Anda di halaman 1dari 16

Dukungan Nutrisi Vitamin E dan Omega 3 terhadap

Kelainan Berbicara Apraxia pada Penderita Autisme


(Ujian Makalah Logopedi)

Aditya Pratama Sarwono


NPM : 1406581061

Fakultas Kedokteran Gigi


Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia
Universitas Indonesia
2015
BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya.


Agar komunikasi berjalan dengan lancar, diperlukan kemampuan berbahasa dengan
memadai, baik secara ekspresif (bersifat menyatakan) maupun secara reseptif
(menerima/memahami pesan yang disampaikan). Kemampuan berkomunikasi seseorang
berbeda satu sama lain, bahkan diantaranya ada orang yang sulit berkomunikasi dikarenakan
adanya gangguan dalam kemampuan berbicara dan berbahasanya.
Gangguan yang paling sering ditemukan dalam berkomunikasi salah satunya adalah
apraxia, dimana orang tidak dapat mengatur pergerakan fasial untuk kemampuan berbicara
yang baik. Kelainan tersebut dimulai dari dalam otak, sel saraf yang mengatur kemampuan
berbicara mengalami kerusakan dan tidak dapat menerjemahkan keinginan untuk berbicara ke
pergerakan otot yang seharusnya. Penderita yang mengalami gangguan komunikasi atau
secara lebih spesifik lagi gangguan dalam bahasa ekspresif dan reseptif, perlu diintervensi
sedini mungkin, dalam hal ini dengan memberi terapi yang diperlukan karena kemampuan
berbahasa sangat diperlukan dalam mengembangkan potensi-potensi yang masih dimiliki
anak terutama dalam mengembangkan kemampuan akademiknya.
Terapi saja tidak cukup untuk menghilangkan gejala apraxia pada penderita autis. Di
samping terapi yang dilakukan, penderita juga harus menjalani penanganan berupa diet
makanan. Meskipun sudah mendapatkan terapi dengan baik di tempat yang baik namun
dietnya tidak terjalankan, maka tidak akan memberikan hasil yang optimal.
Diet makanan pada penderita autis, yaitu dengan pemberian probiotik, diet bebas
jamur, diet bebas gluten, diet bebas kasein, dan diet pemberian suplemen vitamin A, C, B6,
B12, Mg, asam folat, dan omega-3. Namun, sebelum melakukan program diet tersebut
sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter.
Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan autisme sangat
bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung keadaan dan gejala yang
timbul, tidak bisa diseragamkan. Namun akan sulit sekali membuat pedoman diet yang
sifatnya sangat individual. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme
umumnya sangat alergi terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan perhatian dalam
mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat
bermanfaat dalam terapi selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang
timbul pada penderita autis dalam hal ini adalah gejala apraxia.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa vitamin E dan asam lemak Omega 3
melindungi saraf kontrol berbicara dan menemukan beberapa orang yang menderita apraxia,
memiliki tanda-tanda yang jelas akan kekurangan vitamin E. Penelitian-penelitian
mengatakan bahwa kekurangan vitamin E, asam lemak dalam sel membrane beroksidasi
secara prematur, dan menyebabkan kerusakan sel saraf. Maka dari itu jika kerusakan sel saraf
yang terjadi tidak disikapi dengan baik, maka akan mengganggu tumbuh dan
berkembangnya anak di masa depan, salah satu yang sangat mempengaruhi adalah gangguan
dalam berbicara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kelainan Bicara dan Bahasa

Kelainan bicara dan/atau bahasa adalah adanya masalah dalam komunikasi


dan bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara
Keterlambatan dan kelainan mungkin bervariasi dari yang ringan tau tidak ada
pengaruhnya berhadap kehidupan sehari-hari dan sosialisasi, sampai yang tidak
mampu untuk mengeluarkan suara atau memahami dan mempergunakan bahasa
Hanya sebagian kecil anak-anak dengan kelainan bicara dan bahasa yang
termasuk sangat berat. Bagaimanapun, karena pentingnya bahasa dan keterampilar
berkomunikasi dalam kehidupan anak-anak, meskipun ringan atau sedang kelainar.
atau gangguannya, hal tersebut dapat berpengaruh cukup berat terhadap seluruh aspek
kehidupan. Kadang-kadang mereka terisolasi dari teman-temannya dan lingkungar
pendidikannya. Kelainan komunikasi dan bahasa juga dapat timbul sebagai dampak
dari adanya kelainan kognitif, neurologis, dan fisik.
Anak-anak termasuk kategori ini apabila mereka mempunyai kelainan
komunikasi seperti gagap, kelainan artikulasi, kelainan bahasa atau kelainan suara,
yang secara nyata berpengaruh terhadap kinerja pendidikan mereka. Kelainan
komunikasi sebagai adanya kelainan dengan menunjukkan ketidakmampuan
menerima, menyampaikan, memproses, dan memahami konsep-konsep atau simbol-
simbol verbal, nonverbal dan gambar. Kelainan komunikasi ini mungkin muncul
dengan jelas pada proses mendengar, berbahasa, dan/atau berbicara.

B. Penyebab Terjadinya Kelainan Bicara dan Bahasa

Gangguan berbicara mempengaruhi bagaimana seseorang berbicara. Orang


yang mengalami gangguan berbicara sebenarnya tahu apa yang akan disampaikannya,
namun mereka mengalami kesulitan dalam meproduksi bunyi yang mengakibatkan
komunikasinya terganggu. Dalam studi tentang gangguan bahasa dan bicara (Speech
Language Pathology), secara umum gangguan berbicara meliputi, gangguan
kefasihan, gangguan artikulasi, dan gangguan suara.

1. Gangguan Kefasihan
Penderita yang mengalami gangguan kefasihan berbicara (fluency disorder)
biasanya mengalami kegagapan, pengulangan kata-kata, latah, atau memperpanjang
bunyi, silaba, atau kata tertentu. Gangguan kefasihan umum terjadi pada anak-anak,
misalnya menambahkan bunyi ‘oh’, mengganti kalimat (seperti ‘mama pergi – mama
ke pasar’), mengulangi frasa (seperti ‘aku mau, aku mau, aku mau pulang’, atau
mengulangi bunyi (seperti ‘a-a-a- aku mau permen). Seiring bertambahnya usia dan
pengetahuannya tentang bahasa, gangguan kefasihan tersebut bisa hilang. Namun
demikian, gangguan tersebut bisa saja bertahan hingga dewasa yang dapat
menghambatnya dalam interaksi sosial.
Gagap biasanya diderita oleh anak-anak dan biasanya hilang seiring
pertambahan usianya. Namun demikian, tidak sedikit orang dewasa yang menderita
gagap. Orang yang gagap sebenarnya tahu bahwa tuturan yang dihasilkannya tidak
benar, namuin mereka tidak mampu mengendalikannya ujarannya. Selain gangguan
komunikasi, orang yang mengalami kegagapan juga dapat mengalami gangguan
psikologis seperti minder dan enggan bergaul.
Belum ada yang tahu penyebab yang pasti mengapa seseorang mengalami
kegagapan. Namun, para ilmuan menemukan bahwa 50% penderita gagap memiliki
riwayat anggota keluarga yang mengalami kegagapan. Hal ini menunjukan bahwa
gagap merupakan gangguan yang dibawa secara genetis. Para peneliti tersebut juga
menemukan bahwa laki-laki lebih banyak menderita gagap dari pada perempuan.
Selain gagap, gangguan kefasihan juga dapat berupa gangguan psikogenik
seperti berbicara manja, berbicara kemayu, dan latah.

2. Gangguan Artikulasi
Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan palatal.
Ganguan artikulasi dapat diakibatkan oleh kangker mulut dan tenggorokan,
kecelakaan, bawaan lahir (seperti celah bibir), atau faktor lain yang mengakibatkan
rusaknya organ bicara. Orang yang mengalai gangguan artikulasi biasanya bermasalah
dalam melafalkan bunyi atau melafalkan bunyi dengan keliru. Perubahan bunyi b
menjadi w, seperti pada pelafalan ’wambut’ untuk kata ‘rambut’, penghilangan bunyi,
seperti pada pelafalan ‘and’ untuk kata ‘hand’, salah pengucapan, seperti pada
pelafalan ‘tsutsu’ untuk kata ‘susu’. Beberapa kesalahan artikulasi juga dipengaruhi
oleh faktor bahasa ibu dan dialek daerah.
Gangguan artikulasi pada anak-anak masih dianggap normal, namun seiring
perkembangannya, jika gangguan artikulasi masih terjadi, maka hal tersebut sudah
dapat dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit. Walaupun gangguan artikulasi
pada anak-anak tidak menghambatnya dalam berkomunikasi, namun pada usia
sekolah biasanya mereka menjadi bahan tertewaan teman-temannya.
Selain faktor rusaknya organ wicara, faktor neurologis juga dapat
mengakibatkan gangguan artikulasi. Dysarthria adalah gangguan motorik yang
diakibatkan oleh lesi pada otak di daerah yang bertanggung jawab untuk perencanaan,
eksekusi, dan pengendalian gerakan otot yang dibutuhkan untuk berbicara. Dysarthria
umumnya ditemukan pada orang yang pernah mengalaim stroke, tumor, dan penyakit
degenerative seperti Parkinson. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya
mengalami serak atau parau, bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Penderita
biasanya berbicara pelan, tidak jelas, dan sulit dimengerti karena kesalahan artikulasi
konsonan. Indikasi lain Dysarthria biasanya penderita berbicara melalui hidung dan
seperti bergumam. Namun demikian, gejalana tergantung pada lokasi dan kadar
kerusakan sistem saraf.
Gangguan saraf lain yang dapat menimbulkan gangguan bicara adalah Apraxia
atau dikenal dengan motorik-fonetik, yaitu gangguan yang diakibatkan oleh kerusakan
bagian otak yang berhubungan dengan proses bicara yang mengakibatkan
ketidakmampuan menerjemahkan bentuk gramatikal kedalam susunan fonetik yang
benar. Penderita biasanya mengalami kesulitan, susunan fonetis, irama dan waktu,
atau berbicara sesuatu yang berbeda dari yang dimaksudkannya.
Apraxia pada anak-anak, ditandai dengan keterlambatan bicara. Anak-anak
yang mengalami gangguan ini tidak melewati tahap babbling. Seiring bertambahnya
usia, pada saat dewasa mereka mengalami kesulitan dalam mengucapkan frasa yang
atau kalimat yang panjang. Anak yang mengalami masalah dengan kemampuan
otaknya dalam pengolahan dan penyampaian sinyal yang dibutuhkan untuk berbicara.
Diantara faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak antara laian,
gangguan pedengaran, gangguan pada otot bicara, keterbatasan kemampuan kognitif,
mengalami gangguan pervasive, dan kurangnya komunikasi dan interaksi dengan
orang tua dan lingkungannya.
Apraxia pada orang dewasa (Acquire Apraxia) agak berbeda dengan Apraxia
pada anak-anak karena mereka telah memiliki bahasa. Gangguan pada orang dewasa
biasanya ditandai dengan ketidakmampuannya dalam menyusun kata atau silaba
dengan benar. Mereka biasanya sadar akan kesalahannya dan berusaha mengulangi
tuturannya dengan benar, seperti pada contoh berikut ini:
O-o-on . . . on . . . on our cavation, cavation, cacation . . oh darn . . . vavation,
oh, you know, to Ca-ca-caciporenia . . . no, Lacifacnia, vafacnia to
Lacifacnion…. On our vacation to Vacafornia, no darn it . . . to Ca-caliborneo .
Apraxia pada orang dewasa dapat disebabkan oleh stroke, tumor, atau
penyakit lain yang dapat mempengaruhi otak.

