Anda di halaman 1dari 32

LOGBOOK TUTORIAL KASUS 1

KESEHATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Dosen Pengampu:
Ns. Kamariyah, S. Kep., Ners., M. Kep

Disusun Oleh:
Dewi Aryani
NIM G1B120021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
Kasus Tutor
Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ners Anna ( 27 Tahun) merupakan Ners Baru yang bekerja di Puskesmas


Cempaka Kota Jambi, Mayoritas Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cempaka Bekerja sebagai petani tembakau, Ners Anna di beri wewenang untuk
mengampu program OHN. Puskesmas telah memiliki data data demografi
wilayah seperti jumlah penduduk, luas wilayah, perbatasan wilayah, pekerjaan ,
pendidikan. Berdasarkan data prevalensi penyakit yang terdiagnosis antara lain,
diare, ISPA, hipertensi dll. Ners Anna mulai berpikir, apa yang harus di lakukan
terkait data OHN tersebut. Data tersebut di gunakan untuk mengembangkan
program Kesehatan Kerja untuk melakukan ke wenangan sebagai OHN. Ners
Anna mulai berpikir untuk mengembangkan OHN sesuai dengan batas dan
kewenangan kompetensi seorang Ners generalis di Puskesmas Cempaka tersebut.

1. Apakah yang dimaksud dengan OHN?


2. Apa saja yang termasuk dalam program kerja OHN?
3. Bagaimana pelaksanaan program OHN di wilayah kerja
puskesmas di Indonesia?
4. Apa saja kewenangan yang dimiliki perawat OHN?
5. Kompetensi apa saja yang diperlukan untuk menjadi perawat OHN?
6. Apa sajakah prinsip kesehatan dan keselamatan kerja?
7. Apa saja program kesehatan kerja yang dapat dilakukan oleh
seorang perawat?
8. Apa saja data yang perlu dikaji untuk mengembangkan program OHN?
9. Apa saja area kompetensi seorang perawat OHN?
STEP 1 MENGIDENTIFIKASI KATA-KATA SULIT

1. Demografi (Ellysha)
2. OHN (Dewi Aryani)
3. Ispa (Thresyanty Elsye)
4. Data Prevalensi (Niken)
5. Hipertensi (Meli)
6. Diare (Vebyola)
7. Ners Generalis (Syarivatul)

Jawaban Step 1
1. Demografi

Demografi atau ilmu kependudukan adalah ilmu yang mempelajari


dinamika kependudukan manusia yang meliputi ukuran, struktur,
dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk
berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan.
Demografi adalah data statistik tentang keadaan dan karakteristik
suatu populasi atau kelompok secara terperinci. Dari segi usia, ras,
kelamin, hingga jenis pekerjaan. segi status perkawinan, jumlah
anak, tingkat pendidikan, pendapatan per tahun, dan lainnya.
2. OHN
Keperawatan kesehatan kerja (OHN) adalah perawat professional
yang secara mandiri mangamati dan menilai status kesehatan
pekerja sehubungan dengan tugas tugas pekerjaan dan bahaya.
Keperawatan kesehatan kerja (occupational health nursing (OHN)
merupakan cabang khusus dari keperawatan kominitas yang
merupakan aplikasi dari konsep dan frame work dari berbagai
disiplin ilmu (keperawatan, kedokteran, kesehatan masyarakat,
ilmu social dan perilaku, prinsip prinsip manajemen) yang
bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara status kesehatan
pekerja serta melindungi pekerja dari kecelakaan kerja dan factor
risiko bahaya ditempat kerja (health hazards) dalam konteks
lingkungan kerja yang sehat dan aman. OHN merupakan sintesis
dan aplikasi dari prinsip keperawatan, medis, kesehatan
lingkungan, toxikologi, epidemiologi, konsep keamanan (safety),
hygiene perusahaan, ergonomic (hubungan pekerja dan
lingkungannya) (Hitcock, Scubert & Thomas, 1999)
Keperawatan Kesehatan Kerja (OHN) adalah perawat profesional
(RN)yang secara mandiri mengamati dan menilai status kesehatan
pekerja sehubungan dengan tugas!tugas pekerjaan dan bahaya.
"enggunakan pengalaman khusus mereka dan pendidikan# hal ini
perawat profesional mengenali dan mencegah efek kesehatan dari
terpaparnya partikelasing berbahaya dan mengobati luka pekerja /
penyakit
3. Ispa
ISPA adalah Infeksi virus umum yang memengaruhi hidung,
tenggorokan, dan saluran udara. Infeksi saluran pernapasan atas
biasanya sembuh dalam waktu 7-10 hari.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau ARI (Acute
Respiratory Infection) dalam bahasa Inggris adalah penyakit yang
diakibatkan adanya infeksi pada sistem pernapasan atas dan bawah.
4. Data Prevalensi
Prevalensi adalah angka kejadian penyakit yang diperoleh dari
suatu survei, yang memperlihatkan ukuran beban penyakit dalam
suatu populasi. Informasi tersebut salah satunya berguna bagi
perencana dan administrator kesehatan masyarakat yang ingin
menentukan alokasi sumber daya perawatan kesehatan di
komunitas tertentu, dan perlu mengetahui layanan apa yang
diperlukan untuk menanggapi kebutuhan dalam populasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi
pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah.
5. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi


terjadinya peningkatan tekanan darah yang cukup tinggi di dalam
arteri.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena
jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini
dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ
vital seperti jantung dan ginjal (Kemenkes RI, 2013).
Sumber: Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
6. Diare
Menurut WHO diare adalah kejadian buang air besar dengan
konsitensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga atau lebih
dalam periode 24 jam. disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie
dan Soenarto, 2012).
7. Ners Generalis
Ners generalis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan Ners.
STEP 2 MENGIDENTIFIKASI MASALAH
1. Apakah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kerja yang
dilakukan oleh seorang perawat?
2. Di dalam kasus bahwa ners ana diberi wewenang untuk mengampu
program OHN. Nah jelaskan bagaimana ruang lingkup program OHN
dalam penilaian kesehatan?
3. Apa tujuan dari program OHN?
4. Sebutkan kebijakan dan pencegahan yang dapat dilakukan oleh pihak
perusahaan terhadap pegawai atau petani tembakau?
5. Jenis kecelakaan kerja seperti apa yang berpotensi terjadi kepada petani
tembakau?

 STEP 3 MENGANALISIS MASALAH


1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja yang dilakukan
oleh seorang perawat
A. Beban Kerja
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung
oleh perawat dalam melakukan tugasnya. Faktor yang mempengaruhi
beban kerja seorang perawat yaitu :
a) Tugas-tugas yang bersifat fisik : beban yang diangkat/diangkut,
sikap kerja, alat dan sarana kerja, kondisi/medan kerja, dll.
b) Tugas yang bersifat psikis : tingkat kesulitan, tanggung jawab dll.

c) Organisasi kerja : lamanya waktu kerja, kerja bergilir, system


pengupahan, system kerja, istirahat, system pelimpahan
tugas/wewenang.
B. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang perawat.
Menurut Harrington dan Gill 2003, Secara garis besar faktor dan
lingkungan kerja yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja
termasuk seorang perawat adalah :
a. Faktor fisik
1. Suara / kebisingan
2. Suhu / iklim : suhu panas, suhu,dingin
a. Sumber panas : Matahari, Tanur, dapur, genset, boiler,
Lighting.
b. Tekanan panas dipengaruhi oleh : sumber panas, radiasi
matahari, panas tubuh, kecepatan udara, kelembaban udara
c. Suhu nyaman : 24- 26OC, perbedaan suhu diluar dan di
dalam tidak lebih dari 5OC.
d. Kelembaban udara yang baik : 65-95%
e. Dampak iklim yang buruk
a) Prickly heat/ heat rash/ mikaria rubra yaitu timbulnya
bintik- bintik merah di kulit dan agak gatal karena
terganggunya fungsi kelenjar keringat.
b) Heat cramps yaitu timbulnya kelainan seperti otot
kejang dan sakit, terutama otot anggota badan atas dan
bawah.
c) Heat Exhaustion yaitu tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit.
d) Heat stroke yaitu heat stress yang paling berat,
mengakibatkan thermoregulatory terganggu, jantung
berdebar, nafas pendek dan cepat, tekanan darah naik
atau turun dan tidak mampu berkeringat, suhu badan
tinggi, hilang kesadaran.
b. Faktor fisiologik (ergonomik) Yaitu faktor yang mempengaruhi
keserasian antara tenaga dan pekerjaannya (cara kerja, posisi kerja,
alat kerja, beban kerja ) ketidakserasian dari faktor di atas dapat
menimbulkan kecelakaan kerja sakit otot, sakit pinggang, cedera
punggung dan lain-lain. Menurut Silaban,2012 menyatakan
tenosinovitis styloid radial yang disebabkan gerakan yang
berulang-ulang, pengerahan tenaga secara berlebih dan postur
pergerakan tangan yang janggal.
c. Faktor Mental Psikologi Dapat berupa hubungan kerja yang
kurang baik. Sifat pekerjaan yang monoton, tidak sesuai bakat,
kesejahteraan yang kurang dan lain-lain. Faktor ini selain
menurunkan produktivitas, Juga dapat menimbulkan penyakit-
penyakit psikosomatik.

