses logis untuk
menganalisisserta memahami hubungan interaksi antara proses fisik, biologi dan fenomena
sosial yang berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun
gangguan kesehatanlainnya. Dalam hal ini, sifat dasar epidemiologi lebih mengarah pada
kelompok penduduk atau masyarakat tertentu dan menilai peristiwa dalam masyarakat
secara kuantitatif. Adapunruang lingkup epidemiologi yaitu epidemiologi penyakit menular,
epidemiologi penyakittidak menular, epidemiologi klinis, epidemiologi kependudukan,
epidemiologi pengelolaan pelayanan kesehatan, epidemiologi kesehatan jiwa, epidemiologi
gizi, epidemiologi perilaku epidemiologi genetika dan epidemiologi lingkungan dan
kesehatan kerja (Noor, 2008).
Menurut Permenkes RI No 66 Tahun 2016 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja
dan keselamatan kerja yang tinggi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang
diharapkan. Begitu banyak faktor dilapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis (Sucipto, 2014).
Epidemiologi kesehatan kerja merupakan suatu kajian ilmu yang menganalisis keadaan
kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang
bersifat fisik, kimiawi, biologis, maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja.
Hal ini menunjukan epidemiologi dapat berkolaborasi di segala bidang untuk memecahkan
masalah khususnya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja yang bertujuan dalam
menganalisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja
serta penyakit akibat kerja (Saleh & Yanti, 2021).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan epidemiologi kesehatan dan keselamatan kerja?
2. Bagaimana penerapan epidemiologi keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit?
3. Apa penyakit akibat kerja di Rumah Sakit?
4. Bagaimana analisis kasus kecelakaan kerja di rumah sakit?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk engetahui pengertian dari epidemiologi kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Untuk mengetahui penerapan epidemiologi keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah
Sakit.
3. Untuk mengetahui penyakit akibat kerja di Rumah Sakit.
4. Untuk megetahui analisis kasus kecelakaan kerja di rumah sakit.
BAB II
ISI