3. Gangguan Suara
Gangguan suara meliputi gangguan nada, gangguan kualitas bunyi, dan
gangguan kenyaringan. Gangguan suara biasanya dapat berupa kemonotanan nada,
parau, serak, bunyi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, atau kualitas bunyi nasal
seseorang. Gangguan suara dapat diakibatkan oleh, kecelakaan, kerusakan atau
penyakit pada tenggorokan. Kerusakan atau penyakit pada tenggorokan dapat
menyebabkan pita suara tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan gangguan
suara.
Spasmodic dysphonia merupakan gangguan suara disebabkan oleh kejangnya
pita suara. Hal tersebut menggangu aliran udara pada pita suara sehingga menghasilakn
buny tersendat, gemetar, suara merintih. Kejang pada pita suara juga dapat
menyebabkan Aphonia (hilangnya suara), puberphonia (rentang suara yang sangat
tinggi) dan dysphonia (penurunan kualitas suara).
Penyebab kelainan komunikasi adalah sangat kompleks. Meskipun kebanyakan
anak-anak dievaluasi dalam konteks sistem pendidikan mempunyai kelainan
komunikasi fungsional, tetapi pengenalan faktor-faktor penyebab lainnya yang bersifat
organik sangat penting diketahui oleh para guru. Penyebab dapat termasuk di dalamnya
ketidaknormalan sebelum lahir, kecelakaan prenatal, tumor, dan masalah dengan sistem
syaraf atau otot, otak, atau mekanisme bicara itu sendiri. Pengaruh dari agen yang
mempengaruhi embrio atau janin, termasuk sinar X, virus, obat-obatan, dan racun
lingkungan dapat juga menyebabkan kelainan yang dibawa sejak lahir. Dalam enam
minggu pertama sampai dua belas minggu kehidupan janin, banyak organ tubuh sedang
dibentuk. Apabila ada agen yang merusak satu organ, maka dapat berpengaruh terhadap
berbagai sistem perkembangan secara terus menerus. Contoh untuk agen seperti itu
adalah rubella (German measles). Ketika terjadi kontraksi selama tiga bulan pertama
dari kehamilan, agen yang mempengaruhi janin ini dapat menyebabkan masalah
congenital yang majemuk seperti kelainan jantung, katarak, ketunagrahitaan,
microchepalus, kecebolan, ketunarunguan, dan berbagai patologi bicara dan bahasa
secara bersamaan.
Masalah komunikasi yang diakibatkan oleh penyakit atau akibat kecelakaan
setelah lahir adalah kelainan yang diperoleh. Kecelakaan yang mengakibatkan luka otak
sebagai akibat dari kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor merupakan contoh
dari kelainan yang diperoleh yang sering mempunyai implikasi negatif terhadap
kemampuan bicara dan bahasa. Meningitis, suatu penyakit yang mengakibatkan adanya
iritasi pada lapisan otak, biasanya secara umum berhubungan dengan kelainan
pediatrik. Komplikasi dari meningitis ini dapat mengakibatkan ketunarunguan dan
disertai dengan kurangnya komunikasi. Masalah bicara dan bahasa yang diakibatkan
karena sakit juga termasuk kelainan komunikasi yang diperoleh. Artikulasi, kualitas
suara, dan kefasihan dapat dipengaruhi oleh adanya abnormalitas dalam pernafasan
(aliran udara ke luar dan ke dalam paru-paru), phonation (suara yang dihasilkan oleh
larynx), dan resonansi suara (getaran di dalam sistem vokal). Kelainan seperti ini sangat
bervariasi dalam tingkatannya, dan dapat terjadi secara tersendiri, bersama-sama
dengan yang lain, atau hubungannya dengan patologis bahasa lainnya. Neurofisiologi
yang normal seperti adanya selaput dan otot yang baik untuk pernafasan dan
pengucapan, adalah sangat penting untuk keterampilan bicara agar berkembang dengan
baik. Adanya kelainan klinis berupa adanya hambatan struktural dalam pengucapan
termasuk di dalamnya bibir, gigi, gerakan lidah yang terbatas, cleft Up, dan/atau cleft
palate merupakan sejumlah sindrom yang sering menandai malformasi depan kepala.
Ketunarunguan, ketunagrahitaan, kesulitan belajar, dan ketunalarasan juga secara
umum sering dihubungkan dengan kelainan komunikasi dan mempunyai implikasi
terhadap perkembangan bahasa dan bicara.

C. Karakteristik Anak dengan Kelainan Bicara dan Bahasa

Bahasa, termasuk patologi yang menyertainya, secara garis besar dapat dibagi
ke dalam dua bentuk dasar, yaitu bahasa reseptif atau kemampuan memahami apa
yang dimaksud dalam komunikasi lisan, dan bahasa ekspresif atau kemampuan
memproduksi bahasa yang dapat dipahami oleh dan berarti bagi orang lain. Anak-anak
dengan kelainan bahasa mempunyai kesulitan dalam mengekspresikan pikirannya atau
memahami apa yang diucapkannya. Keterampilan bahasa ekspresif dan kemungkinan
kesulitan yang menyertainya, termasuk di dalamnya tata bahasa, struktur kalimat,
kefasihan, perbendaharaan kata, dan pengulangan. Bahasa reseptif kekurangannya
biasanya berhubungan dengan menanggapi, mengabstraksikan, menghubungkan, dan
menggali pemikiran. Seorang siswa yang tidak mampu mengikuti perintah secara
efisien di dalam kelasnya mungkin dia mempunyai kelainan bahasa reseptif. Seorang
siswa yang tidak mampu berkomunikasi secara jelas karena tataba hasanya jelek,
perbendaharaan katanya kurang, atau masalah produksi seperti kelainan artikulasi dia
termasuk mempunyai kelainan bahasa ekspresif. Anak-anak dengan kelainan bahasa
sering menghadapi masalah baik dalam bidang akademik maupun dunia yang lebih
luas lagi.
Dimulai pada usia sebelum 2 tahun, besarannya selesai sebelum usia 4 tahun,
kebanyakan anak-anak mendapatkan bicara yang dapat difahami dan mempunyai
dasar perkembangan tatabahasa dewasa. Bagaimanapun, ada berbagai variabel penting
dalam perkembangan bicara dan bahasa yang normal pada anak-anak. Sebagai contoh,
usia kepandaian mengucapkan berbagai macam suara sangat bervariasi yang
kebanyakan terjadi pada usia tiga tahun. Pada usia 8 tahun, sebenarnya, semua
pengucapan suara secara nyata pada bahasa anak terjadi dengan benar.

D. Vitamin E dan Omega 3


Vitamin E (alfa-tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-sel
tubuh terhadap kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai radikal
bebas. Vitamin E dan selenium (suatu mineral esensial yang merupakan komponen
dari enzim antioksidan) mempunyai sifat yang sama. Vitamin E adalah jenis vitamin
yang larut dalam lemak yang mempunyai efek antioksidan. Vitamin E penting untuk
tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Obat ini berpengaruh penting dalam kekuatan
sistem kekebalan tubuh, kesehatan mata, dan kesehatan kulit.
Jenis vitamin ini bisa ditemukan pada banyak makanan yang sehat, seperti
sayuran berdaun hijau, minyak nabati, daging sapi, daging unggas, telur, buah,
kacang-kacangan, dan sereal gandum. Selain vitamin E yang berasal dari alam,
terdapat juga vitamin E suplemen untuk mengatasi masalah defisiensi vitamin E.
Beberapa orang menggunakan vitamin E pada kulit untuk membantu proses
penyembuhan luka tapi bukti masih belum cukup kuat.
Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi serta asam, karena bersifat antioksidan,
Vitamin E mudah teroksidasi terutama bila pada lemak yang tengik, timah, garam besi
serta mudah rusak oleh sinar UV. Penyakit yang ditimbulkan jika kekurangan vitamin
E adalah bisa menyebabkan mandul pada pria dan wanita, kerusakan syaraf, dll.
Gejala yang timbul ketika kadar vitamin E dalam darah sangat rendah, sel darah
merah rusak dan terbelah. Proses pembelahan sel darah merah ini disebut hemolisis
eritrodit. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan otot. Gejala yang
dirasakan adalah kesulitan berjalan dan nyeri yang menetap pada otot betis. Vitamin E
tingkat rendah dalam darah dapat meningkatkan risiko kanker tertentu paru-paru,
payudara dan saluran pencernaan.
Menurut buku the Complete Idiot's Guide to Vitamin and Mineral, kekurangan
vitamin E dalam jangka panjang bisa mendatangkan kerusakan saraf, khususnya saraf
di tulang belakang. Kadang juga terjadi kerusakan di retina mata. Kekurangan
vitamin E harusnya jarang terjadi. Itu karena dari makanan sehari-hari hampir semua
orang mendapatkan asupan 7-11 mg vitamin E. Meskipun begitu, ternyata di AS yang
terkenal makmur dan banyak makan, tercatat kekurangan ringan vitamin E. Selain
dari asupan makanan sehari-hari, kekurangan vitamin E juga bisa disebabkan kondisi
medis seperti:
1. Menderita cystic fibrosis
Penyebabnya, penderita penyakit ini tidak bisa mencerna lemak dengan baik,
sehingga tidak bisa menyerap cukup vitamin E.
2. Menderita chron's disease
Penderita penyakit ini tidak bisa menyerap cukup vitamin E lewat usus.
3. Menderita penyakit lever
Penderita penyakit lever tidak bisa menggunakan vitamin E dengan benar.
4. Sedang menjalani diet rendah lemak dan rendah kalori
Kurangnya lemak di dalam tubuh menyebabkan terganggunya pasokan vitamin E.
Ini karena vitamin E termasuk vitamin yang larut dalam lemak. Kita butuh sedikit
lemak untuk bisa menyerap vitamin E.
5. Minum obat-obatan tertentu
Minum obat penurun kolesterol bisa menurunkan penyerapan vitamin E dan
vitamin yang larut dalam lemak lainnya. Menurut buku Vitamins and Mineral's
Handbook, ada tanda-tanda tubuh seseorang butuh tambahan vitamin E, yakni
tubuh mudah memar, luka lama sembuh, varises, kurang gairah seks, infertilitas
dan hilangnya kekuatan otot.
Omega 3 merupakan salah satu jenis lemak tidak jenuh yang sangat
dibutuhkan tubuh. Sayangnya, tubuh tidak dapat menghasilkan sendiri jenis lemak ini
sehingga kebutuhan akan lemak jenis ini harus didapatkan melalui asupan makanan.
Para ahli gizi menyatakan bahwa tubuh membutuhkan sekitar 300 mg Omega 3 per
harinya. Omega 3 sebagian besar dapat ditemukan pada ikan-ikanan seperti ikan
Salmon, ikan Tuna, ikan air tawar, Makerel, Hering, ikan Tenggiri, dan ikan sarden
(Ikan Lemuru). Selain itu, Omega 3 dapat ditemukan pula pada makanan yang berasal
dari tumbuhan seperti minyak dari Raps, kacang Kenari, Walnuts, Alpukat, Bayam,
minyak Canola, dan kacang Kedelai.
Dalam Omega 3 sendiri terdapat komponen-komponen zat penting yang
penting bagi tubuh seperti DHA (Docosahexaenoic acid), EPA (Eicosapentaenoic
acid), dan LNA (Linolenic acid). DHA dan EPA banyak ditemukan pada ikan-ikanan
sedangkan LNA pada tumbuh-tumbuhan termasuk sayuran yang berwarna hijau.
Masing-masing komponen memiliki fungsi yang berbeda dalam tubuh. DHA
berfungsi sebagai jaringan pembungkus saraf yang berperan dalam melancarkan
perintah saraf dan mengantarkan rangsangan saraf ke otak. EPA berfungsi dalam
membantu pembentukan sel-sel darah dan jantung, menyehatkan sistem peredaran
darah dengan melancarkan sirkulasi darah dan LNA berperan dalam menghasilkan
energi dari makanan yang dikonsumsi dan kemudian membawanya ke sel-sel tubuh
yang membutuhkannya.
Secara umum, Omega 3 bermanfaat bagi pertumbuhan sel otak, organ
penglihatan dan tulang, serta menjaga sel-sel pembuluh darah dan jantung tetap sehat.
Omega 3 sangat penting bagi perkembangan sel-sel otak karena 40% asam lemak di
otak terdiri atas asam lemak Omega 3. Omega 3 ini sangat dibutuhkan dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan sel-sel saraf otak agar optimal terutama
pada anak-anak sampai sekitar usia 5 tahun mengingat pertumbuhan otak anak yang
cepat dan pesat pada masa tersebut.
Omega 3 bahkan tetap dibutuhkan sampai usia dewasa. Kurangnya kadar
Omega 3 akan membuat sel saraf di otak kekurangan energi untuk proses
perkembangan otak sehingga dapat mengganggu kerja dan fungsi otak seperti
hilangnya daya ingat dan penurunan fungsi otak lainnya secara drastis. Omega 3 juga
memegang peranan penting bagi organ penglihatan dan tulang. Sekitar 60% retina
pada mata dibentuk dari Omega 3. Kekurangan Omega 3 dapat mengakibatkan mata
menjadi kabur. Omega 3 juga baik untuk tulang karena di dalam Omega 3 juga
terkandung kalsium. Pada saat janin, Omega 3 dibutuhkan untuk membentuk sel-sel
pembuluh darah dan jantung. Pada saat dewasa, Omega 3 membantu dalam
menyehatkan darah dan mekanisme kerja pembuluh darah serta jantung.
Dengan mengonsumsi Omega 3, tubuh akan dibantu dalam menurunkan kadar
trigliserida dan LDL dalam darah sehingga mengurangi penimbunan lemak darah
yang tidak baik pada saluran darah yang memicu aterosklerosis dan tekanan darah
tinggi. Resiko seperti stroke dan penyakit jantung pun dapat dihindari. Pada orang
lansia, Omega 3 dapat membantu mengatasi penyakit peradangan persendian.
Manfaat lain dari Omega 3 ialah kemampuannya dalam menjaga dan
mempertahankan kesehatan kulit.
Minyak ikan terbuat dari hasil ekstrak hati ikan dan dijual dalam bentuk sirup
atau kapsul. Minyak ikan menjadi suplemen favorit karena kandungan Omega 3 yang
tinggi di dalamnya. Selain itu, minyak ikan juga mengandung vitamin A dan D yang
juga dibutuhkan oleh tubuh. Karena termasuk salah satu zat yang rendah kolesterol,
banyak para ahli gizi yang menyarankan minyak ikan dikonsumsi sebagai suplemen
tambahan untuk kesehatan tubuh. Namun, konsumsi minyak ikan tidak boleh
sembarangan. Konsumsi minyak ikan pada seseorang didasarkan pada berat badannya
dan biasanya dicantumkan dalam kemasannya.
Menurut penelitian, konsumsi minyak ikan berlebih dapat menganggu sel-sel
darah seperti proses penggumpalan darah menjadi lamban. Akibatnya, bila luka, akan
memakan waktu yang lama untuk sembuh. Selain itu, konsumsi minyak ikan berlebih
dalam tubuh dapat menyebabkan seseorang kekurangan vitamin E dan menyebabkan
sel-sel dalam tubuh mudah teroksidasi oleh radikal bebas yang tentu saja
membahayakan kesehatan. Karena itu, penting untuk mengikuti petunjuk
pemakaiannya. Bila perlu, dapat dikonsultasikan ke dokter.

E. Diet Nutrisi Makanan untuk Kelainan Bicara dan Bahasa pada Autisme

Diet khusus sangat disarankan untuk mendukung anak-anak berkebutuhan khusus ini.
Disini kita akan melihat fisiologi otak, gejala fisik umum, makanan bergizi, serta makanan
yang harus dihindari olah anak dengan autis. Manifestasi autis biasanya mulai muncul
diantara tahun pertama dan kedua dalam kehidupan anak, termasuk keterlambatan atau
kelainan berbicara dan perilaku yang kompleks, interaksi sosial, perilaku berulang, atau
kesibukan yang tidak seperti biasanya, kesalahan persepsi sensorik dan visual, serta ketakutan
dan kecemasan. Menurut The Autism Society, autisme tidak hanya disebabkan oleh penyebab
tunggal, kebanyakan kasus terjadi karena kombinasi faktor seperti genetik, faktor lingkungan,
dan perkembangan otak awal.
Ada bukti yang berkembang bahwa terapi nutrisi bisa membuat perbedaan yang besar
untuk anak-anak dengan autisme disertai kelainan berbicara. Banyak yang sangat terganggu
pada pencernaan, sehingga terapi gizi untuk mengembalikan keseimbangan di dalam usus
merupakan fokus yang utama. Juga penting untuk menyeimbangkan gula darah, memeriksa
polusi logam berat pada otak, tidak memasukkan bahan pangan tambahan, mengidentifikasi
makanan alergen, memeriksa kemungkinan kekurangan gizi, dan memastikan asupan lemak
esensial. Gejala gastrointestinal dan peradangan juga sangat umum terjadi pada orang dengan
masalah ini, termasuk diare, sembelit, kembung dan nyeri gastrointestinal.
Peradangan pada usus biasanya disebabkan oleh kepekaan terhadap makanan, dan
tingginya jumlah kuman dalam usus. Gangguan pencernaan menyebabkan penderita
kekurangan gizi dan mengalami gangguan fungsi sel, yang termanifestasikan pada kurangnya
fungsi otak, dan lemahnya sistem kekebalan tubuh. Ketika makanan tidak dipecah dengan
baik pada sistem pencernaan, seperti halnya kepekaan terhadap makanan, akan berpengaruh
kepada pemikiran, ketidakpekaan rasa sakit, fikiran yang kalut, dan menjadi mudah
tersinggung. Berikut diet yang dianjurkan untuk anak dengan autis :
1. Menghilangkan makanan alergen
Penyebab alergi makanan paling banyak adalah gluten, kasein, dan kedelai.
Gejala fisik umum lainnya adalah sering terkena infeksi, kesulitan tidur, kekalutan,
dan peradangan. Gejala-gejala ini khas menunjukkan adanya pertumbuhan ragi dan
racun yang berlebihan. Ada keterkaitan yang jelas antara otak dan usus. Mendukung
gejala fisik melalui diet akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, serta
mengurangi keparahan.

2. Makanan mengandung asam lemak omega 3


Dalam rangka untuk mengatasi masalah pencernaan di usus, penting untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung sifat anti-inflamasi, seperti asam lemak
omega 3 yang banyak ditemukan dalam ikan berlemak seperti salmon dan sarden,
serta minyak ikan, biji rami, dan kacang kenari untuk mengurangi peradangan usus
yang terjadi.
Kekurangan lemak esensial juga umum pada anak dengan autisme. Penelitian
telah menunjukkan bahwa beberapa anak-anak dengan autis memiliki cacat enzimatik,
yaitu yang menghilangkan lemak esensial dari membran sel otak lebih cepat dari yang
seharusnya. Hal ini berarti bahwa anak autis lebih cenderung membutuhkan asupan
lemak esensial lebih tinggi daripada rata-rata. Dan juga telah ditemukan bahwa
suplementasi EPA dapat memperlambat aktivitas enzim yang rusak, secara klinis
diketahui meningkatkan perilaku, mood, imajinasi, berbicara spontan, pola tidur, dan
fokus pada anak-anak autis.
3. Makanan mengandung probiotik
Probiotik dan praantibiotik juga bermanfaat untuk mengurangi peradangan
pada usus, serta meningkatkan jumlah bakteri usus yang sehat. Probiotik bisa
ditemukan dalam makanan fermentasi seperti kefir, yoghurt, dan minyak ikan cod
fermentasi. Makanan tinggi pra-antibiotik dan tinggi serat larut juga bermanfaat,
seperti pisang, asparagus, kacang-kacangan, bawang putih, daun bawang, bawang,
dan kacang polong. Asam butirat juga bisa membantu menjaga lapisan usus yang
ditemukan dalam lemak susu. Asam butirat serta omega 3 banyak ditemukan dalam
mentega dari sapi organik.

4. Jauhkan makanan yang bisa memperburuk gejala fisik.


Makanan yang mengandung ragi akan menyebabkan pertumbuhan bakteri
berbahaya dalam usus yang berlebih, dan harus dihindari jika tidak bisa benar-benar
dihilangkan. Makanan ini adalah yang mengandung tinggi gula (termasuk gula alami
dalam buah-buahan), roti, plum, anggur, cuka, daging dan keju. Karbohidrat olahan,
kentang, dan biji-bijian yang bebas gluten juga diketahui merupakan makanan ragi.
Ada timpang tindih antara autis dan ADHD, jadi untuk anak autis yang menunjukkan
gejala hiperaktif sangat penting meningkatkan keseimbangan gula darah.
Makanan yang mengandung racun dan fenol alami biasanya tidak optimal, dan
dalam banyak kasus sangat penting untuk dihilangkan dari diet. Zat beracun tersebut
termasuk aditif, zat pewarna buatan, perasa makanan, pengawet, MSG, dan pestisida.
Pilihkan makanan organik sesering mungkin, terutama untuk makanan yang
umumnya mengandung zat-zat yang tidak aman. Produk hewani yang paling tinggi
gizi adalah yang dipelihara secara organik, misalnya ternak yang makan rumput, dan
bebas bahan kimia berbahaya, antibiotik, dan hormon. Makanan-makanan tersebut
bisa menyebabkan gejala perilaku, emosional dan fisik, sehingga harus dibatasi.
Makanan ini termasuk buah anggur, apel, buah berrie, dan almond.
Mengetahui kepekaan terhadap makanan dan menghilangkan penyebab juga
bermanfaat untuk mengelola gejala fisik Autisme.
BAB III
PENUTUP
Penderita autis yang memiliki gejala kelainan bicara apraxia yaitu gangguan yang
diakibatkan oleh kerusakan bagian otak yang berhubungan dengan proses bicara yang
mengakibatkan ketidakmampuan menerjemahkan bentuk gramatikal kedalam susunan fonetik
yang benar. Penderita biasanya mengalami kesulitan, susunan fonetis, irama dan waktu, atau
berbicara sesuatu yang berbeda dari yang dimaksudkannya, membutuhkan perhatian ekstra
dalam asupan gizi dan dietnya. Asupan gizi salah satunya berupa vitamin E dan Omega 3 ini
diharapkan dapat membantu fungsi otaknya bekerja dengan lebih baik sehingga dapat
memperbaiki kelainan berbicara yang berhubungan dengan sel saraf otak. Untuk itu, perlu
dilakukan pula konsultasi dengan ahli gizi maupun dengan dokter untuk memberikan asupan
gizi yang optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Escott, S.S. Nutrition and Diagnosis-Related. Vol 7th ed.Philadephia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2012
Katz R, Agin M. Outcomes of essential fatty acid supplementation in verbal apraxia: an
analy- sis of professional anecdotal reports. Paper presented at: Research Workshop on Fatty
Acids in Neurodevelopmental Disorders (FAND-2001), September 20-22, 2002; Oxford, UK.

Lewis BA, Freebairn LA, Hansen A, Gerry Taylor H, Iyengar S, Shriberg LD. Family
pedigrees of children with suspected childhood apraxia of speech. J Commun Disord.
2004;37(2):157-175.

Morris, C. Syndrome of Allergy, Apraxia, and Malabsorptin: Characterization of A


Neurodevelopmental Phenotype That Responds to Omega 3 and Vitamin E. Alternative
Therapies in Health and Medicine; 2009, Vol. 15, No. 4, 34-43.

Santrock John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Santrock John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Sokol RJ. Vitamin E deficiency and neurological disorders. In: Packer L, Fuchs J, eds.
Vitamin
E in Health and Disease: Biochemistry and Clinical Applications. New York: Marel Dekker;
1993:815-849.

Young G, Conquer J. Omega-3 fatty acids and neuropsychiatric disorders. Reprod Nutr Dev.
2005;45(1):1-28.

Anda mungkin juga menyukai