Banyak faktor salah satunya dari segi faktor eksternal, diantaranya


pengalaman. Pengalaman perawat dapat dilihat dari berbagai aspek.
Salah satunya adalah masa kerja. Semakin lama masa kerja perawat
maka pengalaman yang dimiliki juga semakin meningkat sehingga
perilakunya dalam menjaga keselamatan dirinya juga menjadi lebih
baik. Selain itu pengalaman juga dapat diperoleh dari berbagai
sosialisasi maupun pelatihan tentang K3 yang dilakukan oleh pihak
rumah sakit. Faktor selanjutnya yang ikut berperan dalam perubahan
perilaku perawat yaitu tersedianya fasilitas yang mendukung sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Tukatman, Sulistiawati, Purwaningsih dan Nursalam (2015) yang
menyebutkan bahwa faktor enabling (fasilitas keamanan dan
keselamatan, hukum/aturan) pada perawat berpengaruh terhadap K3
pada perawat dalam penanganan pasien. Nilai yang paling tinggi pada
faktor enabling berada pada komponen hukum/aturan, artinya secara
umum perilaku seseorang dipengaruhi oleh aturan yang ada di
lingkungannya. Selain beberapa faktor diatas, budaya organisasi juga
berpengaruh terhadap perilaku perawat dalam melaksanakan
keselamatan, dimana budaya organisasi yang baik akan mendorong
perawat untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang telah
ditetentukan(Notoadmodjo, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian
Mulyatiningsih (2013) tentang determinan perilaku perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan perilaku
perawat dalam menjaga keselamatan.
2. OHN melakukan penilaian kesehatan individu dan dalam kelompok
pekerja di tempat kerja. Penilaian ini berdasar pada dokumentasi
riwayat kesehatan, evaluasi risiko kesehatan, pengujian dan
pemantauan, penilaian fisik. OHN juga melakukan evaluasi
pengawasan medis dengan kelompok pekerja untuk memantau status
kesehatan melalui program kerja. OHN juga dapat mengumpulkan data
dari manfaat kesehatan pemanfaatan statistik sebagai dasar untuk
intervensi kesehatan, promosi kesehatan, dan strategi pendidikan
kesehatan.
Ruang lingkup program OHN dalam penilaian kesehatan:
1. Administrasi dan Menejemen
Perawat memiliki administrasi dan operasimanajemen tanggung
jawab dari layanankesehatan kerja, yang merupakan bagian utama dari
perawat penambahan fungsi perawatan.
2. Mengelola Pelayanan Administrasi Kesehatan.
Administrasi dan menejemen kegiatan pengelolaan termasuk
mengelola pelayanankesehatan kerja di perkantoran,memenuhi
perlengkapan, membantu dan mengembangkan protokol,
pemeliharaan dan revisi kebijakankeperawatan kesehatan kerja.
3. Penjagaan Catatan
Menjaga fungsi administratif sangat penting,dan perawat memiliki
tanggung jawab hukumyang baik dan profesional untuk tetap
akurat,komperhensif, yang ditulis dalam records.
4. Hubungan Masyarakat
Sumber daya komunitas kolaborasi dan pemanfaatan sangat
penting untuk memberikan perawatan yang komprehensif untuk
pekerjadan perawat.mereka harus dapat pengetahuantentang
masyarakat, jaringan dengan lembagamasyarakat.
5. Kesehatan Preventif
Kegiatan kesehatan preventif sering kalimelibatkan pemberian
imunisasi,melakukan pendidikan kesehatandan keselamatan,dan
mempromosikan kondisi lingkungan yangkondusif bagi kesehatan
pekerja.
6. Perawatan akut
Keterampilan perawat sangat diperlukan untuk perawatan luka
akut dan penyakit akibatkerja yang komprehensif, dan beberapadari
situasi ini dapat mengancam nyawa
7. Perawatan Darurat
Perawatan darurat mungkin yang palingdramatisdari fungsi
langsung OHN yang peduli. Setiaptahun jutaan cedera traumatis
terjadi pada pekerjaan; lebih dari 3 juta diantaranya parah,dan hasilnya
banyak cacat permanen
8. Pengelolaan Kondisi kronis.
Kondisi kronis adalah kondisi kerja dan non-kerja yang
memerlukan tindak lanjut dan jangka panjang rehabilitasi
9. Rehabilitasi.
Perawat sering terlibat dalamkegiatan rehabilitasi. Kegiatan ini
harusdimulai sesegera mungkin dandapat dilakukan di tempat kerja.
10. Manajemen Kasus
Proses koordinasi kesehatan klien layanan perawatan untuk
mencapai hasil yangoptimal, perawatan berkualitas, yangdisampaikan
dengan cara dan biayayang hemat
11. Pendidikan kesehatan dan PromosiKesehatan.
Kesehatan intervensi pendidikan yangdigunakan lebih banyak
ditempat kerja dansering dilaksanakan oleh OHN
12. Konseling
Konseling kesehatan fungsinya penting untuk berfokus pada
pertumbuhan dan perkembangan secara normal, kesehatankeluarga,
stressor tempat bekerja, lingkunganyang berisiko kesehatan dan hasil
tes danscreening. Konseling sering involves isi pendidikan kesehatan.
13. Legal / Etik
Legal/etik. Penting untuk pengetahuan tentanglegislasi seperti
perlindungan kerja dantindakan kesehatan dan sudah di
jelaskan.Legislasi lain dengan OHN akan bekerjaregular adalah
pekerja kompensasi
14. Stressor kerja
Stressor kerja nya berupa cedera, penyakit dankematian
3. Keperawatan kesehatan kerja atau occupational health
nursing(OHN)adalah cabang khusus dari keperawatan komunitas yang
merupakan aplikasi dari konsep dan frame work dari berbagai disiplin
ilmu (keperawatan, kedokteran kesehatan masyarakat ilmu sosial dan
perilaku, prinsip-prinsip manajemen )yang bertujuan meningkatkan
dan memelihara status kesehatan pekerja serta melindungi pekerja dari
kecelakaan kerja dan faktor resiko bahaya di tempat kerja (health
Hazards )dalam konteks lingkungan kerja yang sehat dan aman.
Tujuan OHM adalah bekerja dengan manajemen untuk
mengembangkan strategi dan peningkatan kesehatan kerja menurut
(Miller 1989, cookfair,1996, dalam hitcock, scubert & Thomas,1999)
peran OHN adalah independen, promosi kesehatan ,deteksi penyakit,
pelayanan kesehatan. (Roger,1994, dalamstone,MC Guire,Eigsti,2002)
Siska
Memberikan pelayanan kesehatan dan keamanan bagi para pekerja,
populasi pekerja, dan communitas grup, mengembangkan strategi dan
peningkatan kesehatan pekerja, meningkatkan serta memelihara status
kesehatan pekerja, dan melindungi pekerja dari dari kecelakaan kerja
dan factor risiko bahaya ditempat kerja
Tujuan OHN adalah mencegah terjadinya penyakit atau kecelakaan
sebelum, pada saat atau sesudahnya, guna meminimalisasi dampak
penyakit sesudah kerja, serta meningkatkan produktivitas kerja
(Oakley, 2003; WHO, 2012; AAOHN, 2012)
4. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah
menetapkan kebijakan tarif cukai hasil tembakau tahun 2021.
Kebijakan ini selaras dengan visi-misi Presiden Republik Indonesia
yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”, melalui komitmen
pengendalian konsumsi demi kepentingan kesehatan, namun juga
perlindungan terhadap buruh, petani, dan industri dengan
meminimalisir dampak negatif kebijakan, sekaligus melihat peluang
dan mendorong ekspor hasil tembakau Indonesia.
Ada beberapa pokok kebijakan cukai hasil tembakau tahun 2021 yaitu:
(1) Hanya besaran tarif cukai hasil tembakau yang berubah, mengingat
tahun 2021 merupakan tahun yang berat bagi hampir seluruh industri
termasuk industri hasil tembakau; (2) Simplifikasi digambarkan
dengan memperkecil celah tarif antara Sigaret Kretek Mesin (SKM)
golongan II A dengan SKM golongan II B, serta Sigaret Putih Mesin
(SPM) golongan II A dengan SPM golongan II B; serta, (3) besaran
harga jual eceran di pasaran sesuai dengan kenaikan tarif masing-
masing.
Untuk mencegah kebijakan menjadi insentif bagi peredaran rokok
ilegal, upaya pengawasan dan penindakan akan terus ditingkatkan,
baik yang bersifat preventif maupun represif.
Bentuk Kebijakan dan Pencegahan Kecelakaan oleh perusahaan untuk
pegawai atau petani tembakau:
Penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan tenaman tembakau
yaitu Green Tobacco Sickness (GTS) yang diderita oleh pemetik daun
tembakau yang kontak langsung dengan daun tembakau basah.
Keluhan gejala yang disebabkan oleh Green Tobacco Sickness (GTS)
yaitu sebagian besar buruh tani tembakau bekerja dengan memanen
tembakau dipagi hari yang mana hal ini termasuk factor penyebab
terjadinya penyakit green tobacco sickness karena salah satu
penyebabnya yaitu ketika kulit pekerja terpapar dengan tembakau yang
basah atau sebaliknya kulit pekerja dalam keadaan basah, maka dari itu
untuk menghindari terpaparnya antara kulit dengan daun tembakau
basah yang biasa terjadi pada pagi hari karena embun maka hendaknya
buruh tani tembakau memakai alat pelindung diri terutama di pagi hari.
Jadi beberapa bentuk pencegahan yang bisa dilakukan perusahaan
yang mana hal ini sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
Green Tobacco Sickness antara lain:
- Ketersediaan alat pelindung diri (APD)
- Meningkatkan pengetahuan dan sikap buruh tani tembakau tentang
pencegahan Green Tobacco Sickness(GTS)
- Melakukan kerja sama dengan ketua kelompok tani untuk
melakukan acara penyuluhan kepada buruh tani untuk mencegah
penyakit Green Tobacco Sickness (GTS) (Lecours et al, 2011 &
Rokhmah, 2012).
5. Jenis kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi pada petani tembakau
ialah rentan terkena penyakit Green tobacco sickness (GTS).faktor
risiko yang terkait dengan GTS seperti kontak dengan daun tembakau
lembab (nikotin larut dalam air), kurangnya penggunaan alat pelindung
diri selama panen,kurangnya pengalaman dalam pekerjaan sebagai
petani tembakau dan adanya luka atau ruam pada kulit. Metabolisme
nikotin dimediasi oleh enzim detoksifikasi, polimorfisme pada gen
yang terjadi pada enzim ini dapat menurunkan efektivitas atau bahkan
mencegah eksresi enzim. [Marcelo Set al, 2018]. Jenis kecelakaan
kerja yang berpotensi terjadi pada petani tembakau ialah rentan terkena
penyakit Green tobacco sickness (GTS).faktor risiko yang terkait
dengan GTS seperti kontak dengan daun tembakau lembab (nikotin
larut dalam air), kurangnya penggunaan alat pelindung diri selama
panen,kurangnya pengalaman dalam pekerjaan sebagai petani
tembakau dan adanya luka atau ruam pada kulit. Metabolisme nikotin
dimediasi oleh enzim detoksifikasi, polimorfisme pada gen yang
terjadi pada enzim ini dapat menurunkan efektivitas atau bahkan
mencegah eksresi enzim. [Marcelo Set al, 2018]. Jenis kecelakaan
kerja yang berpotensi terjadi pada petani tembakau ialah rentan terkena
penyakit Green tobacco sickness (GTS).faktor risiko yang terkait
dengan GTS seperti kontak dengan daun tembakau lembab (nikotin
larut dalam air), kurangnya penggunaan alat pelindung diri selama
panen,kurangnya pengalaman dalam pekerjaan sebagai petani
tembakau dan adanya luka atau ruam pada kulit. Metabolisme nikotin
dimediasi oleh enzim detoksifikasi, polimorfisme pada gen yang
terjadi pada enzim ini dapat menurunkan efektivitas atau bahkan
mencegah eksresi enzim. [Marcelo Set al, 2018].
Green Tobacco Sickness (GTS) merupakan suatu keracunan akut
nikotin yang terjadi melalui penyerapan lewat kulit. GTS terjadi pada
populasi pekerja atau petani tembakau, terutama saat penanaman dan
panen tembakau. GTS terjadi saat petani kontak langsung dengan
tambakau basah. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
GTS ditandai dengan gejala utama pusing, mual, muntah sakit kepala
dan sekeresi air liur yang berlebihan kadang-kadang disertai dengan
penurunan kesadaran. Risiko keracunan nikotin meningkat saat
tercampur dengan kondisi basah karena hujan, embun atau keringat
 STEP 4 MINDMAPING

Ners Anna
27 tahun
Bekerja di Puskesmas
Cempaka Kota Jambi

Data-data yang dimiliki Puskesmas :

1. Data Demografi:
→ jumlah penduduk, luas wilayah, perbatasan wilayah,
pekerjaan (mayoritas petani tembakau), pendidikan

2. Data Prevalensi Penyakit:


→ Penyakit yang terdiagnosis antara lain, diare, ISPA,
hipertensi dll

Tujuan Penggunaan Data

Mengembangkan program
Kesehatan dan Keselatan Mengembangkan program
Kerja OHN
STEP 5 LEARNING OBJEKTIF

1. Apakah yang dimaksud dengan OHN?


2. Apa saja yang termasuk dalam program kerja OHN?
3. Bagaimana pelaksanaan program OHN di wilayah kerja
puskesmas di Indonesia?
4. Apa saja kewenangan yang dimiliki perawat OHN?
5. Kompetensi apa saja yang diperlukan untuk menjadi perawat OHN?
6. Apa sajakah prinsip kesehatan dan keselamatan kerja?
7. Apa saja program kesehatan kerja yang dapat dilakukan oleh
seorang perawat?
8. Apa saja data yang perlu dikaji untuk mengembangkan program OHN?
9. Apa saja area kompetensi seorang perawat OHN?

STEP 6

1. Apakah yang dimaksud dengan OHN?


Jawab : keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja (OHN) adalah keperawatan
yang berfokus pada promosi, perlindungan dan rehabilitasi kesehatan pekerja
dalam konteks lingungan kerja yang aman dan sehat serta mencegah penyakit dan
cedera yang berhubungan dengan pekerjaan dan melindungi kesehatan
dan keselamatan kerja.

2. Apa saja yang termasuk dalam program kerja OHN?


Jawab : interpretasi dan evaluasi riwayat medis pekerja, memberikan perawatan
pasien secara langsung, manajemen kasus dan perawatan primer untuk penyakit
akibat kerja, non-kerja dan cedera, kesehatan penilaian bahaya, analisis dan
melakukan pengelolaan penyakit akibat kerja dan cedera .

3. Bagaimana pelaksanaan program OHN di wilayah kerja puskesmas di


Indonesia?
Jawab : kesehatan dan keselamatan kerja belum mendapat perhatian serius di
Indonesia. Dalam industri kontruksi, terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat
dibandingkan industri berbasis manufaktur. Pekerja dan pemeliharaan kontruksi
mempunyai sifat bahaya secara secara alamiah. Oleh sebab itu, masalah bahaya
harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan.
Menurut Tom Pasaribu, di sebagian besar negara keselamatan di tempat kerja
masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15-
45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataannya, standar keselamatan
kerja di Indonesia paling buruk di daerah Asia Tenggara. Kecelakaan kerja
bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga
tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan
penyebabnya,terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung, tersdiri
dari faktor lingkungan (zat kimia yangtidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan
factor manusia (lebih dari 80 persen). Pada umumnya, kecelakaan terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan
keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi
kinerja keselamatan dalam industri kontruksi.