2.1 Definisi Epidemiologi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan beserta faktor yang dapat memengaruhi
kejadian tersebut dan cara mengendalikannya.
Epidemiologi juga berarti ilmu tentang distribusi dan determinan-determinan dari
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dalam suatu populasi tertentu. Obyek
epidemiology adalah pada sekelompok individu (masyarakat) dan mengamati semua
kejadian/peristiwa dan semua faktor yang menyertainya serta menganalisa hasil
pengamatan tersebut.
Ruang lingkup epidemiologi terdiri dari:
1. Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular
2. Epidemiologi klinis
3. Epidemiologi kependudukan
4. Epidemiologi pengelolaan pelayanan kesehatan
5. Epidemiologi lingkungan
6. Epidemiologi kesehatan keselamatan kerja
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
8. Epidemiologi gizi
9. Epidemiologi perilaku
10. Epidemiologi genetika Perbedaan
Epidemiologi kesehatan keselamatan kerja adalah studi yang mempelajari efek
kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor pemaparan (bahaya) di lingkungan kerja.
Selain itu gaya hidup (merokok, minum minuman keras, pola makan kebiasaan olah raga
merupakan faktor sekunder yang turut memodifikasi variabel yg menyertai pemaparan
faktor lingkungan Kerja. Epidemiologi kesehatan keselamatan kerja adalah suatu studi
tentang efek pajanan-pajanan di tempat kerja terhadap frekuensi dan distribusi penyakit dan
cidera pada suatu populasi dengan demikian termasuk kategori dalam sub disiplin orientasi
pajanan.
2.2 Penerapan Epidemiologi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja
saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih
tinggi dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang
tidak aman. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) harus diterapkan
di semua tempat kerja, termasuk rumah sakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi pada petugas
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor penyebab sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas, keterampilan pekerja yang kurang memadai,
serta rendahnya motivasi tenaga kerja yang berbanding lurus dengan tingginya tingkat stres
kerja pada petugas kesehatan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2003 tentang kesehatan, pasal 23 menyatakan
bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan disemua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya
K3 di RS.
Rumah sakit merupakan tempat kerja dimana terdapat karyawan, orang sakit,
pengunjung, alat medis dan non medis. Rumah sakit dibangun dilengkapi dengan peralatan
yang dijalankan dan dipelihara untuk sedemikian rupa untuk menjaga dan mencegah
kebakaran serta persiapan dalam menghadapai bencana maupun kebakaran.
SMK3RS Merupakan bagian dari sistem manajemen RS secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses,
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, dan
pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang sehat, aman,
efisien, dan produktif.
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS) semakin tinggi. Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/
pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit harus mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses
kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri
(akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan
fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien,
tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah
melindungi diri dalam bekerja.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah
Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit
(K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat
dalam instrument akreditasi Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 menyatakan bahwa pelaksanaan
K3RS adalah suatu kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung pasien, dan lingkungan rumah sakit
sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit yang bertujuan agar
dapat mengurangi dan mengendalikan terjadinya risiko keselamatan dan kesehatan kerja.
Pelaksanaan K3RS ini harus didukung oleh tim keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit, prasarana dan sarana, dan anggaran yang memadai sehingga pelaksanaan K3RS dapat
berjalan secara efisien, efektif, dan berkesinambungan.
Adapun pelaksanaan K3RS meliputi:
1. Manajemen risiko
Manajemen risiko adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara
komperhensif di lingkungan rumah sakit. Tujuan manajemen risiko adalah untuk
meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan di rumah sakit pada tahap yang
tidak bermaksna sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan
dan kesehatan SDM rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengujung,
maupun lingkungan rumah sakit.
2. Pelayanan kesehatan kerja
Pelayanan kesehatan kerja adalah suatu upaya kesehatan yang diberikan
kepada sumber daya manusia rumah sakit untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan baik secara fisik, mental, dan sosial.
3. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah suatu upaya yang
dilakukan untuk mengurangi risiko penggunaan bahan berbahaya dan beracun
serta limbah dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun terhadap sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung pasien, dan lingkungan rumah
sakit.
4. Pencegahan dan pengendalian kebakaran dan bencana
Pencegahan dan pengendalian kebakaran dan bencana adalah suatu
upaya pencegahan terjadinya kebakaran dan pengendalian pada saat kebakaran
dan bencana yang dapat berdampak buruk bagi sumber daya manusia yang
berada di lingkup dan lingkungan sekitar rumah sakit serta dapat merusak
prasarana dan sarana rumah sakit sehingga semua sumber daya manusia yang
berada di lingkup dan lingkungan sekitar rumah sakit serta prasarana dan sarana
rumah sakit dapat menjadi aman dan selamat.
5. Pengelolaan prasarana rumah sakit
Pengelolaan prasarana rumah sakit adalah suatu upaya yang dilakukan
untuk mengetahui kelayakan penggunaan prasaran rumah sakit sehingga sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, dan lingkungan menjadi
aman dan selamat. Pengelolaan prasarana rumah sakit yang dimaksud di atas
adalah penggunaan listrik, air bersih, genset, boiler, gas medis, pengelolaan air
limbah, peralatan medis yang ada di rumah sakit tersebut.
Penerapan epidemiologi K3 di rumah sakit cukup luas, dapat berbentuk
epidemiologi deskriptif yang sederhana sampai epidemiologi analitik yang
kompleks. Dalam bentuk sederhana seperti menghitung frekuensi distribusi
kecelakaan kerja atau absensi sakit tenaga kesehatan, analisis trend dan
diteruskan dengan memberikan rekomendasi, untuk menetapkan program
perbaikan berdasarkan faktor risiko yang teridentifikasi, hal ini dilakukan dalam
rangka menurunkan angka kecelakaan atau angka absensi. Lebih lanjut, praktisi
K3 dapat bekerjasama dengan akademisi melakukan studi epidemiologi analitik
yang lebih kompleks, mencari faktor risiko yang merupakan determinan penting
terjadinya gangguan kesehatan atau kecelakaan kerja, untuk digunakan sebagai
masukan dalam perencanaan program K3 di rumah sakit.
2.3 Dugaan Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit
Laframboise dan Lalonde di tahun 1970 telah mengembangkan konsep baru dalam
merinci determinan kesehatan terutama untuk penyakit non-infeksi dengan faktor resiko
dan efek yang jamak. Berikut adalah tabel contoh kategori Penyakit di Lingkungan kerja:

