JAWABAN
a) Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal
menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan
menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi.
Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong
pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan
yang terjadi.
b) Mempertahankan hak dengan menyerang
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk
mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya. Komunikasi yang
efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang seperti ini.
Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman
bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman
sehingga terus melakukan penyerangan pada lawan bicaranya.
c) Acuh tak acuh
Acuh tak acuh oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak
berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan
menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi
dengan orang yang lebih muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan
yang sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari
pembicaraan.
d) Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik
yang membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Banyak masalah yang
timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki
masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi.
Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan
pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia agar
komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
e) Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi atau
tingkat stres yang dialami oleh lansia. Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik
akibat kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya. Jika seorang lansia sudah
menderita stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun
yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari
beban pikirannya telah diatasi.
f) Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga banyak
dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara. Kelelahan yang
amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu bersemangat dalam
berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih
banyak terjadi pada lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer.
g) Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-kali
menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali. Jika lawan
bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak lancar.
Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat
dibutuhkan pengertian dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia.
h) Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan
penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh,
dekat, atau bahkan sulit melihat. Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh
mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari
itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak
berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar
komunikasi berjalan lancar.
i) Lebih banyak diam
Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya
merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan
menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan
bicaranya. Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak
mengiyakan dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh lawan bicara.
j) Cerewet
Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang dihindari untuk
diajak bicara. Keinginan untuk selalu berbicara juga tidak terlepas dari rasa kesepian
dan kebosanan yang mereka rasakan. Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang
banyak dihindari lawan bicara ini adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang
baik. Dengan melihat sikap lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakan,
maka ia pun akan ikut memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk
berbicara.
k) Mudah marah
Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang
dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah marah,
bahkan meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah ini membuat banyak
orang menjadi malas untuk melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan
lansia karena akan selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada.
l) Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga,
dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir
sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik Caregiver sangat penting untuk sistem
perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi,
aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi,
dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver membantu memudahkan
komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam
perawatan mereka sendiri. Juga merupakan hal penting untuk memperlakukan pasien
lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil
terbaik bagi keduanya
Sumber : Sopa Anita dkk. (2019). Keperawatan Gerontik, Masalah yang Umum
terjadi pada Lansia dengan Masalah Komunikasi. Semarang : STIKES Karya
Husada
Dewi aryani ( G1B120021) Pasien dengan Demensia Amerika Serikat pada tahun
2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta penduduk berusia lanjut yang
diantaranya menderita beberapa bentuk demensia, dan jumlahnya diprediksi akan
meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan datang . Sebagai akibatnya, dokter
dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien tersebut
datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau perawat nonformal
lain (istilah caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang
menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan pengobatan
pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat membantu bila melibatkan
caregiver
Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi.
Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang
ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak memiliki
makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah, pasien
dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri.
Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi
pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan mengalami
kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki
rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu topik
tertentu .
1. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan,
mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
2. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal
tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama
panggilannya.
3. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
4. budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
5. Gangguan syaraf dalam pendengarannya
6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan - pesan non-
verbal.
7. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak
orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan
misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara
yang tidak enak, dan lain-lain.
9. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek
pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi
atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.
1. Mirna Wati (G1B120040) Menurut Zen (2013), dalam berkomunikasi dengan lansia
ada beberapa teknik yang dapat dilakukan yaitu:
1) Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan;
2) Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dengan menggunakna
kalimat sederhana dan pendek, kecepatan dan tekanan suara tepat,
berikan kesempatan lansia untuk bicara, hindari pertanyaan yang
mengakibatkan lansia menjawab “ya” dan “tidak” dan ubah topik
pembicaraan jika lansia sudah tidak tertarik;
3) Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi
wajah, postur dan tubuh, dan sentuhan;
4) Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai
kontak.
5) Suasana komunikasi harus diciptakan senyaman mungkin saat
berkomunikasi dengan lansia, misalnya posisi duduk berhadapan, jaga
privasi, penerangan yang cukup, dan kurangi kebisingan.
Terkadang sulit bagi beberapa lansia untuk menerima nasihat atau saran.
Karena itu, memberikan saran sebaiknya dihindari kecuali perawat yakin telah
diminta. Biasanya lebih baik meminta pihak lain yang posisinya netral yang
menjadi pemberi saran. Namun, perawat dapat memberikan dorongan dan
dukungan, tanpa memberikan nasihat.
Hormati pendapat orang lain, dalam hal ini lansia dan jangan abaikan bila ia
tidak setuju. Dengarkan semua opininya, bila memungkinkan cobalah untuk
berkompromi ketika perlu mengambil sebuah keputusan.
e. Hindari merendahkan
4. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi terapeutik pada
pasien lansia?.
INDAH ARSYA PUTRI (G1B120015)
a. Yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia yang
mengalami gangguan wicara:
1. Perawat memerhatikan mimik dan gerak bibir lansia.
2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
kembali kata-kata yang diucapkan lansia.
3. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak
topik.
4. Memerhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
5. Bila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
6. Bila memungkinkan, hadirkan orang yang biasa berkomunikasi lisan
dengan lansia untuk menjadi mediator komunikasi.
Adinda putri bestari ( G1B120033) Adapun hal-hal yang harus diperhatikan ketika
berkomunikasi dengan lansia yaitu:
-Hindari merendahkan.
Berfokus pada apa yang dibutuhkan klien agar dapat memenuhi kebutuhan nya.
Sumber : Sopa Anita dkk. (2019). Keperawatan Gerontik, Masalah yang Umum
terjadi pada Lansia dengan Masalah Komunikasi. Semarang : STIKES Karya Husada
Tambahan :
Berdasarkan kasus, cara berkomunikasi terapeutik pada lansia dengan gangguan
fungsi pendengaran
a) Orientasikan kehadiran diri perawat dengan cara menyentuh lansia atau
memposisikan diri di depan lansia.
b) Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicara dengan perlahan
untuk memudahkan lansia membaca gerak bibir perawat.
c) Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan pertahankan sikap
tubuh dan mimik wajah yang lazim.
d) Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah / makan
sesuatu.
e) Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan
perlahan.
f) Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan.
g) Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, sampaikan pesan
dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol)