Anda di halaman 1dari 4

C.

Hambatan komunikasi dengan lansia


Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap
non asertif. Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku, diantaranya berusaha
mengontrol dan mendominasi orang lain, meremehkan orang lain, memepertahankan haknya
dengan menyerang orang lain, menonjolkan diri sendiri, dan mempermalukan orang lain di
depan umum. Sedangkan tanda sikap non asertif diantaranya ialah menarik diri bila diajak
berbicara, merasa tidak sebaik orang lain, merasa tidak berdaya, tidak berani mengungkap
keyakinan, membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya, tampil pasif (diam),
mengkuti kehendak orang lain, mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan
baik dengan orang lain. Selain itu, kendala lain dalam berkomunikasi dengan lansia ialah
gangguan neurologi yang menyebebkan gangguan bicara, penurunan daya pikir, mudah
tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah percaya, gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan, gangguan fisik, dan hambatan lingkungan.

a. 12 faktor penghambat komunikasi dengan lansia


1) Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak
hal menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi
seperti ini akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi
pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa
senang jika lawan bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia
lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan yang terjadi.

2) Mempertahankan hak dengan menyerang


Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka
berusaha untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan
bicaranya.

Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia


berada dalam kondisi yang seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara
sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa ia
mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman
sehingga terus melakukan penyerangan pada lawan bicaranya.

3) Cuek
Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak
berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan
perasaan menyepelekan orang lain.

Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang
lebih muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang
sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia akan dengan mudah menarik
diri dari pembicaraan.
4) Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki
keterbatasan fisik yang membuatnya menjadi kesulitan dalam
berkomunikasi.

Banyak masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada
lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada pendengaran,
tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi. Lansia
tersebut akan membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat
berkomunikasi dengan baik dan lancar.

Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya


harus menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan lansia
tersebut.

Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai


bentuk penghinaan dengan membentak. Disinilah berbagai masalah
baru muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan pengertian dan
pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia agar
komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancer

5) Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia
adalah depresi atau tingkat stres yang dialami oleh lansia.

Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik yang
ia alami, maupun faktor lainnya.

Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia akan selalu mudah
marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh orang
lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban
pikirannya telah diatasi.

6) Mempermalukan orang lain didepan umum


Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan
salah satu hal yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi
dengan lansia. Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya
biasanya juga akan mempermalukan orang lain di depan umum.

Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat


dalam diri mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya
komunikasi akan langsung berhenti dan tidak lagi dilanjutkan karena
lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun begitu,
kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan tidak merasa
melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
7) Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka
sehingga banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak
berbicara.

Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka yang tadinya


begitu bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak
mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada
lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer.
Lansia dengan riwayat penyakit tersebut biasanya lebih mudah tertidur,
bahkan ketika sedang makan sekalipun.

8) Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia
akan berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab
berulang kali.

Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun
menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia
menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian dan
kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia.

9) Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan
penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa
berupa rabun jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat.

Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak akan


terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu
diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang
diajak berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa yang
dibutuhkan lansia agar komunikasi berjalan lancar.

Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan


memberikan kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan
bantuan alat, maka lansia akan lebih memahami bahasa tubuh atau
komunikasi non verbal yang digunakan oleh lawan bicaranya.

10) Lebih banyak diam


Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam
biasanya merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi
seperti ini akan menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah
komunikasi pada lawan bicaranya.
Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak
mengiyakan dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh lawan bicara
11) Cerewet
Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang
dihindari untuk diajak bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat
cerewet.

Hal ini tidak terlepas dari pemikiran mereka untuk selalu menasehati
orang yang lebih muda. Keinginan untuk selalu berbicara juga tidak
terlepas dari rasa kesepian dan kebosanan yang mereka rasakan.

Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan
bicara ini adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang baik.
Dengan melihat sikap lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia
katakan, maka ia pun akan ikut memberikan kesempatan pada lawan
bicaranya untuk berbicara

12) Mudah marah


Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa
sakit yang dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan
menjadi mudah marah, bahkan meskipun tidak ada penyebabnya.

Rasa mudah marah ini membuat banyak orang menjadi malas untuk
melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena akan
selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada.

Anda mungkin juga menyukai