No Penyakit No Penyakit
Ergonomi dan gangguan
1 Asma 16
Muskulosketal
2 Avian Influenza (Flu) 17 Flavorings-related lung diseases
Penyakit menular dengan darah
3 18 Flu ditempat kerja
(HIV, Hepatitis B & C)
4 Kanker 19 Trauma Insiden stress
Penyalahgunaan Resep Obat/
5 20 Virus Influenza H1N1 (Flu Babi)
Overdosis
Coccidioidomycosis (Valley Penyakit Kardiovaskular dan
6 21
Fever) Faktor Okupasi
7 Emerging Infectious Diseases 22 Alergi lateks
8 Penyakit Lyme 23 Green Tobacco sickness
9 Pneumokoniosis 24 Cedera Trauma
10 Kesehatan Reproduksi 25 Tuberkulosis
11 Penyakit Kulit 26 Kekerasan
Sindrom Pernafasan Akut
12 27 West Nile Virus
(SARS)
13 Stress 28 Virus Zika
14 Penyakit Tick-Borne 29 MRSA
Konsorsium disorder
15
musculoskeletal limb bagian atas

Menurut ILO, potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja
diuraikan seprti pada tabek berikut:
Kategori A Potensi Bahaya yang 1. Bahaya faktor kimia (debu, uap
menimbulkan resiko dampak logam, uap).
panjang pada kesehatan 2. Bahaya faktor biologi (penyakit dan
gangguan oleh virus, bakteri dan
binatang dsb)
3. Bahaya faktor fisik (bising,
penerangan, getaran, iklim kerja,
jatuh)
4. Cara bekerja dan bahaya faktor
ergonomic (posisi bangku kerja,
pekerjaan berulang ulang, jam kerja
yang lama)
5. Potensi bahaya lingkungan yang
disebabkan oleh polusi pada
perusahaan masyarakat
Kategori B Potensi bahaya yang 1. Kebakaran
menimbulkan resiko 2. Listrik
langsung pada keselamatan 3. Potensi bahaya mekanikal (tidak
adanya pelindung mesin)
4. House keeping (perawatan buruk
pada peralatan)
Kategori C Resiko terhadap 1. Air minum
kesejahteraan atau kesehatan 2. Toilet dan Fasilitas mencuci
sehari-hari 3. Ruang makan atau kantin
4. P3K di tempat kerja
5. Transportasi
Kategori D Potensi bahaya yang 1. Pelecehan, termasuk intimidasi dan
menimbulkan resiko pribadi pelecehan seksual
dan psikologis 2. Terinfeksi HIV/AIDS
3. Kekerasan di tempat kerja
4. Stress
5. Narkoba di tempat kerja
Sumber: International Labour Organization (2013)

Untuk memudahkan para penyidik kesehatan dalam mengidentifikasi masalah


kesehatan di lingkungan kerja serta pengambilan keputusan dan perencanaan, beberapa
industri biasanya memiliki ketersediaan data terkait catatan kesehatan pekerjanya berupa
informasi kesehatan para pekerja, informasi komplementer terkait ketidakhadiran sakit,
data pekerja pensiun, dan bahkan kematian, tidak menutup kemungkinan terdapar
informasi tentang eksposur.

2.4 Analisis Kasus Kecelakaan Kerja Di Rumah Sakit


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas penyediaan layanan di Rumah Sakit (RS). Penerapan K3 secara
optimal di RS akan membantu petugas kesehatan untuk mampu menangani pasien serta
memproteksi diri terhadap resiko kecelakaan kerja. Petugas kesehatan yang merupakan
bagian dari tenaga kerja perlu dipersiapkan untuk menerapkan K3. Persiapan tersebut dapat
berupa edukasi untuk membentuk pengetahuan, persepsi dan sikap pekerja mengenai K3.
Kecelakaan kerja masih merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT). Data BPJS Ketenagakerjaan Provinsi NTT melaporkan
bahwa kasus kecelakaan kerja pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 4 kali
dibandingkan tahun sebelumnya. Kecelakaan kerja pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 19
kasus. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan pada tahun 2017 menjadi 76 kasus.
Pada tahun 2018, kasus kecelakaan kerja turun menjadi 71 kasus. Adapun kecelakaan kerja
yang terjadi di RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes dilaporkan sebanyak 2 kasus pada tahun
2018 dan 3 kasus pada tahun berikutnya. Jenis kecelakaan yang dilaporkan adalah tertusuk
jarum pada petugas kesehatan.

1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku K3 RS


Penelitian ini menemukan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik
tetapi perilaku kurang sebanyak 1 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua
responden yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki perilaku yang sesuai dalam
menjalankan K3 RS. Meskipun secara teoritis, penilaian tingkat risiko dipengaruhi oleh
pengetahuan dan tingkat pengetahuan yang baik akan berdampak pada budaya kerja
yang baik pula. Alasan mengapa responden yang berpengetahuan baik tetapi berperilaku
K3 yang tidak baik karena petugas kesehatan merasa sudah sering melakukan tindakan
medis sehingga cenderung tidak penggunaan alat pelindung diri. Umumnya petugas
kesehatan sering mengabaikan tindakan K3 ini karena alasan emergensi, sementara di
saat yang sama, pasien membutuhkan tindakan yang cepat dari petugas kesehatan.
Sebaliknya, penelitian juga menemukan adanya responden yang memiliki pengetahuan
kurang tetapi berperilaku baik sebanyak dua orang.
Pemahaman petugas kesehatan tentang proteksi diri terhadap kecelakaan kerja di
RS sangat penting. Petugas kesehatan dalam melakukan tindakan kepada pasien perlu
untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan menerapkan 6 langkah
mencuci tangan pada setiap moment seperti sebelum dan sesudah melakukan tindakan
medis. Rumah saki harus menciptakan lingkungan dan integrasi kerja yang aman
melalui pemberian informasi tentang hak-hak dan kewajiban tenaga medis, pelatihan
kerja yang memadai, dan peluang untuk berpartisipasi dalam pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja.
2. Hubungan Persepsi dengan Perilaku K3 RS
Hasil penelitian menemukan adanya responden yang memiliki persepsi baik tetapi
menunjukkan perilaku yang kurang sesuai dengan prinsip K3. Hasil wawancara dengan
responden menunjukkan bahwa perilaku kurang baik tersebut dikarenakan petugas
merasa bahwa terdapat beberapa tindakan medis yang tidak perlu menggunakan alat
pelindung diri secara lengkap. Petugas memilih sering mengabaikan penggunaan APD
ketika melakukan pengukuran tekanan darah tanpa sarung tangan dan hanya
menggunakan masker. Ada juga tenaga kesehatan yang melakukan tindakan perawatan
tidak sesuai prosedur seperti tetap menggunakan perhiasan (cincin, kalung, jam tangan,
dan lain-lain) saat merawat pasien. Selain itu, terdapat petugas kesehatan yang memiliki
perilaku pemilihan sampah masih kurang baik. Petugas masih ditemukan mencampur
sampah medis dan sampah non medis. Ada juga petugas kesehatan yang memiliki
persepsi kurang tetapi perilaku baik yaitu sebanyak tiga orang. Hal ini dikarenakan
petugas kesehatan merasa tidak pernah terjadi kecelakaan kerja sehingga tidak
menggunakan APD dengan lengkap. Berkaitan dengan perilaku mencuci tangan,
petugas kesehatan merasa penting mencuci tangan dengan menerapkan enam langkah
pada setiap moment cuci tangan seperti sebelum dan sesudah melakukan tindakan
medis. Upaya peningkatan derajat kesehatan perlu ditujukan bagi seluruh tenaga
kesehatan yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Hal ini berarti rumah
sakit berkewajiban menyehatkan para tenaga kerjanya. Rumah sakit merupakan institusi
yang melaksanakan upaya tersebut dan dilaksanakan secara integrasi dan menyeluruh
untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
3. Hubungan Sikap dengan Perilaku K3 RS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap baik tetapi
perilaku kurang baik sebanyak 1 orang. Sikap merupakan hal yang konsisten dengan
perilaku, akan tetapi terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku
misalnya faktor lingkungan dan hereditas. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden diketahui bahwa masih ada petugas kesehatan yang tidak menggunakan APD
yang lengkap pada saat melakukan tindakan kepada pasien. Petugas kesehatan juga
menggunakan masker selama ± 8-10 jam. Ini tidak sesuai dengan waktu penggunaan
masker yang direkomendasikan yaitu ± 4 jam. Demikian juga terdapat kesalahan dalam
hal pemilihan sampah non medis dan sampah medis sehingga berdampak pada resiko
pencemaran lingkungan.
Perilaku kesehatan dan keselamatan kerja petugas kesehatan merupakan tindakan
atau aktivitas dalam upaya mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja. adapun contoh cedera akibat kerja yaitu cedera muskuloskeletal, kulit dan
penyakit paru-paru, gangguan pendengaran akibat kerja dan intervensi tanpa penyakit
target khusus. Dalam pelaksanaan tugas di rumah sakit maka tenaga kesehatan harus
menyadari berbagai perannya. Petugas kesehatan juga harus berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan peningkatan keselamatan pasien rumah sakit termasuk memahami tentang
apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien rumah sakit. Penelitian ini juga
menemukan adanya responden yang memiliki sikap yang kurang baik terhadap perilaku
K3 di RS. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
sikap seorang petugas kesehatan. Misalnya adanya keyakinan dari petugas kesehatan
bahwa penggunaan alat pelindung diri tidak perlu lengkap. Berdasarkan pengalaman
pribadi selama ini, tidak pernah terjadi kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja
meski tidak menggunakan APD. Dari hasil wawancara diketahui bahwa petugas
kesehatan di RS juga kurang mendapatkan perhatian dalam hal pemeriksaan berkala dan
pelatihan tentang K3. Untuk memperbaiki keadaan ini maka RS perlu memberikan
pelatihan K3 kepada karyawan. Dengan adanya pelatihan maka diharapkan pengetahuan
dan sikap petugas akan berdampak positif pada praktik pekerja K3 di RS sebab masalah
K3 juga dapat secara langsung berdampak pada kesehatan tenaga medis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan beserta faktor yang dapat memengaruhi
kejadian tersebut dan cara mengendalikannya.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan beserta faktor yang dapat memengaruhi
kejadian tersebut dan cara mengendalikannya.
Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2003 tentang kesehatan, pasal 23 menyatakan
bahwa upaya kesehatan dan keselamatan. Kerja (K3) harus diselenggarakan disemua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya
K3 di RS.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 menyatakan bahwa pelaksanaan
K3RS adalah suatu kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung pasien, dan lingkungan rumah sakit
sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit yang bertujuan agar
dapat mengurangi dan mengendalikan terjadinya risiko keselamatan dan kesehatan kerja.
Pelaksanaan K3RS ini harus didukung oleh tim keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit, prasarana dan sarana, dan anggaran yang memadai sehingga pelaksanaan K3RS dapat
berjalan secara efisien, efektif, dan berkesinambungan.

3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bersedia
memberikan kritik dan saran sebagai bahan pertimbangan untuk hasil yang lebih baik di
kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Kesehata dan eselamatan
Kerja di Rumah Sakit.
Noor N N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurcahyo, H. 2013. Manfaat Epidemiologi dalam lingkup Kesehatan Keselamatan Kerja


(KKK) dalam Menganalisis Status Kesehatan Pekerja. Universitas Dipenogoro, Semarang.

Sucipto C D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Saleh L M, Yanti I H. 2021. Epidemilogi K3. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai