Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa
merupakan proses mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses berbahasa
sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak
manusia untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat.
Alat bicara yang baik akan mempermudah berbahasa dengan baik.
Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan bicaranya, tentu
mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif.
Inilah yang di sebut sebagai gangguan berbahasa.
 Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat
mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan berbahasa, kemudian
faktor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa. Maka dari
itu, dalam makalah ini akan dijabarkan macam gangguan berbahasa yang
sering dialami manusia berserta faktor-faktor yang menyebakannya.
Secara medis menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu
dapat di bedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2)
gangguan berbahasa, dan (3) gangguan berpikir. Ketiga gangguan itu
masih dapat di atasi kalau penderita  gangguan itu mempunyai daya
dengar yang normal; jika tidak, maka akan menjadi sukar atau bahkan
sangat sukar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan GAGAP?
2. Apa yang dimaksud dengan NGOMONG JOROK?
3. Apa yang dimaksud dengan DISLEKSIA?
4. Apa yang dimaksud dengan GANGGUAN RESIPTIP DAN
EKSPRESIF?
5. Apa yang dimaksud dengan MENANGIS?

1
6. Apa yang dimaksud dengan MENGOCEH?
7. Apa yang dimaksud dengan CLUTTERING?
8. Apa yang dimaksud dengan BILINGUAL?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan GAGAP
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan NGOMONG JOROK
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan DISLEKSIA
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan GANGGUAN
RESIPTIP DAN EKSPRESIF
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan MENANGIS
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan MENGOCEH
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan CLUTTERING
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BILINGUAL

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAGAP
1. Pengertian Gagap
Dalam pengertiannya gagap adalah suatu gangguan berbicara di
mana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan indikasi
pengulangan dan pemanjangan suara, tersendatnya pengucapan kata-
kata atau rangkaian kalimat. suku kata, atau frasa; serta jeda atau
hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara.
Gangguan ini juga bersifat variabel, yang berarti bahwa pada
situasi tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan
dapat meningkat atau menurun. Walaupun penyebab utama gagap tidak
diketahui. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh proses fisik
produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata. Gagap
juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Di luar
kegagapannya, orang yang gagap umumnya normal. Orang yang gagap
akan lebih sulit untuk berbicara lancar jika mengalami stres, kelelahan
atau berbicara di depan orang banyak. Tapi kebanyakan orang yang
gagap akan lebih mudah berbicara jika dalam suasana yang santai.
faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya
gangguan ini. Banyak teknik terapi bicara yang dapat meningkatkan
kefasihan bicara pada beberapa orang.
Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi
pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block),
kadang didapatkan ketegangan yang berlebihan pada muka,
tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas
yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk
mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi
tertentu. Anak usia 2 – 5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku
kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, bata atasnya

3
100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau
gagap.
Gagap ini biasanya berhubungan dengan masalah kepercayaan
diri seseorang atau mudah gugup. Contohnya jika seorang penderita
gagap berhadapan dengan situasi atau seseorang yang membuatnya
gugup, maka reaksi yang sering terjadi pada tubuhnya adalah
ketegangan yang terlihat saat berbicara yang dibarengi oleh gerakan-
gerakan wajah, gerakan kaki, tangan, dan sebagainya.
Dalam pendapat lain dijelaskan bahwa gagap merupakan
gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya.
Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk dan kelainannya,
dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau
lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap .
Gagap pada umumnya akan hilang pada usia remaja, tapi perlu
ditangani sebaik mungkin agar gejala ini tidak menetap sampai usia
dewasa. Dengan anak berbicara gagap akan terjadi pengulangan-
pengulangan kata, kesalahan tata bahasa menjadi kebiasaan. Orang lain
yang diajak bicara tidak akan bisa memahami apa yang telah mereka
(anak gagap) bicarakan, karena semakin dia berbicara banyak akan
semakin tidak jelas pembicaraannya. Anak yang mengalami gagap
bicara dapat menimbulkan konsep diri dan perasaan rendah diri lama
sebelum masa kanak-kanak berakhir.
2. Penyebab Gagap
Beberapa tanda yang biasa ditunjukkan oleh orang yang
mengalami gagap adalah memiliki masalah saat memulai sebuah kata,
frase atau kalimat, mengulangi kata atau suku kata, mata berkedip
dengan cepat, bibir gemetar, muka seperti mengencang saat ingin
berbicara, menggunakan kata seperti 'ehmmm' lebih sering dan rahang
gemetar.

4
Seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Jumat (22/1/2010) para
ahli belum sepenuhnya yakin mengenai penyebab gagap. Tapi diduga
seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan gagap,
kemungkinan bisa menjadi salah satu faktor risiko.
Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin bisa
menyebabkan gagap, yaitu:
1. Faktor perkembangan, Anak kecil yang hingga usia 3,5 tahun masih
terbata-bata dalam berbicara, ada kemungkinan bisa mengakibatkan
gangguan gagap hingga dewasa nanti. Jika sejak awal kemampuan
berbahasanya tidak cukup berkembang, hal ini bisa menghambat
perkembangan sehingga akan terjadi keterlambatan berbicara.
2. Faktor neurogenik, Gagap bisa terjadi ketika sinyal antara otak, saraf
berbicara dan otot tidak bekerja dengan benar. Hal ini bisa
mempengaruhi anak-anak, orang dewasa serta orang yang setelah
terkena stroke atau cedera otak.
3. Faktor psikologis, Alasan utama terjadinya gagap dalam jangka waktu
yang panjang adalah akibat beberapa faktor psikologis yang dapat
memperburuk kondisinya seperti stres, malu, cemas atau rendah diri.

Jika gagap yang dialami telah sangat mengganggu aktivitas serta


melibatkan emosional seperti menjadi takut untuk bertemu orang,
menimbulkan efek buruk pada kesehatan serta frekuensinya semakin
sering, sebaiknya segera konsultasikan dengan ahli untuk mendapatkan
pertolongan. Penyebabnya gagap bisa saja karena: sering di omelin masih
kecil, ditabokin masih kecil, stress,  depresi,  trauma dan  tekanan batin.
3. Penderita Gagap
Gangguan gagap dalam berbicara, ada yang dalam bentuk terputus-
putus, tertahan nafas atau berulang-ulang. Apabila tekanan gagap itu
terlalu besar, maka kelihatan orang menekan kedua bibirnya dengan
diiringi gerakan-gerakan tangan, kaki dan sebagainya.

5
Biasanya gagap itu mulai pada umur  diantara 2 dan 6 tahun. Gejala
ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, anak kembar dan orang kidal,
dan mungkin disebabkan oleh gangguan fisik seperti kurang sempurnanya
alat percakapan, gangguan pada pernapasan, amandel dan sebagainya.
Akan tetapi, apabila alat-alat itu sehat maka gejala itu timbul akibat
pertentangan batin, tekanan perasaan, ketidakmampuan penyesuaian diri.
Gejala itu adalah sebagai salah satu akibat dari gangguan jiwa
Contoh :
Seorang anak perempuan berumur 7 tahun, menderita gangguan
berbicara sejak ia mulai masuk sekolah. Makin  lama makin gagap ia
berbicara, sedangkan sebelumnya ia berbicara lancar. Dari penelitian itu
terbukti , bahwa si anak adalah anak bungsu yang sangat di manja dalam
keluarga. Semua perbuatannya di biarkan, tidak pernah di tegur dan
kemauannya selalu dituruti.  Waktu akan masuk sekolah ia sangat
gembira, tapi setelah merasakan sekolah beberapa hari ia mulai tidak mau
pergi ke sekolah. Karena tidak ada guru yang memanjakannya di sekolah.
Sekolah tidak seperti di rumah, ada peraturan dan tata tertib yang harus
dipatuhinya, sehingga terasa olehnya bahwa sekolah itu kekangan dan
siksaan baginya. Itulah sebabnya maka ia tidak mau pergi ke sekolah.
Akan tetapi, orang tua dan saudara-saudaranya yang dulu selalu menuruti
segala kemauannya, sekarang selalu memaksanya supaya pergi ke sekolah,
bahkan kadang-kadang memukulnya. Tak lama kemudian mulailah muncul
gejala tersebut, ia mulai gagap yang makin lama makin bertambah.
Rupanya si anak sekaligus dihadapkan pada suasana yang berlainan dari
yang biasa dihadapinya di rumah, disamping perubahan sikap orang tua
dari memanjakan kepada kekerasan. Si anak tidak mampu menyesuaikan
dirinya dengan suasana  itu, sehingga ia merasa sangat tertekan. Untuk
itulah gejala gagap itu muncul, yang menolongnya dalam menghadapai
kesukaran dan pula sebagai cara untuk manarik perhatian.

6
4. Mengatasi Gagap
Penderita gagap baik permanen maupun non-permanen bisa
disembuhkan. Spesialis syaraf, Dr.DR. Jumraini Tammase,Sp.S
menjelaskan caranya antara lain, jika gagap non permanen yang
disebabkan karena kecemasan, dapat disembuhkan dengan cara berlatih
berbicara pelan dan menyesuaikan pegucapan dengan kata yang akan
diucapkan.
“Bisa juga dengan latihan nafas agar mengeluarkan kata dengan benar.
Lakukan dengan tenang, pikiran harus positif,” ujarnya.
Untuk gagap bicara permanen, bisa mengikuti terapi bicara dan rehabilitasi
medik. Hal senada dipaparkan spesialis rehab medik Dr Asmaun. Karena
penyebabnya yang kompleks, maka dibutuhkan penanganan oleh tim
rehabiltasi yang lengkap. Rehabilitasi gagap bicara bisa dilakukan dengan
penanganan oleh tim ahli. Tim rehab tersebut terdiri dari dokter spesialis,
terapis dan perawat.
Tim rehab itu bisa menangani baik gagap bawaan maupun gagap yang
disebabkan penyakit. “Yang gagap bawaan, kita bisa cegah supaya tidak
bertambah parah, bisa diberikan terapi bicara. Untuk yang gagap karena
penyakit, butuh penanganan lebih serius”
Salah satu teknik terbaru dalam penyembuhannya adalah dengan pijat
syaraf bicara di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap.
Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara
dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf bicaranya
menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan.
Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagaap
ini diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya. Tentu saja terapi bicara
bagi anak, berbeda dengan terapi bicara anak-anak. Bagi seseorang yang
menderita gagap karena genetika, disarankan untuk selalu memijat syaraf
ini setiap hari.
Terapi Hypnosis dan Emotional Freedom Technique (EFT) sangat
efektif dan cepat dalam menyembuhkan gagap. Hypnosis dapat digunakan

7
untuk mencari akar masalahnya, kemudian dilanjutkan dengan EFT untuk
menghilangkan masalah emosi. Klien juga akan diberi sugesti untuk
kepercayaan diri dan ketenangan sehingga klien mampu menghadapi
apapun atau siapapun dengan relaks, tanpa gugup.
Cara lain untuk mengatasi gagap yaitu dengan pijat syaraf bicara.
Pijatan ini dilakukan di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang
gagap. Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak
berbicara dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf
bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan.
Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagap ini
diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya
Banyak cara mengatasi penyakit itu yaitu :
1. Banyak berbicara perlahan dengan teman atau kerabat yang bisa
menerima kita
2. Banyak membaca dengan di nyanyikan
3. Banyak membaca buku dengan suara kelas dan lantang
4. Olah raga buat mengatur pernafasan
5. Kalau muslim baca Al-Qur'an dengan di suarakan
6. Jangan lupa berdo'a kepada Allah S.W.T

Jika gagap bicara disebabkan penyakit, maka kelainan yang disebabkan


penyakit itu harus diketahui. Misalnya kelainan bicara, kelainan
pernafasan bahkan kelainan makan. “Karena itu penanganannya memang
butuh waktu cukup lama, harus tekun selama masa rehab,”

Cara Mengatasai Gagap Bicara Pada Anak :


Cara mengatasi anak gagap itu terletak pada cara kita berkomunikasi
dengan si anak. Usahakan pada saat berbicara posisi kita sejajar dengan
anak, dalam suasana tenang dan santai, serta sikap kita menunjukkan mau
dan sabar mendengarkan dia berbicara, dan jangan terlalu memperhatikan
kegagapannya yang membuat anak menyadari bahwa gagapnya itu adalah

8
masalah besar, karena pada usia tertentu ada sebagian anak mengalami
gagap dan kemudian hilang lagi. Jadi, dihadapan anak jangan terlalu
membesar-besarkan kegagapannya, anak gagap itu suatu hal yang wajar,
sehingga anak tidak merasa rendah diri. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi gagap yang muncul saat anak marah atau takut
menghadapi orang tertentu, yaitu dengan menenangkan hati anak dengan
mengatakan, “ibu/ayah tahu kamu sedang kesal (atau takut), coba bicara
perlahan-lahan”. Ajak anak berbicara dalam tempo yang lambat, suruh ia
menarik napas panjang saat emosinya masih menggebu-gebu. Seperti
halnya penanggulangan yang dilakukan pada semua masalah, maka pada
masalah gagap ini pun kita perlu mengetahui lebih dahulu penyebabnya.
Berikut cara mengatasi anak gagap :
1. Pemaksaan menggunakan tangan kanan pada anak kidal yang
disebabkan fungsi bagian otak kanan yang dominan. Yang perlu
dilakukan oleh guru atau orang tua adalah membiarkan anak memakai
tangan kirinya untuk melakukan semua aktivitasnya. Bila tetap dipaksa
akan menyebabkan gangguan pada bicara.
2. Anak yang introvert (bersifat tertutup). Biasanya bila akan
mengadakan pembicaraan anak merasa cemas atau takut, sehingga
kata-kata yang keluar tidak terkoordinasi dengan baik. Misalnya akan
mengucapkan kata “ibu”. Posisi bibir sudah baik, yaitu kedua bibir
sudah terbuka sedikit, namun sepi…..suara “ibu” tidak kunjung
muncul. Begitu udara keluar, apa yang diucapkan tidak terkendali,
yang terdengar, “iiibbb..bu”. Sewaktu suaranya tidak kunjung muncul,
kita dapat melihat suatu ekspresi wajah yang memelas, seolah-olah
pasrah pada keadaannya. Bila menghadapi anak gagap yang demikian,
guru/orang tua sedapat mungkin berusaha mendengar apa yang akan
diucapkan anak, tunggu sampai anak selesai berbicara, jangan
memotong pembicaraan anak sewaktu anak belum selesai berbicara
walaupun bicaranya terputus-putus. Bila guru mau mendengar apa
yang dibicarakan anak, walaupun tidak sempurna, akan menimbulkan

9
keberanian pada anak untuk berbicara dengan gurunya, dan makin
lama kegagapannya akan makin berkurang, keberanian berbicara
dengan guru ini akan dibawanya juga pada pembicaraannya dengan
orang lain, apabila orang lain juga menunjukkan sikap seperti gurunya
tersebut. Pada anak gagap yang disebabkan nervous, guru jangan
sekali-kali membicarakan kesukaran berbicara yang dialami anak
apabila anak yang bersangkutan ada di sekitarnya.
3. Pada gagap yang disebabkan karena fungsi fisiologis yang belum
sempurna tidak perlu dikhawatirkan, sebab dengan makin
bertambahnya usia anak, makin bertambah matang fungsi otot
bicaranya, sehingga anak akan dapat berbicara dengan sempurna.
Tetapi latihan tetap perlu diberikan, agar kesulitan anak berbicara
dapat dihilangkan. Dalam kasus yang relatif ringan, sebaiknya
kegagapan itu dibiarkan saja. Bila anak gagap, meskipun kita cemas
janganlah memberi komentar terlalu banyak, sebab ini hanya akan
memperdalam kesadaran diri anak, dan kecemasan yang
ditimbulkannya tidak akan menolong. Bila kegagapan ini tampaknya
sangat parah, maka bantuan seorang ahli terapi bicara akan sangat
membantu. Ia akan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap
masalahnya dan kemudian menawarkan suatu cara penyembuhan,
termasuk teknik pengajaran untuk mengatasi kesulitan tersebut. Anak
akan diajarkan bagaimana supaya dapat relaks dan tenang, dan dibantu
menemukan jalan lain untuk menghindari halangan bicaranya.
Sebagian besar anak yang gagap dapat mengatasi kesulitannya pada
saat mereka mencapai usia belasan. Bahkan dengan semakin
canggihnya teknik penyembuhan, orang yang gagap sepanjang
hidupnya dapat belajar mengatasi kesulitannya tersebut.

10
5. Cara Menghadapi Anak Gagap
a. Usahakan saat bicara posisi kita sejajar dengan anak, dalam
suasana tenang, santai, dan sabar mendengarkan dia bicara, dan
jangan terlalu memperhatikan kegagapannya.
b. Kasih tahu anak untuk berbicara dengan tenang dan lambat.
Terkadang anak-anak terlalu gembira untuk menceritakan
segalanya. Tenangkanlah ia terlebih dahulu.
c. Jangan memotong pembicaraan anak sewaktu anak belum
selesai bicara walaupun bicaranya terputus-putus.
d. Setelah anak selesai bicara, mintalah anak untuk tarik nafas
dalam-dalam. Kemudian biarkan anak beraktivitas seperti biasa.
Hal ini akan membuat anak menjadi tenang.
e. Beri anak Pujian ketika ia mulai bisa berbicara dengan tenang
dan lancar.

B. BERBICARA JOROK
1.  Definisi Bahasa Kotor
Pernahkah kita mendapati atau mendengar kata-kata kasar dan
kotor meluncur begitu saja dari mulut si kecil? Kemudian kita berpikir,
padahal tidak ada yang memberikan contoh seperti itu, baik di rumah
maupun teman-temannya di sekitar rumah. Apa yang harus kita lakukan
untuk menghadapinya?
Banyak orangtua yang merasa sudah memerhatikan perkembangan
dan lingkungan si kecil dengan seksama, tapi tiba-tiba menemukan si
kecil melontarkan kata-kata yang kasar dan jorok di hadapan kita. Hal ini
tentu sangat mengejutkan karena Anda merasa di rumah tak ada yang
berlaku seperti itu. Orangtua pun akan khawatir jika si kecil akan
mendapat pengaruh buruk dari lingkungan yang lain dan mulai mencari
solusi agar si kecil tak terkontaminasi lebih parah.
Perkataan jorok adalah perkataan yang tidak pantas bagi norma
yang berlaku. Selain karena faktor lingkungan dan model keluarga, juga

11
dapat disebabkan karena keinginan anak untuk mendapatkan perhatian
dari lingkungannya. adapun jenis-jenis kata kotor itu yaitu sebagai
berikut:
a. Profanity (mempermainkan kata-kata suci seperti Tuhan)
b.  Cursing (menyumpahi orang seperti brengsek, sialan dan kurang ajar)
c. Obscenity (menggunakan kata yang menggunakan konotasi seksual atau
mencemooh seperti bodoh dan sinting)
2. Teori Behaviorisme
Mengenai landasan teori, penulis menggunakan teori
Behaviorisme. Dimana teori behavorisme adalah teori belajar yang
lebih menekankan pada tingkah laku manusia, dan memandang
individu sebagai mahluk reaktif yang member respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku
mereka.
Dalam teori behaviorisme yang perlu dianalisa hanyalah perilaku
yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena
seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
perubahan perilaku organism sebagai pengaruh lingkungan.
Behavorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalikan oleh fakor-faktor lingkungan.
Dalam artian teori belajar merupakan teori yang lebih menekankan
pada tingkah laku manusia. Dari hal ini, timbulah konsep “manusia
mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian
kecil, bersifat mekanitis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,
mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar. Guru yang
menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa

12
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil
belajar.
3. Tahap Perkembangan Bahasa Anak
M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan
bahasa anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasarkan
pada ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun tahap -
tahap tersebut sebagai berikut :
a. Tahap Prelingual (usia 0 – 1 tahun)
Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa
ucapan’ seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti
aturan-aturan bahasa yang berlaku. Pada periode ini anak mempunyai
bahasa sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan
orang lain. Contohnya baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi
terhadap situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi
karena kematangan proses mental pada usia 9-10 bulan.
Pada periode ini, perkembangan yang menyolok adalah
perkembangan comprehension, artinya penggunaan bahasa secara pasif.
Misalnya anak mulai bereaksi terhadap pembicaraan orang dengan melihat
kepada pembicara dan memberikan reaksi yang berbeda terhadap suara
yang ramah, yang lembut, dan yang kasar.
b. Tahap Lingual Dini (1 – 2,5 tahun)
Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang
pertama, meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut
(ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar
diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s,
k, j, dan t. pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat
dan dapat dibagi dalam tiga periode, yaitu:
a) Periode kalimat satu kata ( holophrare)
Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu
kalimat, karena hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti
perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata pertama yang

13
diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari hanya sekedar suatu
‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-ide yang kompleks,
yang pada orang deawasa akan dinyatakan dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti : Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu
tolong saya!, Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member
komentar terhadap obyek atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapat
berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll. Bagaimana
menginterpretasikan kata pertama ini tergantung pada konteks waktubkata
tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat mengerti apa maksud si anak
dengan kata tersebut kita harus melohat atau mengobservasi apa yang
sedang dikerjakan anak pada waktu itu. Intonasi juga sangat membantu
untuk mempermudah menginterpretasikan apakah si anak bertana, member
tahu, atau memerintah.
b) Tahap kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari
lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi
lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat yang terdiri
dari dua kata.
Pada umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang
anak mulai mengerti suatu tema dan mencoba untuk mengekspresikannya.
Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan, dimana anak menentukan bahwa
kombinasi dua kata tersebut mempunyai hubungan tertentu yang
mempunya makna berbeda-beda, misalnya makna kepunyaan (baju ibu),
makna sifat (hidung pesek), dan lain sebagainya.
c)   Kalimat lebih dari dua kata
Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat
perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua kata
sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi. Keterampilan
membentuk kalimat bertambah, terlihat dari panjangnay kalimat, kalimat
tiga kata, kalaimat empat kata, dan seterusnya. Pada periode ini

14
penggunaan nahasa tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak sudah
mempergunakan untuk komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah
terjadi suatu hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan orang
dewasa. 
c.   Tahap Diferensiasi (usia 2,5 – 5 tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam
mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-
kalimat. Secara garis besar cirri umum perkembangan bahasa pada periode
ini adalah sebagai berikut:
Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai bahasa
ibunya, artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari orang dewasa
telah dikuasai. Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir.
Mungkin masih ada kesukaran pengucapan konsonan yang majemuk dan
sedikit kompleks. Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai
berkembang. Kata benda dan karta kerja mulai lebih terdiferensiasi dalam
pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata depan, kata gati
dank at kerja bantu. Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar mulai
berfungsi. Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar mulai
ingin dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik,
bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain. Mulai terjadi
perkembangan di bidang morfologi, ditandai dengan munculnya kata
jamak, perubahan akhiran, perubahan kata karja, dan lain-lain.
d. Tahap Perkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun
Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur
sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat
lengkap. Jadi sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut Piaget, pada
periode ini perkembangan anak di bidang kognisi masih berkembang terus
sampai usia 14 tahun, sedangkan peranan kognisi sanga t besar dalam
penggunaan bahasa. Dengan masih terus berkembangnya kognisi, dengan
sendirinya perkembangan bahasa juga masih berkembang.

15
Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan
usia 5 tahun, antara lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff
Smith yang menyelidiki bahasa anak-anak sekolah (1979) yang
menyatakan bahwa antara usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang
khas pada bahasa anak, yaitu kemampuan untuk mengerti hal-hal yang
abstrak pada taraf yang lebih tinggi. Baru kemudian sesudah anak usia 8
tahun bahasa menjadi alat yang betul-betuk penting baginya untuk
melukiskan dan menyampaikan pikiran.
Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan yang
tercermin pada penambahan kosa kata, dan penggunaan kata sambung
secara tepat. Tetapi aturan sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat
konteks baru dikuasai secara bertahap antara usia 5 – 10 tahun.
Selanjutnya pada usia 7 tahun baru dapat menggunakan kalimat pasif,
maksudnya mengerti aturan-aturan tatabahasa mengenai prinsip-prinsip
khusus, bertidak ekonomis dalam mengungkapkan sesuatu serta
menghindari hal-hal yang berlebihan. Sampai SMP keterampilan bicara
lebih meningkat, sintaksis lebih lengkap dengan variasi-variasi struktur
dan variasi-variasi kata, baik kekomplekan kalimat tulis maupun lisan.
4. Faktor Penyebab Pemerolehan Bahasa Kotor (Jorok)
Mengapa anak-anak bisa mengatakan kata-kata kasar dan jorok?
Dibawah ini akan dijelaskan faktor-faktor penyebab pemerolehan bahasa
kotor (jorok) pada anak usia 4 tahun yaitu sebagai berikut:
1. Keluarga dan lingkungannya.
Karena secara tidak langsung anak-anak menikmati reaksi orang-
orang di sekitarnya dan mencontohnya, seperti ia ditertawakan
seolah-olah itu lucu dan menghibur, atau diperhatikan dengan rasa
kaget dan ingin tahu dari lingkungannya.
2. Teman disekolah
  

Anak berkata kasar atau jorok bisa juga karena ia menirunya dari
teman di sekolah, sekadar iseng, atau saat ia merasa marah dan
mengetahui bahwa kata tadi bisa memancing kekesalan orang lain.

16
3. Keinginan mendapat perhatian
Begitu anak melontarkan kata kotor, anak segera mendapat
perhatian dari orangtua maupun orang dewasa lainnya, sekalipun
perhatian itu berbentuk teguran atau amarah.
4. Ada kesenangan yang diperoleh dari mengejutkan orang lain
Ada perasaan senang yang dialami anak saat berhasil mengejutkan
orang lain. Ketika anak bisa membuat orang dewasa shock,
seketika ia merasa bisa mengungguli orang dewasa tersebut.
5. Keinginan melepaskan emosi marah dan kecewa
Anak mungkin menggunakan kata-kata kotor itu untuk
mengekspresikan perasaan marah, kesal, atau kecewa pada orang
lain.
6. Keinginan memberontak
Anak mempunyai suatu perasaan bermusuhan terhadap orang
dewasa. Selama ini ia mungkin merasa terlalu ditekan, dibatasi,
atau mungkin juga merasa diperlakukan dengan kasar, akibatnya ia
jadi berkeinginan untuk memberontak dan agresif melawan orang
dewasa. Pandangan salah bahwa kata kotor adalah bagian dari
kedewasaan 
Anak berpikir bahwa kata kotor adalah kata yang wajar digunakan
oleh orang-orang dewasa. Karena ingin merasa dewasa, anak pun
menggunakan kata kotor.
7. Keinginan diterima teman sebaya
Anak yang sudah mulai menginjak usia remaja berjuang untuk
mendapat penerimaan dari kelompok teman-teman sebayanya.
Beberapa anak mengira bahwa dengan bicara kotor, ia akan
dipandang gaul, berani, atau macho oleh teman-temannya.
8. Bisa juga karena si kecil sedang mempelajari kata-kata yang baru
dan senang dengan bunyi kata itu tanpa mengetahui artinya.

17
Disamping faktor diatas, ada faktor-faktor lainnya yang
merupakan penyebab pemerolehan bahasa kotor (jorok) pada anak
usia 4 tahun yaitu sebagai berikut:
a. Televisi
Maksud dari televisi ini tentu hanya program-program yang
tidak pantas di tonton oleh anak, seperti sinetron yang
mungkin mengandung adegan kekerasan dan ucapan-
ucapan yang tidak baik. adegan bermesraan yang belum
pantas untuk diketahui oleh seorang anak. Film kartun yang
banyak mengeluarkan kata-kata kasar karena ceritanya
tentang perang atau lain-lain.
b. Memarahi anak dengan kata-kata kasar
Kita terkadang kita tidak menyadari saking jengkel atau
kesalnya kita pada anak,  kita tidak sadar memarahi dia
dengan kata-kata kasar dan hal ini harus kita hindari karena
berdampak tidak baik pada anak, kita cari cara lain untuk
marah. Misalnya dengan menasehati bahwa perbuatan
seperti itu tidak benar dan kita tunjukan hal yang benar
pada anak.
c. Bertengkar di hadapan anak
Hal ini sangat penting sekali untuk dihindari, jangan kita
bertengkar dengan siapapun di depan anak apalagi sampai
mengatakan kata-kata yang tidak baik, karena anak akan
sangat cepat meniru dan mungkin anak akan melihat kita
sebagai sosok pemarah.
d.  Memperdengarkan lagu-lagu tentang kekerasan
Faktor ini perlu juga untuk kita hindari, misal seorang ayah
suka dengar lagu-lagu yang ada kata-kata kasarnya, maka
kita sebagai orang terdekat wajib mengingatkan. Kalau mau
mendengarkan lagu tentang kritik pada pemerintah atau
yang lain jangan sampai di dengar anak-anak.

18
e. Memperdengarkan lagu-lagu tentang cinta
Fenomena ini sering terjadi banyak sekarang anak-anak SD
bahkan TK yang sudah mengetahui pacaran. Ini sungguh
sangat di sayangkan. Mungkin juga hal ini terjadi karena
pengaruh dari lagu-lagu cinta yang sering anak dengar atau
tontonan. Kita tentu tidak ingin generasi kita menjadi
generasi yang rusak. Jadi tugas kita sering-seringlah
memperdengarkan lagu anak-anak yang mengandung
contoh yang baik untuk mereka.
5. Pengaruh Pemerolehan Bahasa Kasar (Kotor/Jorok)
Disini penulis menemukan bahwa pengaruh pemerolehan bahasa
kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak usia 4 tahun sangat
mempengaruhi pertumbuhan atau kematangan kata-katanya. Dimana kata-
kata negatif yang seharusnya belum pantas didapatkannya, kini telah
menjadi hal yang biasa-biasa saja. Adapun pengaruh pemerolehan bahasa
kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak usia 4 tahun yaitu
sebagai berikut:
a. Anak akan berani berkata kasar (jorok/kotor) kepada orang
yang lebih dewasa darinya.
b.   Anak akan menganggap kata-katanya tersebut sebagai
sesuatu hal yang biasa.
6.   Solusi Bagi Orang Tua untuk Anak yang Suka Berkata Jorok
Ada banyak alasan mengapa anak berkata kasar atau jorok. Dibawah
ini akan dijelaskan bagaimana cara mengatasi anak yang suka berbicara kasar
dan jorok, yaitu sebagai berikut:
a. Perhatikan saat kapan dan apa yang terjadi setelah anak
berkata kasar atau jorok. Ini agar kita bisa mengerti alasan
si anak. Dengan mengetahui itu, kita akan lebih mudah
mengatasinya.
b. Saat anak mengucapkan kata kasar dan jorok, kita bisa
bertanya kepada anak, misalnya dari mana ia mendapatkan

19
kata tersebut, kata tersebut artinya apa, juga misalnya
akibat apa jika kata tersebut diucapkan kepada orang lain,
dan sebagainya.
c. Jika anak tidak mengetahui arti dari kata kasar atau jorok
tadi, kita dapat memberi tahu artinya secara singkat dan
jelas, juga mengenalkan akibatnya jika ia mengucapkan
kata-kata itu kepada orang lain. Anak usia 4 tahun pada
umumnya senang mempelajari kata-kata baru, apalagi di
usia ini kemampuan berbahasa dan menyerap informasi
anak-anak sedang berkembang dengan pesat.
d. Bila ia mengucapkan kata kasar atau jorok karena marah,
Anda bisa mengajarkannya dengan memberi tahu kata-kata
apa yang boleh diucapkannya ketika ia sedang marah. Anda
juga bisa memberi tahu kepada si kecil bahwa kata-kata itu
tidak boleh digunakan di dalam keluarga.
e.   Ketimbang Anda memberikan hukuman atau peringatan
keras kepada anak saat mengucapkan kata kasar atau
jorok, lebih baik berikan perhatian saat ia mengucapkan
kata-kata yang sopan sehingga ia lebih sering dan senang
mengucapkan kata-kata yang baik.
f.   Jika kata-kata kasar atau jorok yang diucapkan oleh anak
berasal dari sekolah, memindahkannya ke sekolah yang lain
tak akan menyelesaikan masalah. Anda tak mungkin
menemukan sekolah dan teman-teman yang steril bagi si
kecil karena sekolah dan teman merupakan lingkungan
sosialisasi anak, di sana pula hal-hal yang dinilai baik dan
buruk sangat sulit dipisahkan. Apalagi pada anak usia 4
tahun, minat untuk mencoba dan mengeksplorasi hal baru
sangat tinggi, termasuk mencoba-coba hal yang negatif
tanpa ia sadari.

20
g. Percayakan ia mengeksplor, mengetahui hal baru, dan
melakukan apa yang dapat ia lakukan secara mandiri di
lingkungan sosialnya. Batasan-batasan dan aturan, kasih
sayang dan perhatian, dukungan dan kepercayaan yang
diberikan oleh keluarga setiap harinya justru menjadikan
anak untuk tumbuh secara kuat dan baik di lingkungan luar
rumah.
7.   Langkah untuk Mengatasi Anak yang Berkata Kotor (Jorok)
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
1.   Mengajarkan ekspresi emosi yang lebih tepat
Bila anak mengeluarkan kata-kata kotor tiap kali ia marah, ajarkan
cara mengekspresikan emosi yang lebih baik, misalnya dengan
berbicara asertif, yaitu menyampaikan kepada orang lain tentang
ketidaksetujuan kita terhadap perilakunya yang membuat kita
merasa tidak nyaman. Anak yang masih kecil biasanya kesulitan
untuk merumuskan bagaimana perasaannya, padahal mengenali
perasaan beserta penyebab timbulnya perasaan merupakan langkah
untuk bisa mengelola emosi secara baik. Oleh karena itu, ketika
melihat anak sedang diluapi perasaan marah atau frustrasi,
orangtua bisa membantu membacakan perasaannya dan
menjelaskan sebab timbulnya perasaan tersebut. Misalnya saja saat
anak marah karena diejek teman, orangtua bisa berkata, “Alvin,
kamu jengkel sekali ya, karena si Robert mengejek caramu
menyanyi di depan kelas. Kamu bisa bilang padanya bahwa kamu
jengkel ditertawakan terus, dan minta supaya ia tidak lagi
mengungkit hal itu.”
2.  Mengabaikan 
Bila tujuan anak adalah mendapatkan perhatian orangtua, atau
mendapatkan kesenangan dari membuat orang terkejut, cara
mengabaikan ini saja mungkin sudah ampuh menghentikan
kebiasaan anak bicara kotor. Mengabaikan dilakukan dengan pura-

21
pura tidak mendengar anak atau tidak menunjukkan ekspresi
terkejut saat mendengar kata-kata kotor anak. Jadi, saat anak
mengeluarkan kata-kata kotor, orangtua tidak perlu memelototi
anak, berteriak, atau memukul anak, melainkan cukup mengalihkan
pandangan ke arah lain atau kembali menggeluti
aktivitas/kesibukan yang sedang dikerjakan.
3.    Berpura-pura bodoh
Cara ini memang sepintas kelihatan aneh, tapi kadang justru jadi
cara yang ampuh. Saat anak mengeluarkan kata-kata kotor,
orangtua bertanya dengan lagak bodoh, “Eh, kata apa yang kamu
bilang tadi? Apa artinya itu? Mama nggak ngerti. Coba kasih tahu
mama.” Dengan bersandiwara pura-pura tidak mengenal kata yang
digunakan anak, anak justru jadi merasa bingung, sehingga di lain
waktu, ia akan menjadi malas menggunakan kata-kata itu.
4.   Menyatakan ketidaksetujuan
Nyatakan bahwa Anda tidak senang bila mendengar kata-kata itu
keluar dari mulut anak. Beri tahu anak bahwa kata-kata yang buruk
bisa mencerminkan bahwa orang yang mengatakannya adalah
orang yang tidak sopan, atau tidak tahu aturan, sehingga jika ia
menggunakannya, orang lain bisa mengira dia anak yang tidak
sopan. Bisa juga mengatakan kepada anak, “Teman-temanmu
mungkin pakai kata-kata itu, tapi kita tidak,” atau “Mama tidak
pernah marahi kamu pakai kata-kata itu, jadi mama juga tidak mau
kalau kamu pakai kata-kata itu untuk marah.”
5.   Menggunakan metode hukuman
Begitu mendengar anak melontarkan kata kotor, hukum anak
dengan time out. Katakan kepada anak bahwa karena telah
mengucapkan kata yang seharusnya tidak diucapkan, ia harus
meninggalkan aktivitas yang sedang dilakukannya, pergi ke suatu
tempat dan menyendiri di situ selama waktu yang ditentukan (10
menit, misalnya). Biarkan selama waktu itu anak terisolasi atau

22
tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun juga. Apabila anak tidak
mau pergi secara sukarela ke tempat yang Anda tentukan, Anda
bisa mengangkatnya atau menuntunnya ke sana. Hukuman fisik
seperti menampar, mencuci mulut anak dengan sabun, atau
memaksa anak memakan sambal, sebaiknya tidak dipilih orangtua,
sebab hukuman fisik justru berpotensi meningkatkan rasa
permusuhan dalam diri anak.
6. Menggunakan metode pemberian hadiah
Jika anak sudah lama terbiasa berbicara kotor, sukar baginya untuk
langsung berhenti total menggunakan kata-kata kotor tersebut.
Dalam keadaan ini, lebih baik orangtua mengadakan perjanjian
dengan anak, yaitu bahwa jika dalam waktu yang ditentukan anak
tidak berbicara kotor, anak mendapat poin, poin yang terkumpul
kemudian ditukar dengan hadiah bila jumlahnya mencapai target.
Sebagai contoh, jika dalam sehari anak tidak berbicara kotor, anak
mendapat satu tanda centang yang ditulis dalam tabel, di akhir
minggu, jika jumlah tanda centang yang diperoleh anak mencapai
5, anak mendapat coklat kesukaannya. Hadiah bisa juga berupa
aktivitas yang disukai anak, misalnya bepergian ke tempat wisata,
atau bisa juga berupa izin melakukan suatu hal yang diinginkan
anak, misalnya orangtua memberikan izin untuk bergadang di akhir
pekan menonton film sampai pukul 23.00 malam.

C. DISLEKSIA
1. Pengertian disleksia
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan
dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti
kesulitan dalam mengolah kata-kata. Ketua Pelaksana Harian Asosiasi
Disleksia Indonesia dr Kristiantini Dewi, Sp A, menjelaskan, disleksia
merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai
dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam

23
pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Terdapat dua macam
disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia.
Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor
genetis atau keturunan. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini
seumur hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Tidak hanya mengalami
kesulitan membaca, mereka juga mengalami hambatan mengeja, menulis,
dan beberapa aspek bahasa yang lain. Meski demikian, anak-anak
penyandang disleksia memiliki tingkat kecerdasan normal atau bahkan di
atas rata-rata. Dengan penanganan khusus, hambatan yang mereka alami
bisa diminimalkan. Dan acquired dyslexia didapat karena gangguan atau
perubahan cara otak kiri membaca.
Sejumlah ahli juga mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi
pemrosesan input atau informasi yang berbeda (dari anak normal) yang
sering kali ditandai dengan kesulitan dalam membaca yang dapat
memengaruhi area kognisi, seperti daya ingat, kecepatan
pemrosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi, dan
pengendalian gerak. Dapat juga terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan
biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek
perkembangan.
Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai
dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari
kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-
rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup
serta penglihatan dan pendengaran yang normal.
Disleksia biasanya terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan
kecerdasan yang normal. Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat
berbicara dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam
menginterpretasikan “spoken language” dan tulisan.
Disleksia cenderung diturunkan dan lebih banyak ditemukan pada anak
laki-laki. Disleksia terutama disebabkan oleh kelainan otak yang
mempengaruhi proses pengolahan bunyi dan bahasa yang diucapkan.

24
Kelainan ini merupakan kelainan bawaan, yang bisa mempengaruhi
penguraian kata serta gangguan mengeja dan menulis. 
2. Gejala Disleksia
Gejala disleksia mungkin sulit disadari sebelum anak masuk sekolah,
tetapi beberapa gejala awal dapat mengidentifikasi masalah tersebut.
Ketika anak mencapai usia sekolah, guru dari anak mungkin menjadi yang
pertama menyadari masalah tersebut.
1. Sebelum  sekolah
Tanda dan gejala anak yang mungkin berisiko disleksia antara lain :
a. Terlambat berbicara
b. Menambah kosa kata dengan lambat
c. Kesulitan “rhyming” (rima kata).
2. Usia sekolah
Ketika anak di sekolah, gejala disleksia mungkin menjadi lebih
terlihat, termasuk di antaranya:
a. Bermasalah dalam memproses dan memahami sesuatu yang anak dengar
b. Kesulitan dalam memahami secara utuh instruksi yang cepat
c. Bermasalah dalam mengikuti instruksi lebih dari satu dalam waktu yang
bersamaan
d. Ketidakmampuan untuk mengucapkan pelafalan dari kata-kata yang tidak
familiar
e. Kesulitan melihat (dan pada saat tertentu mendengar) persamaan dan
perbedaan di dalam surat atau kata-kata.
f. Melihat surat/ kata-kata secara terbalik (b untuk d atau “saw” untuk
“was”)–walaupun melihat kata-kata atau surat secara terbalik itu biasa
untuk anak kecil, yang tidak mengalami disleksia, di bawah umur 8 tahun.
Anak yang mengalami disleksia akan terus melihat secar terbalik setelah
melewati umur tersebut.
g. Kesulitan mengeja
h. Sulit mempelajari bahasa asing

25
3. Penyebab dan Faktor Risiko
Ketidakmampuan dalam belajar adalah kondisi yang memunculkan
perbedaan antara kemampuan seseorang dan performanya. Kebanyakan
orang dengan disleksia memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau di
bawah rata-rata. Tetapi, tingkat (level) membaca yang signifikan rendah
dari yang diharapkan. Tipe lain lain ketidakmampuan belajar termasuk
sulitan berkonsentrasi, ketidakmampuan untuk tampil dengan baik dalam
menulis dan mengerjakan soal matematika.
4. Masalah penyandang disleksia
Masalah yang juga bisa mengikuti penyandang disleksia di
antaranya konsentrasi, daya ingat jangka pendek (cepat lupa dengan
instruksi). “Penyandang disleksia juga mengalami masalah dalam
pengorganisasian. Mereka cenderung tidak teratur. Misalnya, memakai
sepatu tetapi lupa memakai kaus kaki. Masalah lainnya, kesulitan dalam
penyusunan atau pengurutan, entah itu hari, angka, atau huruf,” papar
Kristiantini yang juga seorang dokter anak.
Secara lebih detail, penyandang disleksia biasanya mengalami masalah-
masalah,seperti :
1. Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan
sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami
kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru
memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya
”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan
masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses
pengolahan input di dalam otak.
2. Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai
level kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka
mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit
menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk
memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku
yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita,

26
tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang
sederhana.
3. Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut : Anak disleksia
mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya
susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan
huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah
direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang
sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat
latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan
mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka
juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan
terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami
instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45
menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir,
Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun
”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka
tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau
tidak.
4. Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan
memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek.
Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai
atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi
untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR
Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak
melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak
mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
5. Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami
kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu
yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang
mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami
masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya

27
berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia
dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah).
Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-
diterangkan (contoh: red bag).
5. Penanganan
Anak dengan disleksia membutuhkan pengajaran secara individu
dan pengobatan untuk disleksia sering melibatkan program pendidikan
multisensor. Dukungan moril dari orang tua juga menjadi bagian yang
penting.
Pengobatan yang terbaik adalah instruksi langsung, yang
menggabungkan pendekatan multisensorik. 
Jenis pengobatan ini terdiri dari pengajaran suara dengan berbagai isyarat,
biasanya terpisah dan (jika memungkinkan) merupakan bagian dari
program membaca.
Instruksi tidak langsung juga bisa diterapkan. Biasanya terdiri dari
pelatihan untuk mengucapkan kata atau pemahaman membaca. Anak
diajari bagaimana caranya untuk mengolah bunyi dengan mencampur
bunyi untuk membentuk kata, dengan memisahkan kata ke dalam huruf
dan dengan mengenali posisi bunyi dalam kata. (misalnya dalam
mengenali bagian-bagian atau pola dan membedakan berbagai jenis suara)
atau masalah dengan ingatan, percakapan, pemikiran serta pendengaran.

D. Gangguan bahasa reseptif dan ekspresif


1. Pengertian Gangguan Bahasa Reseptip
Gangguan bahasa reseptif berarti bahwa anak memiliki
kesulitan dengan pemahaman apa yang dikatakan kepada mereka.
Gejala bervariasi antara individu tetapi, secara umum, masalah
dengan pemahaman bahasa biasanya dimulai sebelum usia empat
tahun. Anak-anak perlu memahami bahasa sebelum mereka dapat
menggunakan bahasa secara efektif. Dalam kebanyakan kasus,
anak dengan masalah bahasa reseptif juga memiliki gangguan

28
bahasa ekspresif, yang berarti mereka mengalami kesulitan
menggunakan bahasa lisan. Diperkirakan bahwa antara tiga dan
lima persen anak memiliki gangguan bahasa reseptif, atau
ekspresif, atau campuran keduanya. Nama lain untuk gangguan
bahasa reseptif meliputi gangguan pendengaran dan pusat
pengolahan defisit pemahaman. Pilihan pengobatan termasuk
terapi wicara-bahasa.
2. Gejala Reseptif
Tidak ada menetapkan standar yang menunjukkan gejala gangguan
bahasa reseptif, karena bervariasi dari satu anak ke yang
berikutnya. Namun, gejala termasuk :
1. Tidak tampak mendengarkan ketika mereka bicara
2. Kurangnya bunga ketika buku cerita yang dibaca kepada mereka
3. Ketidakmampuan untuk memahami kalimat rumit
4. Ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi lisan
5. Membeokan kata atau frasa (Echolalia)
6. Bahasa keahlian di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia
mereka.
3. Penyebabnya Gangguan Bahasa Reseptif
Penyebab gangguan bahasa reseptif seringkali tidak
diketahui, tetapi diduga terdiri dari sejumlah faktor yang bekerja
dalam kombinasi, seperti kerentanan genetik anak, eksposur anak
untuk bahasa, dan pemikiran mereka perkembangan umum dan
kognitif (dan pemahaman) kemampuan. gangguan bahasa reseptif
yang sering dikaitkan dengan gangguan perkembangan seperti
autisme. Dalam kasus lain, gangguan bahasa reseptif disebabkan
oleh cedera otak seperti trauma, tumor atau penyakit.
4. Pengobatan pilihan
Kemajuan si anak tergantung pada berbagai faktor individu,
misalnya apakah cedera otak atau tidak hadir. Pilihan pengobatan
dapat mencakup :

29
a. Pidato bahasa terapi
b. Satu-satu terapi serta terapi kelompok, tergantung pada kebutuhan
anak
c. Khusus pendidikan kelas di sekolah
d. Integrasi dukungan di prasekolah atau sekolah dalam kasus-kasus
kesulitan yang parah
e. Arahan ke layanan kesehatan mental untuk perawatan (jika ada
juga masalah perilaku yang signifikan).
5. Pengertian dan Gejala Gangguan Bahasa Ekspresif
Gangguan bahasa Ekspresif adalah kesulitan yang dialami
anak  dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan meskipun 
ia memahami apa yang dikatakan oleh orang lain.
Adapun gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif
diantaranya adalah : a) pendiam/kurang mau berbicara, b)
perbendaharaan katanya kurang, c) mengalami kesulitan dalam
mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang, d)
tidak mampu memulai suatu percakapan, e) Merasa sulit untuk
menceritakan kembali suatu cerita atau suatu peristiwa,  f)
memiliki kesulitan dalam akademik dan komunikasi sosial, namun
pemahaman bahasatetap relatif utuh.
6. Penanganan Anak yang Mengalami gangguan Bahasa
Ekspresif
7. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
bahasa ekspresif adalah metode bercakap-cakap. Metode yang
dilakukan guru dengan cara berbincang-bincang yang bentuk
percakapan antara dua orang atau lebih (Gunawan, 2006:146).
Menurut Hidayat (2003:65) bahwa manfaat metode bercakap-
cakap antara lain (a) Mengukur kemampuan  anak pada
perbendaharaan kata; (b) Menambah perbendaharaan kata; (c)
Memperbaiki kesalahan kata pada anak; (d) Mengajarkan
menggunakan bahasa yang baik. Dijelaskan oleh Hidayat

30
(2003:66) bahwa tujuan penerapan metode bercakap-cakap, antara
lain ,  (a) untuk mengembangkan kecakapan dan keberanian untuk
menyampaikan pendapat kepada orang lain; (b) Memberi
kesempatan  untuk berekspresi secara lisan; (c) Memperbaiki
ucapan dan lafal  anak; (d) Mengajarkan menggunakan bahasa
yang baik.
Bentuk pelaksanaan metode bercakap-cakap, diantaranya adalah :
1. Bercakap-cakap bebas
Bentuk percakapan yang memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengungkapkan pengelaman-pengalamannya secara bebas.
Adapun tujuannya adalah untuk menggali kemampuan berbahasa
anak. Melalui aktifitas bercakap-cakap bebas, anak belajar untuk
dapat melakukan :
a. Berbicara dengan jelas dan terang
b. Berbicara di depan kelas/ suatu kelompok
c. Menceritakan suatu kejadian secara sederhana
d. Berbicara dengan kalimat yang lengkap
2. Bercakap-cakap menurut pokok bahasan
Bercakap-cakap menurut pokok bahasan adalah bentuk percakapan
dengan pokok percakapan yang telah direncanakan terlebih dahulu
oleh guru sesuai tema. Melalui kegiatan bercakap-cakap
menurutpokok bahasan maka anak-anak dapat :
a. Mengemukakan apa yang diketahuinya sesuai dengan tema
b. Mendengarkan teman/orang lain yang sedang berbicara,
c. Mengajukan pertanyaan,
d. Mengulang kembali kata-kata baru yang baru di dengar

E. MENANGIS
a. Pengertian Menangis
Menangis merupakan cara awal bayi berkomunikasi dengan
lingkungannya atau suatu curahan ekspresi bayi mengenai berbagai

31
hal, seperti ungkapan rasa lapar, tidak nyaman (kencing dan buang
air besar dicelana, kegerahan, kedinginan atau merasa gatal), lelah,
nyeri, dan takut. Ada kaalanya tidak mudah bagi orangtua mengerti
arti tangisan anak.
b. Penyebab menangis :
a. Lapar.
merupakan sebab bayi menangis dan rewel yang paling umum
terutama pada bulan-bulan aawal kehidupannya. Ia akan berhenti
menangis sebelum diberikan susu.
b. Popok basah.
karena pipis atau buang air besar menyebabkan ketidaknyamanan
dan membuat bayi menangis terus sampai popoknya dibersihkan
dan diganti.
c. Bosan.
Tangisan bayi yang berirama diiringi isakan dan rintihan bisa
bermakana tangisan bosan. Selain perhatian dan makanan, bayi
juga membutuhkan banyak stimulasi. Dan jika mereka tidak
mendapatkannya, maka mereka akan terus menangis. Triknya
adalah mengangkat bayi anda dan bermain dengannya.
d. Minta ditemani.
Rata-rata bayi membutuhkan seseorang didekatnya. Jika ia merasa
kesepian ia menangis keras.
e. Panas atau dingin.
Jika bayi merasa panas atau dingin ia akan sulit untuk istirahat
sehingga ia menagis. Bayi akan nyaman dengan ruangan ventilasi
yang bagus.
f. Pakaian yang ketat.
Bayi akan sulit mentoleransi pakaian yang ketat terutama pada saat
cuaca panas. Karet pakaian yang terlalu ketat juga menyebabkan
rasa sakit di area pinggang.
g. Kamar yang gelap atau terang.

32
Ketika bayi bangun dari tidur ia membutuhkan sedikit cahaya.
Dalam keadaan terlalu gelap ia akan menangis keras untuk
membangunkan orangtua atau pengasuhnya.
h. Nyamuk.
Gigitan nyamuk bisa merupakan sebab bayi menangis tiba-tiba.
Gunakan kelambu ditempat tidur untuk menghindari gigitan
nyamuk.
i. Dahak ditenggorokan.
Dahak ditenggorokan juga membuat bayi sulit bernapas dan
membuatnya sering menangis.
j. Sakit telinga.
Infeksi telinga sering terjadi pada saat cuaca lembab. Infeksi
telinga bisa berakibat pecahnya gendang telinga yang
menyebabkan keluarnya nanah, sehingga saat menjelang malam
bayi akan sulit tidur.
k. Gumoh.
Gumoh pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung karena
berbagai sebab seperti pemberian asi atau susu formula yang
berlebihan.
l. Tumbuh gigi.
Pada saat tumbuh gigi bayi sering menangis dan sulit tidur,
biasanya karna infeksi gigi atau masalah perut diare.
c. Penanganan Menangis
a. Pastikan kebutuhan bayi terpenuhi (jangan sampai bayi terlalu lapar
dan harus menunggu untuk disusui).
b. Menggendong bayi
c. Hindari memindah-mindahkan posisi bayi
d. Periksakan, mungkin karena bayi buang air besar atau kecil
e. Perhatikan suhu kamar, mungkin terlalu dingin atau panas sehigga
membuatnya merasa tidak nyaman

33
f. Coba lihat, apakah terdapat luka iritasi pada lipatan kulit leher,
ketiak, lengan, pangkal paha, atau sekitar lubang duhur yang
membuat bayi merasa kesakitan
g. Mungkin perutnya kembung akibat banyak menelan udara
h. Kemungkinan lain, bayi mencret (diare).

F. MENGOCEH
a. Pengertian Mengoceh
Ocehan (cooing). Ocehan (cooing) adalah perilaku bayi yang
ditandai dengan bayi mengeluarkan suara-suara atau bunyi-bunyi yang
belum ada artinya dan disebabkan oleh mekanisme suara. Bunyi-bunyi
atau suara-suara dalam ocehan bervariasi, tergantung dengan mulut dan
cara bayi memodifikasi alur udara yang dikeluarkan dari paru-paru melalui
pita suaranya. Bentuk ocehan misalnya mengeluh, merengek, menggeram,
dan mengeluarkan kata-kata seperti: hhh... 
Hakekatnya, ocehan adalah bentuk aktivitas bermain bayi. Periode
ini terjadi pada usia 3 bulan, bayi mulai bermain dengan menggunakan
suara-suara ocehan tersebut. Di usia ini bayi mulai mengeluarkan suara
ocehan pendek berupa suku kata (gabungan huruf mati dan huruf hidup),
seperti ‘ma’, ‘da’, ‘ba’, ‘na’. Selain itu juga, bayi mulai belajar
mengkomunikasikan perasaannya tidak melulu lewat tangisan. Kalau ia
tak suka, misalnya, ia mengeluarkan suara seperti melenguh. Sebaliknya,
jika sedang merasa senang, ocehannya bertambah keras. Bahkan akan
menjerit kesenangan meski belum dengan nada tinggi. Bayi amat senang
dengan bentuk komunikasi berupa ocehan ini. Jika gembira bermain, bayi
akan mengeluarkan ocehan yang lebih lama dan panjang. Ocehan ini kelak
akan berkembang menjadi celoteh (memadukan berbagai suku kata) dan
selanjutnya menjadi kata demi kata. Perilaku ocehan bayi ini lambat laun
akan menghilang digantikan dengan perkembangan ke perilaku di tahap
berikutnya.

34
Ocehan, menurut beberapa ahli, sebenarnya bukanlah sebagai
bahasa karena belum memiliki arti apa-apa. Namun demikian mengoceh
tetap memiliki makna bagi perkembangan bahasa bayi. Mengoceh sebagai
awal perkembangan bahasa yang cukup signifikan bagi bayi di masa yang
akan datang. Dengan mengoceh seorang bayi memfungsikan organ-organ
tenggorokan, hidung, lidah, pernafasan untuk persiapan pembelajaran
perkembangan bahasanya. Dalam tahap perkembangan berikutnya
mengoceh akan berkembang menjadi kata-kata yang akan mengandung
arti sehingga mengoceh akan dapat dipergunakan untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
b. Tahapan kemampuan bicara
Kemampuan berbicara pada bayi terdiri atas beberapa tahapan.
Berikut tahapannya
a. Usia 0- 3 bulan. Bayi mulai menunjukkan reaksi terhadap
bunyi-bunyian yang didengarnya. Dia akan mencari sumber
suara tersebut. Si kecil juga perhatian terhadap suara musik
atau nyanyian.
b. Usia 3-6 bulan. Si kecil memandang orang yang berbicara
padanya. Dia juga dapat tertawa dan mengeluarkan suara
menandakan suasana hati gembira atau sebaliknya. Bayi
akan terdiam memperhatikan/mendengar suara yang
dikenalnya.
c. Usia 6 -8 bulan. Bayi mulai bisa mengucapkan satu suku
kata. Misalnya, "Ma, pa, ta...da." Si kecil juga akan
menjerit atau mengoceh minta diperhatikan. Di usia ini bayi
menanggapi pembicaraan.
d. Usia 8-10 bulan. Bayi mulai bisa bersuara bersambung.
Misalnya, "Ma-ma-ma-ma, pa-pa-pa-pa, da-da-da-da, ta-ta-
ta-ta." Ocehannya mulai mirip dengan bicara.

35
e. Usia 10-13 bulan. Si kecil mulai bisa memanggil. Misalnya,
"Mama, Papa!" Ia mulai bisa mengucapkan satu kata
sederhana.
c. MELATIH BAYI MENGOCEH
Jangan lupa dengan melatih bayi berbicara, kita sekaligus
akan merangsang perkembangan emosi, sosial, dan kecerdasannya.
Dengan latihan secara rutin diharapkan lama-kelamaan bayi dapat
menjawab ucapan orang tuanya dengan kata-kata bahkan kalimat.
Nah, supaya si kecil tidak terlambat berbicara, lakukan metode
praktis melatih bayi berikut ini setiap hari :
1. Berbicaralah kepada bayi sebanyak dan sesering mungkin.
Bertanya pada bayi, contohnya, "Kamu haus, ya? Mau susu
lagi?; Ini gambar apa?; Ini boneka apa?; Ini warnanya apa?;
Ini namanya siapa?"
2. Berkomentar terhadap perasaan bayi. Contohnya, "Kasihan,
adik rewel. Kepanasan, ya? Nah, sekarang dikipasin ya?;
"Ooo, kasihan, adik rewel gatal digigit nyamuk, ya?; "Jatuh
ya? Sakit? Sini diobatin!"
3. Menyatakan perasaan ibu/ayah. Contohnya, "Aduh, Mama
kangen banget sama adik. Tadi Mama di kantor ingat terus
sama adik. Mmmh, Mama sayang, deh, sama adik."
4. Berkomentar tentang keadaan bayi. Contoh, "Tuh, mulutmu
mungil, ya!; "Wah, rambutmu masih botak!"
5. Berkomentar mengenai kemampuan atau perilaku bayi.
Contohnya, "Wah, Rini sudah bisa duduk!"; "Eeee, Tono
sudah bisa berdiri?"; "Horee, anakku sudah bisa jalan!"
6. Bercerita tentang benda-benda di sekitar bayi. Contoh, "Ini
namanya bantal. Warnanya merah muda. Ada gambar
Winnie the Pooh-nya."; Yang ini namanya boneka
Teletubbies. Ini yang warna merah. Ini yang warnanya
hijau. Yang itu ungu. Nih, coba peluk."

36
7. Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan pada
bayi. Contoh, "Adik mandi dulu, ya? Pakai air hangat,
pakai sabun, biar bersih, biar kumannya hilang, biar
kulitnya bagus. Sekarang dihandukin biar kering, tidak
kedinginan. Wah, Adik wangi. Sekarang pakai baju dan
celana. Nah, selesai. Enak, kan? Habis ini minum ASI terus
tidur, ya?"
3. Hal yang perlu diperhatikan
Menurut Soedjatmiko ada beberapa hal yang mesti diperhatikan
orang tua ketika mengajarkan berbicara pada bayi adalah :
1. Jangan memaksa si kecil berbicara.
2. Kalau bayi bersuara walaupun tidak jelas, tetap berikan
jawaban seolah-olah ibu/ayah mengerti ucapannya.
3. Pujilah segera kalau dia seolah berbicara benar.
4. Jangan menyalahkan kalau ucapannya tidak benar.
5. Kalau bayi sudah bosan sebaiknya beralihlah ke kegiatan
lain yang menarik dan menyenangkan.
6. Jangan memotong ocehan bayi. Inilah alasannya:

G. CLUTTERING
1. Pengertian Cluttering
Cluttering adalah Jenis kesulitan bicara yang pada dasarnya akibat
anak selalu berbicara sebelum ide di dalam pikirannya selesai terbentuk.
Kurangnya koordinasi antara ide dan pengucapannya ini terjadi karena
kelambatan kontrol motorik, dan perkembangan kemampuan bicara
anak juga lambat. Akibatnya kalimat-kalimat yang diucapkan terdengar
aneh atau membingungkan. Karakteristik lebih rinci mengenai anak
yang mengalami cluttering, yaitu sebagai berikut :
1. Berbicara dengan terburu-buru. Seolah-olah satu kata
bertumpuk di atas kata berikutnya. Anak yang mengalami
cluttering sulit memulai berbicara. Ia berbicara sebentar

37
lalu berhenti, berbicara lagi, kemudian berhenti lagi,
kalaupun berhasil isi dari pembicaraan sudah menyimpang
dari tujuan semula.
2. Beberapa kata saling tertukar urutannya, sehingga kalimat
jadi tak berarti atau membingungkan.
3. Anak yang mengalami cluttering biasanya berperilaku
terburu-buru kurang sigap dan tidak terampil.
4. Tidak adanya sinkronisasi dalam penggunaan bagian tubuh
kanan dan kiri, misalnya anak kidal tetapi lebih sering
melihat dengan mata kanan, atau sebaliknya.
b. Penyebab Cluttering
Penyebabnya sendiri bermacam-macam. Bisa karena
pengaruh faktor lingkungan yang orang disekitarnya juga berbicara
terlalu cepat atau bisa karena faktor psikologis dari orang itu
sendiri. Intinya orang yang memiliki kebiasaan berbicara terlalu
cepat, terjadi karena kebiasaan itu telah tertanam dalam pikiran
bawah sadarnya,  sehingga tanpa disadari saat ia berbicara, ia
berbicara dengan nada yang terlalu cepat.
Selanjutnya yaitu bisa disebabkan karena faktor keturunan,
dalam hal ini ada anggota keluarga yang juga mengalami
cluttering, namun secara umum anak yang mengalami cluttering
dapat memperbaiki hambatan bicaranya asal ia berusaha keras
untuk lebih dulu berkonsentrasi pada apa yang ingin diucapkan
sebelum berbicara atau mencoba berbicara perlahan-lahan agar
jelas apa maksud dari yang ingin dibicarakan.
c. Penanganan Cluttering
Untuk menghilangkan kebiasaan ini bisa dikatakan
gampang-gampang susah. Asalkan Anda memiliki keinginan yang
kuat untuk menghilangkan kebiasaan Anda, kebiasaan berbicara
terlalu cepat bisa Anda hilangkan. Bagaimana caranya? Caranya
adalah dengan memperlambat nada bicara Anda. Tidak mudah

38
memang, terlebih bagi Anda yang baru mencobanya, pasti Anda
merasa grogi dan gugup hingga terkadang Anda salah
mengucapkan. Untuk mengontronya Anda bisa latihan bicara
dengan orang lain.
Namun jika Anda ingin cara yang praktis Anda bisa
menggunakan terapi. Terapi yang bisa Anda gunakan untuk
membantu menghilangkan kebiasaan berbicara terlalu cepat adalah
Terapi Binaural Beats - Speaking Slower. Terapi Binaural Beats
Speaking Slower merupakan sebuah terapi yang dirancang khusus
oleh para ahli untuk menghilangkan kebiasaan berbicara terlalu
cepat, memperjelas artikulasi bicara serta mengatur kecepatan
bicara agar lebih mudah dipahami orang lain.
Terapi ini bekerja dengan menggunakan media brainwave
(gelombang otak) yang dipadukan dengan visualisasi diri yang
akan memberikan stimulasi positif pada otak Anda, memudahkan
Anda memasuki pikiran bawah sadar Anda untuk mengontrol
kecepatan berbicara, menghilangkan kebiasaan berbicara terlalu
cepat serta menanamkan kebiasaan berbicara normal pada pikiran
bawah sadar Anda.
Dengan menggunakan Terapi Binaural Beats - Speaking
Slower, menghilangkan kebiasaan berbicara terlalu cepat menjadi
lebih praktis dan mudah. Sebab terapi ini diproduksi dalam bentu
audio yang dicetak dalam bentuk CD sehingga memudahkan Anda
untuk mendapatkan dan menggunakannya.
Untuk menggunakan terapi ini sendiri, Anda cukup
mendengarkannya melalui headphone atau speaker sesaui dengan
durasi yang ada. Anda bisa sambil duduk santai atau berbaring
dengan mata dipejamkan. Disarankan saat Anda menggunakan
terapi ini, Anda berada dalam kondisi yang nyaman dan rileks
sehingga memudahkan Anda menerima stimulasi positif yang
diberikan. Saat Anda menggunakan terapi ini, rasakan alunan

39
gelombang otak yang akan membawa Anda menuju kondisi
relaksasi dan kenyamanan yang sangat dalam. Semakin lama
semakin dalam hingga Anda bisa merasakan kondisi yang sangat
rileks dan nyaman yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya.
Selanjutnya yaitu Anda perlu rutin melatih diri sendiri
setelah bertemu dengan terapis. Seberapa efektif terapi akan
membantu Anda, sangat bergantung pada kesadaran bahwa Anda
memang memerlukan penanganan, motivasi diri untuk berubah
serta dukungan positif dari keluarga, teman maupun lingkungan
sekitar. Bila kita tidak yakin bahwa kita memang punya masalah
maka kita jadi kurang peduli tentang kondisi yang kita alami, dan
kurang termotivasi untuk berubah atau mengupayakan perbaikan
diri.

H. BILINGUAL
a. Pengertian Bilingual
Bilingualisme adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa,
satu bahasa ibu (yang lebih dominan) dan satunya lagi bahasa asing, baik
secara lisan maupun tulisan.
Bilingual adalah menggunakan dua bahasa dengan baik. Contoh
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa
Jepang, Dan Lain-lain. Seseorang bisa dikatakan Bilinguals ketika; (1)
Menguasai dua bahasa dengan modalitas yang sama. Contoh  Berbicara
Bahasa Inggris dan Berbicara Bahasa Jerman dan menulis Bahasa Inggris
dan Menulis Bahasa Jepang. (2) Menguasai dua bahasa dengan modalitas
yang berbeda. Contoh berbicara Bahasa Inggris dan menulis Bahasa
Jepang.
Bilingual mempunyai banyak keuntungan, diantaranya bisa
berkomunikasi dengan bahasa lain, dapat mengembangkan kerjasama dan
pemahaman antar masyarakat, dan meningkatkan kecerdasan anak. Hal ini
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Bain and Yu (1980) pada anak

40
usia empat tahun di Canada, Prancis, dan HongKong yang menunjukkan
hasil  bilinguals lebih unggul dari monolingual dalam beberapa tes kinerja
kognitif, selain mereka memiliki keunggulan dalam dua bahasa yang
berbeda. Untuk beberapa anak, terutama usia pra sekolah, bilingualisme
merupakan hambatan untuk belajar berbicara secara benar. Dan sudah
tentu hal itu mempengaruhi proses penyesuaian diri dan sosial. Terutama
bila bahasa yang lebih dominan dikuasai anak tidak sama dengan bahasa
yang digunakan oleh lingkungan. Dalam hal ini teman-teman sebayanya.
Pengaruh terhadap penyesuaian sosial

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Bila bahasa dominan


yang lebih dikuasai anak berbeda dengan bahasa yang digunakan
lingkungan, Khususnya teman sebaya. Anak akan menemui kesulitan
untuk berkomunikasi dengan mereka. Misalnya, anak berbicara dalam
bahasa inggris. Sementara lingkungan bahasa Indonesia

b. Pengaruh dalam berpikir


Anak kadang-kadang merasa bingung. Entah bingung
mencari kata-kata yang tepat atau memahami isi pembicaraan
orang lain. Dan ini membuat mereka kerap ragu-ragu dalam
berbicara. Bila keraguan ini berlebihan, maka mereka cenderung
diabaikan atau bahkan ditolak oleh teman sebayanya.
c. Pengaruh terhadap prestasi sekolah
Anak yang masuk sekolah tanpa adanya bekal kemampuan
berbahasa yang sama seperti yang dipakai di sekolah akan merasa
sangat tidak aman dan sulit untuk bisa mengikuti pelajaran dengan
baik.
d. Penanganan
a. Beri anak semacam les tambahan di rumah. Bisa saja anda
bertindak sebagai guru dengan cara sedikit demi sedikit
memberi tambahan pengetahuan tentang bahasa yang tidak
terlalu dikuasai anak

41
b. Bila anak sudah masuk sekolah anda juga dapat meminta
bantuan guru dapat meminta bantuan guru untuk mengatasi
kesulitan anak, paling tidak dengan memberi pengertian kepada
lingkungan bahwa anak memang berbeda dan sedang dalam
proses.
c. Dalam proses belajar jangan kecilkan usaha dan prestasi
mereka, sekecil apapun menurut anda. Tetapi justru beri
mereka semangat untuk terus berlatih.
d. Beri anak kesempatan untuk bergaul dengan lebih banyak
orang agar anak masih punya alternatif teman. Bila dalam satu
kelompok ia tidak diacuhkan, biasanya ia pun akan dinilai tidak
terlalu pandai oleh guru atau teman-temannya.

42
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagap adalah suatu gangguan berbicara di mana aliran bicara
terganggu tanpa disadari dengan indikasi pengulangan dan
pemanjangan suara, tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian
kalimat. suku kata, atau frasa; serta jeda atau hambatan tak disadari
yang mengakibatkan gagalnya produksi suara.
Perkataan jorok adalah perkataan yang tidak pantas bagi norma
yang berlaku. Selain karena faktor lingkungan dan model keluarga, juga
dapat disebabkan karena keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungannya.
Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai
dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari
kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-
rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup
serta penglihatan dan pendengaran yang normal.
Gangguan bahasa reseptif berarti bahwa anak memiliki kesulitan
dengan pemahaman apa yang dikatakan kepada mereka. Gejala bervariasi
antara individu tetapi, secara umum, masalah dengan pemahaman bahasa
biasanya dimulai sebelum usia empat tahun. Anak-anak perlu memahami
bahasa sebelum mereka dapat menggunakan bahasa secara efektif.

43
DAFTAR PUSTAKA
Greene B, Rathus. A, & Nevid S. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. PT. Gelora
Aksara Pratama : ERLANGGA.
Kaplan, Harold I. (1997). Gangguan komunikasi. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa
Aksara
Lestari Mikarsa, Hera. 1995. Problematika Anak sehari-hari. Jakarta :
Yayasan aspirasi pemuda
Rusda dan Deliana, Sri Maryati. 1994. Permasalahan Anak Taman Kanak
Kanak : UPT MKK UNNES.
Tati, H. (2009). Intervensi gangguan bahasa. Makalah dipresentasikan dalam
Seminar Pendampingan Guru-guru SLB Garut, Jakarta.

44

Anda mungkin juga menyukai