4. Apa saja kewenangan yang dimiliki perawat OHN?


Jawab : Mengaplikasikan asuhan keperawatan kesehatan keselamatan
kerja terhadap berbagai masalah keperawatan yang umum terjadi akibat pekerjaan
dilingkungan pertanian, menerapkan asuhan keperawatan kesehatan dan
keselamatan kerja dengan memperhatikan aspek legal, standar perawatan, ruang
lingkup keperawatan kesehatan dan keselamatan kerja. Melakukan dan mengkaji,
merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi program yang
mengajarkan perilaku sehat terhadap berbagai kelompok bekerja beserta
keluarganya. Menganalisa manajemen risiko dan bahaya akibat kerja.
Menerapkan upaya pencegahan keselamatan kerja. Mengidentifikasi kebutuhan
promosi kesehatan di lahan kerja. Menyusun strategi untuk keberhasilan program
promosi kesehatan kerja.
5. Kompetensi apa saja yang diperlukan untuk menjadi perawat OHN?
Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat OHN adalah:
a. Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko
actual
dan potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada pihak yang
berwenang.
b. Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen
risiko peningkatan kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan
asuhan yang aman dan memenuhi peraturan nasional, persyaratan
keselamatan dan kesehatan tempat kerja, serta kebijakan dan prosedur.
c. Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan, pemberian dan
pencatatan bahan-bahan pengobatan.
d. Memberikan obat, mencatat, mengkaji efek samping dan mengukur
dosis yang sesuai dengan resep yang ditetapkan.
e. Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya
pelanggaran dalam praktik yang dilakukan para praktisi lain.
f. Mengetahui tanggung jawab dan prosedur yang harus diikuti
pada saat dinyatakan terjadi bencana.

6. Apasajakah prinsip kesehatan dan keselamatan kerja?


ILO dalam resolusinya menyatakan bahwa ada 3 prinsip dasar k3, yaitu (Haryuti,
tanpa tahun):
a. Work should take place in a safe and healthy working environment
b. Condition of work should be consistent with workers well-being and human
dignity
c. Work should offer real possibilities for personal achievement, self fulfillment
and service to society
Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja antara lain (susanto, tanpa tahun):
a. Primary prevention (Health promotion, disease prevention, non-occupational
program)
b. Secondary prevention (early diagnosis, treatment and limit disability)
c. Tertiary prevention (rehabilitation, restoration, return to work)
7. Apa saja program kesehatan kerja yang dapat dilakukan oleh seorang perawat?
Perawat dapat Mengurangi timbulnya penyakit dan melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala. Pada umumnya perusahaan sulit
mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit, karena
hubungan sebab-akibat antara lingkungan fisik dengan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan Padahal, penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan jauh lebih merugikan, baik bagi perusahaan maupun pekerja,
sehingga dalam hal ini perawat dapat meminimalkan resiko timbulnya penyakit
pada pekerja seperti penggunaan APD seperti masker dan sepatu boot atau
perlengkapan pelindung lain yang berguna untuk meminimalkan timbulnya
penyakit pada pekerja. Hal lain yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
memantau keadaan lingkungan fisik di sekitar pabrik / perusahaan, guna
merancang POAC untuk perusahaan

8. Apa saja data yang perlu dikaji unutk mengembangkan program OHN?
a. Lingkungan pabrik : kebersihan dan sanitasi
b. Pemeriksaan kesehatan Bagi pekerja
c. Jaminan kesehatan
d. Pemakaian APD
e. Proses kerja
f. Keluhan pekerja
g. Kecelakaan yg sering terjadi
h. P3K
i. Jam kerja
Data yang perlu di analisa:
a. Kecelakaan kerja yg sering terjadi
b. Perilaku yg tidak sehat
c. Lingkungan yg tidak sehat
d. Penyakit akibat kerja
e. Pengetahuan yg kurang
f. Kurangnya fasilitas pendukung
9. Apa saja area kompetensi seorang perawat OHN?
Menurut Susanto (2013), menyatakan bahwa kompetensi perawat OHN adalah:
a. Manajemen dan Administrasi
b. Asuhan Keperawatan
c. Konsultasi
d. Penyuluhan Kesehatan
e. Penelitian
f. Kesehatan dan Lingkungan Kerja

LEARNING OBJEKTIF TAMBAHAN :

 standar pelayanan perawat OHN


a. Ada kerja sama dengan multidisplin (dokter, ahli higiene
perusahaan, ergonomi, psikologi, psikiater, ahli gizi, ahli manajemen, ahli
hukum, dll)
b. Fungsi perawat di perusahaan bergantung kepada kebijakan perusahaan
dalam memberikan ruang lingkup upaya kesejahteraan dan keselamatan
kerja
 hambatan pelaksanaan OHN
Hambatan tersebut ada yang bersifat makro (di tingkat nasional) dan ada pula
yang bersifat mikro (dalam perusahaan).
a. Hambatan makro (tingkat nasional)
Di tingkat nasional (makro) ditemui banyak faktor yang merupakan kendala
yang menyebabkan kurang berhasilnya program keselamatan kerja antara lain:
1. Pemerintah
Masih dirasakan adanya kekurangan dalam masalah pembinaan (formal &
nonformal), bimbingan (pelayanan informasi, standar, code of pratice),
pengawasan (peraturan, pemantauan / monitoring serta sangsi terhadap
pelanggaran), serta bidang-bidang pengendalian bahaya.
2. Teknologi
Perkembangan teknologi perlu diantisipasi agar bahaya yang ditimbulkannya
dapat diminimalisasi atau dihilangkan sama sekali dengan pemanfaatan
ketrampilan di bidang pengendalian bahaya.
3. Sosial budaya
Adanya kesenjangan sosial budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan
kesadaran masyarakat terhadap masalah keselamatan kerja, kebijakan asuransi
yang tidak berorientasi pada pengendalian bahaya, perilaku masyarakat yang
belum sepenuhnya mengerti terhadap bahaya-bahaya yang terdapat pada
industri dengan teknologi canggih serta adanya budaya “santai” dan “tidak peduli”
dari masyarakat atau dengan kata lain belum ada “budaya”
mengutamakan keselamatan di dalam masyarakat / pekerja.
b. Hambatan mikro (dalam perusahaan)
Masalah yang bersifat mikro yang terjadi di perusahaan antara lain terdiri dari:
Kesadaran, dukungan dan keterlibatan Kesadaran, dukungan dan keterlibatan
manajemen operasi terhadap usaha pengendalian bahaya dirasakan masih
sangat kurang. Keadaan ini akan membudaya mulai dari lapis bawah
sehingga banyak para karyawan memilki kesadaran keselamatan yang rendah,
disamping itu pengetahuan mereka terhadap bidang rekayasa dan
manajemen keselamatan kerja juga sangat terbatas. Ditambah lagi anggapan
bahwa K3 adalah cost center yang padahal sebenarnya justru sebaliknya.
Kemampuan yang terbatas dari petugas keselamatan kerja Kemampuan petugas
keselamatan kerja dibidang rekayasa operasi, rekayasa keselamatan kerja,
manajemen pengendalian bahaya dirasakan sangat kurang sehingga merupakan
kendala diperolehnya kinerja keselamatan kerja yang baik. Akibat daripada
kekurangan ini terdapatnya kesenjangan antara makin majunya teknologi terapan
dengan dampak negatif yang makin tinggi dengan kemampuan para petugas
keselamatan kerja dalam mengantisipasi keadaan yang makin berbahaya. Hal
ini juga disebabkan karena kurangnya pengembangan SDM di bidang
K3 atau kurang dikembangkannya perkembangan dunia pendidikan di bidang
ini.Standard, code of practice Masih kurangnya standard-standard dan code
practice di bidang keselamatan kerja serta penyebaran informasi di bidang
pengendalian bahaya industri yang masih terbatas akan menambah memperbesar
resiko yang dihadapi.
 program yang dapat disusun oleh perawat OHN terkait K3 pada
pertanian khusunya tembakau
a. Pemeriksaan kesehatan petani tembakau meliputi penilaian
emosional, pemeriksaan berkala, pemeriksaan kesehatan setelah petani
menderita sakit atau kecelakaan, pemeriksaan pada waktu berhenti
kerja yang bertujuan mengetahui apakah ada gangguan akibat kerja.
b. Diagnose dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk
rehabilitasinya.
c. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat
kerja.
d. Pendidikan terhadap petani akan bahaya dan tindakan
pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap kesehatan.
e. program penentuan perlunya alat-alat perlindungan diri dan pengadaannya
f. Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk mengetahui
apakah ada kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta
pencegahannya.
g. Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan yang
belum mendapat pemeriksaan secara toksikologis.
h. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang
ada.

 kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada petani tembakau?


a. Keseleo akibat terjatuh saat bertani
b. Luka-luka akibat benda tumpul atau benda lancip
c. Terkena sabit saat memotong tembakau
d. Terkena cangkul saat mencangkul tembakau
e. Terpeleset saat ingin menanam atau memanen tembakau

 penyakit yang dapat terjadi pada petani tembakau beserta


pencegahannya
a. Green Tobacco Sickness (GTS) dengan gejalanya itu seperti pusing, sakit
kepala, mual dan muntah
- Pencegahannya adalah dengan menghindari kontak langsung
dauntembakau dengan kulit sehingga petani perlu menggunakan lengan
panjang dan sarung tangan dan juga dianjurkan baju basah yang terkena
daun tembakau harus diganti, dicuci dan petani tembakau harus mandi
karena hal tersebut dilakukan untuk menghalangi penetrasi nikotin ke
dalam tubuh.
b. Tabakosis (penyebabnya yaitu dari debu tembakau) dengan Gejala
tabakosis akut adalah demam, batuk, sesak, dan kelainan asmatis. Lebih
lanjut penyakit berkembang sehingga pekerja yang dihinggapi penyakit
tersebut menderita bronkhitis semula akut kemudian kronis serta
pnemonia atau menjadi aktifnya proses spesifik TBC paru.
pencegahannya dengan menggunakan masker saat melakukan
pekerjaan sehingga ada debu tembakau tidak langsung dapat terhirup dan
tidak langsung ke dalam paru-paru.

 cara mengatasi insidensi penyakit yang terjadi pada petani tembakau


berdasarkan program OHN
a. Celana dan baju lengan panjang. Gunanya adalah: Untuk menjaga tubuh
dari sinar matahari langsung atau menghindarkan diri dari udara yang
dingin, menjaga kulit dari bulu ulat, miang, atau getah tanaman, dan
gigitan binatang berbisa
b. Topi. Gunakan topi jika bekerja di terik matahari. Topi juga bermanfaat
untuk menghindari bahaya tanaman dan binatang berbisa.
c. Sepatu lars ( sepatu bot) dari karet. Sepatu yang dapat menutup kaki
sampai betis ini berguna untuk:
- menghindarkan kaki dari benda tajam
- menjaga kaki dari gigitan ular dan binatang berbisa
- mengjhindarkan diri dari penyakit cacing tambang.
d. Masker dan Kacamata
Panggunaan masker sangat berguna karena dapat melindungi dari zat
kimia seperti pestisida agar tidak terhirup masuk ke tubuh, selain itu
penggunaan kacamata juga dapat melindungi dari gas zat – zat kimia.
 Diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari permasalahan yang ada di
skenario tersebut
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah;
- Kurang optimalnya program OHN diwilayah kerja PKM X berhubungan
dengan kuarangnnya pengembangan program OHN di wilayah kerja PKM
X.
 Apa saja tantangan dan peluang pada perawat Occupation Health Nursing
(OHN)
- Peluang perawat OHN adalah sebagai berikut:
a. Edukator
Pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang
berhubungan dengan tahap keselamatan dan kesehatan kerja. Perawat
edukator harus mampu mengajarkan peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan atau rehabilitasi dari dampak penyakit melalui
penyusunan program HE.
b. Konselor
Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang
telah diterima oleh klien serta melakukan supervisi kepada tim
kesehatan atau perawat OHN terhadap program yang telah dijalankan.
c. Pengamat kesehatan
Perawat melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada
klien menyangkut masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Pengorganisir
Perawat melakukan motivasi, dan membuat struktur kerja untuk
pekerja sehingga dapat aman dan selamat.
e. Fasilitator
Perawat merupakan tempat bertanya bagi pekerja di suatu perusahaan
untuk dapat melakukan kesehatan dan keselamatan bagi kariawan untuk
memecahkan masalah kesehatan, meminimalisir risiko kerja serta
memberikan solusi untuk rehabilitasi penyakit.
f. Pembaharu
Perawat dapat berperan sebagai inovator terhadap perubahan perilaku dan
pola hidup klien untuk meningkatkan dan pemeliharaan kesehatan.
Perawat OHN melakukan asuhan langsung terhadap masyarakat diwilayah
baik pada klien sehat atau sakit. Sedangkan tantangan dari perawat OHN
adalah;
Perawat OHN berisiko terhadap kecelakaan kerja karena lahan pertanian
dan perkebunan yang buruk.

 perencanaan yang dapat dibuat pada skenario


Perencanaan yang dapat dikukan pada skenario tersebut adalah;
1. Pengumpulan data demografi wilayah
2. Indetifikasi masalah diwilayah tersebut
3. Memprioritaskan masalah yang terjadi
4. Melakukan Health Education untuk preventif sebuah penyakit terkait
5. Menegakkan pola hidup bersih dan sehat dengan melakukan kerja bakti
6. Melakukan penghijaun untk meminimalisir dampak dari polusi
udara sehingga annga kejadian ISPA dapat tekan.

 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Kerja


Pada beberapa dekade sebelumnya peran dan fungsi OHN hanya terfokus pada
penanganan kasus kegawatdaruratan dan penyakit akut yang dialami pekerja di
tempat kerja maka, saat ini peran dan fungsi OHN menjadi lebih luas dan
kompleks (Nies & Swansons, 2002). Lusk (1990, dalam Stanhope & Lancaster,
2004) mengidentifikasi 8 peran OHN. Kedelapan peran tersebut adalah:
(1) Pemberi pelayanan kesehatan ;
(2) Penemu kasus;
(3) Pendidik kesehatan;
(4) Perawat pendidik;
(5) Pemberi layanan konseling;
(6) Manajemen kasus;
(7) Konsultan, serta
(8) Peneliti.
 Berdasarkan peran tersebut, maka fungsi OHN adalah:
1. Melakukan supervisi terhadap kesehatan pekerja;
2. Melakukan surveilens terhadap lingkungan kerja;
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja;
4. Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja;
5. Penatalaksanaan penyakit baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan, kecelakaan di tempat kerja, serta
pelayanan kesehatan dasar;
6. Mengatur dan mengkoordinasikan upaya pertolongan pertama di tempat
kerja;
7. Melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di tempat kerja;
8. Melakukan konseling untuk pekerja;
9. Melakukan upaya rehabilitasi untuk pekerja yang kembali bekerja setelah
mengalami kecelakaan atau dirawat di rumah sakit;
10. Melakukan pencatatan dan pelaporan kesehatan kerja;
11. Melakukan penatalaksanaan terhadap manajemen pelayanan kesehatan
kerja termasuk menetapkan perencanaan, pengembangan kebijakan,
pendanaan, staffing dan;
12. melakukan tugas admininstrasi di unit kesehatanatau klinik kesehatan yang
tersedia serta;
13. melakukan riset keperawatan kesehatan kerja
(AAOHN, 1994, dalam Nies & Swanson, 2002 Dorward, 1993, dalam
Oakley, 2004, Eigsti, Guire & Stone, 2002, Stanhope & Lancaster, 2004,
World Health Organisation, 1982, dalam Oakley, 2002).

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pekerja


Berdasarkan aplikasi model Epidemiologi, hubungan antara pekerja dan status
kesehatan dilihat berdasarkan tiga faktor yang saling mempengaruhi, yaitu pekerja
(host), lingkungan (environment) dan health hazards (Stanhope & Lancaster,
2004). Ketiga faktor yang saling berpengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Pekerja (Host)
Pekerja merupakan host pada populasi pekerja. Host memiliki karakteristik
yang berhubungan dengan meningkatnya risiko untuk terpapar health
hazards di tempat kerja. Karakteristik tersebut meliputi:
(1) usia;
(2) Jenis kelamin;
(3) Memiliki atau tidak memiliki penyakit kronis;
(3) Aktifitas di tempat kerja;
(4) Status imunologi;
(5) Etnik;
(6) Gaya hidup (Stanhope &Lancaster, 2004).

Sebagai contoh pekerja yang memiliki risiko tinggi mengalami kecelakaan


di tempat kerja adalah laki-laki yang berusia antara 18-30 tahun, memiliki
pengalaman kerja kurang dari 6 bulan. Karakteristik host seperti usia, jenis
kelamin, dan pengalaman kerja, meningkatkan risiko untuk mengalami
kecelakaan kerja akibat kurangnya pengetahuan dan kemampuan mengatasi
risiko health hazards serta ketrampilan kerja yang masih rendah. Agregat
pekerja ini juga berisiko mengalami penyakit kronis akibat gaya hidup
yang kurang sehat seperti perokok, minum alkohol, kurang berolahraga
(Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2004;
Oakley, 2002).
 Faktor Risiko Bahaya di Tempat Kerja (Health Hazards)
Health hazards berupa faktor kimia, fisika, biologi, enviromechanical dan
psikologi, terdapat pada hampir semua bentuk institusi kerja (Stanhope &
Lancaster, 2004). Tanpa memandang jenis institusi kerja bersifat tradisional atau
modern yang menggunakan teknologi tinggi. Perusahaan yang mengelola jasa
(bank, institusi pelayanan kesehatan, hotel dan restoran) juga tidak luput dari
bahaya health hazards bagi pekerja (Depnakertrans RI, 2005).
- Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara host
dan agent dan dapat menjadi mediasi antara host dan agent. Lingkungan
digolongkan menjadi fisik dan psikologis. Lingkungan fisik berupa panas, bau,
ventilasi yang mempengaruhi interaksi host dan agent. (Stanhope & Lancaster,
2004). Lingkungan fisik yang kurang nyaman menimbulkan ketegangan bagi
pekerja serta memperberat risiko interaksi negatif antara host dan agent. Misalnya
pekerja yang terpapar health hazards kimia berada di lingkungan kerja panas dan
kurang ventilasi maka akan memperberat risiko timbulnya masalah kesehatan
pekerja tersebut. Adapun lingkungan psikologis berhubungan dengan karakteristik
tempat kerja meliputi hubungan interpersonal dan karakteristik pekerjaan, berupa
rendahnya otonomi, tingkat kepuasan kerja, serta pengawasan yang berlebihan
(Eigsti, Guire & Stone,2004; Oakley, 2002).

 Penatalaksanaan Keperawatan Kesehatan Kerja di Masyarakat Strategi


Intervensi Keperawatan Kesehatan Kerja Pendidikan Kesehatan
Menurut Anderson dan McFarlane (2000), OHN bertanggung jawab terhadap
program pendidikan kesehatan di tempat kerja. Pendidikan kesehatan
dirancang sejak awal untuk memberikan promosi kesehatan tidak hanya
difokuskan pada pekerja tetapi juga diberikan kepada keluarga pekerja.
Keluarga memberikan kontribusi besar terhadap status kesehatan pekerja
(Oakley, 2002). Anderson dan McFarlane (2000) menjelaskan, aktifitas
pendidikan kesehatan di tempat kerja dimulai dari pengkajian kebutuhan
pekerja dan pihak manajemen terhadap upaya pendidikan kesehatan.
Langkah berikutnya menciptakan program pendidikan kesehatan yang
efisien, efektif untuk diimplementasikan di tempat kerja. Pendidikan
kesehatan yang diberikan kepada pekerja difokuskan meningkat kan penget
ahuan dan kemampuan pekerja mengenali health hazards di tempat kerja
serta upaya mengurangi dampak health hazards terhadap status kesehatan
mereka (Eigsti,Guire & Stone, 2004; Oakley, 2004; Stanhope & Lancaster,
2004). Pekerja biasanya tidak menyadari ancaman health hazards yang tidak
bisa dilihat dengan mata secara langsung (misalnya gas dan asbestos),
sehingga mereka menjadi kurang waspada terhadap health hazards tersebut
(Eigsti, Guire & Stone, 2002).
Salah satu tantangan yang dihadapi perawat kesehatan kerja untuk
memberikan pendidikan kesehatan yang efektif di tempat kerja adalah
minimnya waktu luang yang dimiliki pekerja untuk mengikuti pendidikan
kesehatan. Waktu luang yang dimiliki pekerja hanya pada saat istirahat makan
siang atau istirahat minum kopi, sehingga dibutuhkan strategi khusus untuk
mensiasati permasalahan tersebut (Oakley, 2004). Strategi yang dapat
dilakukan adalah membagikan materi pendidikan kesehatan berupa leaflet,
brosur berisi pesan kesehatan saat makan siang di ruang makan. Metode lain
yang efektif dan efisien untuk memberikan pendidikan kesehatan di tempat
kerja adalah dengan penempelan poster, pemutaran video berdurasi singkat
(15- 20 menit) (Eigsti, Guire & Stone, 2002; Hitchcock, Schubert, & Thomas,
2004; Ervin, 2002).
- Proses Kelompok
Proses pembentukan kelompok adalah gabungan dari individu atau
organisasi yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan khusus tertentu
atau kerjasama yang saling menguntungkan (American Association of
University Woman/ AAUW, 1981, dalam Helvie, 1998). Kelompok
pekerja yang berada di satu institusi kerja adalah kelompok yang dapat
diberdayakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada melalui
berbagai intervensi keperawatan yang sesuai untuk kelompok.
- Kemitraan/ Partnership
Partnership adalah hubungan yang terjalin antara profesi kesehatan dan
partnernya yaitu individu, keluarga, dan masyarakat yang memiliki
kekuatan atau power, hubungan ini bersifat fleksibel,
- Pemberdayaan Masyarakat / Commnunity Empowerment
Menurut Wallerstein (1992, dalam Helvie, 1998), pemberdayaan
masyarakat adalah proses aksi sosial meningkatkan partisipasi individu,
organisasi dan masyarakat mencapai tujuan peningkatan kemampuan
individu dan masyarakat dalam rangka memperbaiki kualitas kehidupan
dan peran sosial mereka dalam masyarakat.
 Level dan Bentuk Intervensi Keperawatan Kesehatan Kerja
Semua bentuk intervensi keperawatan komunitas berdasarkan pada konsep
pencegahan, demikian juga bentuk intervensi keperawatan kesehatan kerja
(Travers & Doughall, 2000, dalam Nies & Swansons, 2002). Promosi
kesehatan, proteksi, pemeliharaan dan rehabilitasi kesehatan pekerja adalah
tujuan yang harus dicapai oleh perawat kesehatan kerja (AAOHN, 1995 dalam
Nies & Swanson, 2002). Saat melaksanakan praktek keperawatan kesehatan
kerja, perawat kesehatan kerja menggunakan tiga level strategi pencegahan
(Stanhope & Lancaster, 2004). Penggunaan tiga level pencegahan ini
dimaksudkan menjamin perawat lebih berfungsi melakukan pencegahan
timbulnya penyakit, serta aktif melakukan promosi kesehat an t erhadap
pekerja. Level pencegahan tersebut dikategorikan menjadi tiga

- Pencegahan Primer (primary prevention)


Pada level pencegahan primer, perawat kesehatan kerja melakukan health
promotion dan pencegahan penyakit (Nies & Swansons, 2004).
MenurutPatterson (1994, dalam Nies & Swansons, 2004), health promotion
adalah proses meningkatkan kesadaran, mempengaruhi sikap, perilaku
individu mencapai derajat kesehatan yang optimal baik dari segi fisik,
mental dan sosial. Pencegahan timbulnya penyakit di tempat kerja diawali
dengan meningkatkan pengetahuan pekerja mengenali risiko penyakit
akibat health hazards. Saat melaksanakan praktek keperawatan kesehatan
kerja, perawat menggunakan tiga level strategi pencegahan, yaitu primer,
sekunder dan tersier (Stanhope & Lancaster, 2004). Melalui area
pencegahan primer, bentuk intervensi yang dilakukan perawat adalah
melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Perawat
kesehatan kerja menggunakan berbagai metode pencegahan primer dengan
metode “One and One Interaction” sebagai strategi mengevaluasi
timbulnya risiko masalah kesehatan dari prilaku pekerja (Roger 2000,
dalam Nies & Ewen, 2001). Strategi ini dilakukan karena perawat
kesehatan kerja setiap hari berinteraksi dengan pekerja karena berbagai
alasan, misalnya saat melakukan pengkajian, pelayanan terhadap pekerja
yang sakit, mengalami kecelakaan, serta melakukan surveillance.

- Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)


Upaya pencegahan sekunder yang dilakukan OHN diberikan melalui
berbagai strategi yaitu pelayanan keperawatan langsung (direct care) untuk
kasus penyakit akut dan kecelakaan serta upaya untuk menemukan
penyakit sejak awal, dan intervensi lebih dini untuk mengurangi risiko
timbulnya kecacatan bagi pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

(AAOHN, 1994, dalam Nies & Swanson, 2002 Dorward, 1993, dalam Oakley,
2004, Eigsti, Guire & Stone, 2002, Stanhope & Lancaster, 2004, World
Health Organisation, 1982, dalam Oakley, 2002).
(Eigsti, Guire & Stone, 2002; Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2004; Ervin,
2002).
(Nies & Swansons, 2002). Lusk (1990, dalam Stanhope & Lancaster, 2004)
(Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2004; Oakley,
2002).
Gruendemann, Barbara J. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 1.
Jakarta:EGC.
Hariandja, Marihot T. E. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Grasindo.
Harrington, J. M. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 13, No. 2, Juli 2010; hal 112-118
Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
World Health Organization. 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai