Anda di halaman 1dari 18

VARIAN NORMAL DALAM MULUT

NAMA : Jeremia Armi Wijaya


NIM : 040001700087
PARAREL : 01

1. Torus Mulut
a. Torus Palatinus

 Etiologi
Penyebab exostosis ini belum diketahui tetapi pada
beberapa orang diturunkan secara autosomal dominan.
 Patogenesis
Patogenesis dari penonjolan (exostosis) ini masih
diperdebatkan, berkisar dari faktor genetik hingga lingkungan
(seperti tekanan kunyah)
 Gambaran Klinis
Exostosis tulang tampak sebagai tumor (pembengkakan)
yang kaku dengan permukaan mukosa yang normal. Tonjolan
tulang yang keras di tengah-tengah palatum ini biasanya
berukuran diameter kurang dari 2 cm, namun terkadang
perlahan-lahan dapat bertambah besar dan memenuhi seluruh
langit-langit. Kebanyakan torus tidak menyebabkan gejala dan
biadanya simetris terhadap midline. Bentuk dan ukuran dari
torus palatinus bervariasi, seperti:
 Bentuk flat
 Dasar luas dan sedikit konveks
 Permukaan rata
 Meluas simetris melingkupi kedua sisi garis
tengah
 Bentuk spindle
 Ada midline ridge sepanjang raphe palatal
 Kadang-kadang ada median groove
 Bentuk nodular
 Multiple protuberance
 Masing-masing dengan dasar sendiri
 Bentuk Lobular
 Massa berbentuk lobul
 Berasal dari satu dasar
 Dapat sessile atau peduculated
 Diagnosis banding
 Gingival fibrosis
 fibroma formation secondary to irritation
 granuloma
 abses
 oral neurofibroma pada palatum
 fibrous dysplasia
 osteomas
 paget’s disease.
 Tatalaksana yang diperlukan
Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan,
menenangkan pasien bahwa keadaanya merupakan bukan suatu
keganasan. Bila mukosa yang melapisinya tipis dan cenderung
trauma, pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci
mulut jika terdapat ulcus. Bila tidak ada keluhan, torus
palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun pada pasien
yang menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat
mengganjal basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan
dengan tindakan bedah menggunakan conservative surgical
excision.
b. Torus Mandibularis

 Etiologi
Penyebab exostosis ini belum diketahui tetapi pada
beberapa orang diturunkan secara autosomal dominan.
 Patogenesis
Patogenesis dari penonjolan (exostosis) ini masih
diperdebatkan, berkisar dari faktor genetik hingga lingkungan
(seperti tekanan kunyah)
 Gambaran Klinis
Torus mandibularis biasanya simetris dan bilateral
namun dapat juga unilateral, lokasi pada permukaan lingual
mandibula, diatas garis mylohyoid dan pada area premolar. X-
ray akan memberikan gambaran yang lebih radiopaque
dibandingkan tulang-tulang disekitarnya. Pemeriksaan
histopatologi mengungkapkan struktur tulang yang sama
dengan yang dimiliki tulang kompakta normal, juga memiliki
struktur spongious dengan sumsum tulang.
 Diagnosis banding
 Bucal exotoses
 Tatalaksana yang diperlukan
Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan,
menenangkan pasien bahwa keadaanya merupakan bukan suatu
keganasan. Bila mukosa yang melapisinya tipis dan cenderung
trauma, pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci
mulut jika terdapat ulcus.
Bila tidak ada keluhan, torus palatinus tidak
memerlukan perawatan. Namun pada pasien yang
menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal
basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan tindakan
bedah menggunakan conservative surgical excision.

2. Bercak-Bercak Fordyce

Nama lain: Fordyce granules, fordyce’s conditions, fordyce’s spots, fordyce


disease, seboglandulia buccalis
 Etiologi
Terdapat kelenjar sebasea ektopik atau sebaceous choristomas
(jaringan normal pada lokasi yang abnormal) pada mukosa rongga
mulut.
 Patogenesis
Kelenjar lemak terjebak saat penutupan prosesus maksilaris dan
ujung lengkung mandibular kanan dan kiri (terisi oleh jaringan
mesenkim dan keadaan ini menetap pada saat dewasa)
 Gambaran Klinis
Fordyce granules memilik karakteristik gambaran klinis berupa
butiran- butiran berwarna putih kekuning-kuningan yang kecil,
berbatas jelas, dan sedikit terangkat yang dapat terisolasi atau
bergabung menjadi suatu kesatuan
Butiran-butiran ini sering terjadi secara bilateral dan simetris.
Biasanya, setiap glandula atau butiran memiliki diameter 1-2 mm,
tetapi butiran-butiran tersebut dapat juga bergabung menjadi suatu
kesatuan hingga mencapai beberapa sentimeter diameternya.
 Diagnosis banding
Liken planus, hyperplasia sebasea, kista epidermoid dan kista dermoid
 Tatalaksana yang diperlukan
 Menenangkan pasien bahwa keadaannya bukan suatu
keganasan
 Doktergigi harus dapat membedakan bercak Fordyce dari
keganasan

3. Duktus Stensoni

 Etiologi
Muara saluran liur kelenjar parotis
 Patogenesis
Tidak muncul pada setiap orang, dapat dengan mudah terkena
iritasi tepi gigi atau tambalan yang tajam
 Gambaran Klinis
 Penimbulan mukosa pipi yang di dalamnya terdapat muara
saluran liur kelenjar parotis
 Letaknya pada mukosa pipi berhadapan dengan M 1 dan 2 atas
kiri dan kanan
 Bentuk bervariasi dari berbentuk bintik merah, penimbulan
sampai berbentuk mirip ulkus sehingga di duga ulkus
dekubitalis
 Jika menonjol dapat mudah terkena iritasi tepi gigi atau
tambalan yang tajam ( meradang)
 Jika tertekan kaca mulut akan meneteskan air liur
 Biasa tidak menimbulkan masalah kecuali jika meradang
 Diagnosis banding
Fibroma
 Tatalaksana yang diperlukan
Tidak memerluka perawatan kecuali jika disertai radang
4. Linea Alba Bukalis

 Etiologi
Tertekan otot businator pada cusp gigi geligi belakang atas & kedalam
garis oklusi ( terutam individu dengan pipi tebal)
 Patogenesis
Bentuk umum dari hiperkeratosis isiologis yang merupakan kondisi
yang terdiri dari penebalan pada epitel mukosa sebagai respon terhadap
friksi atau gesekan secara berulang
 Gambaran Klinis
 Garis putih keabuan memanjang anteroposterior, mukosa pipi
setinggi garis oklusi
 Biasanya bilateral, asimtomatik dan tidak dapat diseset
 Diagnosis banding
Cheek biting, Frictional keratosis, liken planus.
 Tatalaksana yang diperlukan
tidak diperlukan perawatan bila terletak bilateral di mukosa bukal,
kecuali ada gambaran yang tidak biasa

5. Papilla foliatae

 Etiologi
Iritasi local kronis / infeksi saluran nafas bagian atas
 Pathogenesis
Tonjolan tersusun seperti lipatan vertical dengan iritasi yang menyebabkan
elemen vascular superfisial berwarna merah
 Gambaran klinis : deskripsi lesi
 Terdiri dari 3-4 lipatan vertical dan bilateral pada lateral lidah
daerah molar
 Papilla foliatae dapat membesar dua kali ukuran sebenarnya
dan mempunyai outline lobus dengan mukosa yang utuh
 Dapat rudimenter (tidak berkembang) atau berupa nodul yang
menonjol
 Elemen vascular superfisial dapat menonjol dan berwarna
sangat merah
 Teksturnya masih lunak seperti konsistensi lidah pada
umumnya
 Diagnosis banding
 Squamous Cell Carcinoma
 Soft Tissue Tumor
 Hiperplastik Lingual Tonsil
 Oral hairy leukoplakia
 Tatalaksana yang diperlukan
Tidak ada perawatan khusus jika tidak ditemukan tanda
keganasan

6. Papilla circumvallatae

 Etiologi
 Iritasi akibat makanan / infeksi saluran nafas atas
 Pathogenesis
 Bisa prominen atau menonjol dengan penurunan jumalh papilla
sirkuvalata seiring bertambahnya usia dan penurunan fungsi
transmisi pada taste bud
 Gambaran klinis : deskripsi lesi
 Papilla sirkumvalata dapat membesar dua kali ukuran
sebenarnya, terletak pada bagian belakang punggung lidah
berbentuk V terbaik di depan linea terminals kiri dan kanan dari
foramen caecum
 Berjumlah 10-15 buah
 Diagnosis banding
 Kanker
 Tatalaksana yang diperlukan
 Tidak perlu dilakukan perawatan
 Dokter gigi melakukan penyuluhan kepada pasien bahwa
gambaran klinis ini merupakan suatu varian normal

7. Lateral lingual tonsil

 Etiologi
 Membesar karena faktor anatomi
 Infeksi / radang pada daerah leher-kepala
 Pathogenesis
 Hiperplasia pada nodul limfe karena adanya proliferasi sel
radang
 Gambaran klinis : deskripsi lesi
 Pada lateral posterior lidah, terdapat daerah kemerahan yang
menimbul
 Bilateral
 Umumnya jarang terlihat, kecuali pemeriksaan klinis khusus
untuk mendeteksi keganasan
 Diagnosis banding
 Hiperplasia limfoid
 Limfoma Hodgkin / limfoma non-hodgkin
 Tatalaksana yang diperlukan
 Jika letaknya menyimpang, perlu dilakukan biopsi untuk
mendeteksi keganasan dan harus diangkat ( tonsilektomi )
karena pasien akan merasakan ketidaknyamanan, seperti susah
menelan

8. Varises sublingual ( Caviar Tongue )

 Etiologi
 Berkaitan dengan proses menua
 Faktor lainnya seperti penyakit katup mitral, hipertensi,
empysema, vena yang rusak, penyakit hati
 Pathogenesis
 Adanya kemunduran elastisitas dari pembuluh darah vena pada
bagian lingual lidah sehingga pembuluh darah vena hanya bisa
vasodilatasi, dan tidak bisa vasokonstriksi. Akibatnya,
pembuluh darah vena menjadi melebar. Mukosa pada bagian
lingual lidah tipis dan translusen, sehingga pelebaran pembuluh
darah akan terlihat jelas.
 Gambaran klinis : deskripsi lesi
 Pada bagian lingual lidah, terlihat pembuluh darah vena yang
menonjol dan melebar, berkelok-kelok/mengelompok,
berwarna merah sampai ungu
 Bilateral
 Simetris
 Biasanya terdapat pada lansia diatas 60 tahun
 Diagnosis banding
 Kelainan vascular  terjadi pada usia muda dan tidak bisa
hilang
 Hemangioma  terjadi pada usia muda dan akan hilang
seiring bertambahnya umur
 Tatalaksana yang diperlukan
 Tidak memerlukan perawatan bila letaknya ada di lingual lidah
 Jika terdapat pada bibir dan bagian lain, dilakukan biopsy untuk
menegakkan diagnosis dan kepentingan estetik
9. Pigmentasi Fisiologis

 Etiologi
Pigmentasi fisiologis umumnya terjadi karena faktor genetik,
tapi pada patologis dapat disebabkan karena stimulasi mekanis, kimia,
dan fisik. Dapat pula terjadi karena penyakit sistemik, obat-obatan
(contoh : obat kb), inflamasi berulang, dan lichen planus yang kambuh
beberapa kali.

 Patogenesis
Keadaan tersebut merupakan keadaan fisiologis yang
diakibatkan bertambahnya melanin, yaitu suatu pigmen yang terletak
dalam lapisan basal mukosa dan lamina propria. Biasanya terjadi pada
individu yang memiliki kulit gelap.
 Gambaran klinis
 Tempat predileksi : gingiva, mukosa pipi, palatum durum, dan
lidah
 Pada gingiva dan mukosa pipi cenderung bilateral
 Pada gingiva biasanya terletak beberapa mm dari tepi free
gingiva
 Pada gingiva bervariasi : ada yang seperti ikat pinggang, dan
ada yang berbentuk bercak diskret berwarna cokelat kehitaman
 Diagnosis banding
 Smoker’s melanosis
 Penyakit Addison
 Tatalaksana yang diperlukan
 Dental Health Education
Dilakukan penyuluhan pada pasien bahwa garis
coklat kehitaman pada gusinya adalah merupakan suatu varian normal
yang tidak perlu dikhawatirkan atau berbahaya dan pasien
diinformasikan bahwa tampilan gusi seperti itu adalah biasa
di kalangan orang Asia(Indonesia).
 Instruksi
Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya. Pasien juga dianjurkan agar tidak terpapar sinar matahari
terlalu lama agar kondisi tidak semakin parah.
10. Leukoedema

 Etiologi
Penyebab leukoedema adalah variasi kondisi normal pada
lapisan mulut. Dengan kata lain leukoedema bukan suatu penyakit.
Meskipun begitu, faktor-faktor seperti merokok, konsumsi alkohol dan
infeksi bakteri diduga dapat memancing timbulnya leukoedema.
 Patogenesis
Leukoedema merupakan suatu kondisi dimana terjadi
perubahan lapisan kulit dalam menjadi berwarna keputihan dan seperti
berselaput. Gangguan ini sering ditemui pada kedua sisi kulit pipi
bagian dalam, dan terkadang pada batas lidah. Leukoedema lebih
sering terkena pada orang yang merokok secara aktif.

 Gambaran klinis
 Lebih banyak pada individu berkulit hitam
 Lebih tinggi pada perokok
 Bersifat bilateral
 Biasanya asimtomatik dan simetris terdapat pada mukosa bukal
 Lesi muncul secara menyebar atau difus, berwarna putih
keabuan, filmy, memiliki permukaan seperti susu. 
 Dalam banyak kasus, terdapat plak keputihan dengan
perubahan tekstur permukaan mukosa, termasuk kerutan.
 Jika diregangkan dapat hilang. Namun, pada perokok berat, ada
bagian yang bisa hilang dan tidak. Pada bagian yang tidak
dapat hilang adalah lesi leukoplakia.
 Diagnosis banding
 Leukoplakia (tidak hilang jika diregangkan)
 Tatalaksana yang diperlukan
Kondisi leukoedema tidak diperlukan pengobatan karena
kondisi ini adalah kondisi normal terjadi dan tidak ada komplikasi.
Namun, dapat diberikan instruksi dan penyuluhan agar mengurangi
konsumsi alkohol dan merokok.
11. Fissured Tongue (Scrotal, Plicated Tongue)

 Etiologi
 Fissured Tongue adalah suatu varian normal lidah.
 Herediter memegang peranan penting.
 Kondisi ini terlihat saat lahir dan menjadi lebih jelas ketika usia
lanjut. Umur dan faktor lingkungkan dapat mempengaruhi
perkembangannya.
 Fissured Tongue juga dapat merupakan manifestasi dari Down
syndrome, Melkersson-Rosenthal syndrome, Sjogren’s
syndrome, dan prosiasis.
 Patogenesis
 Penderita fissured tongue biasanya tidak menyadari adanya
kelainan tersebut hingga dilakukan pemeriksaan intra oral pada
dokter gigi yang memeriksanya, fissured tongue sering kali
tidak menimbulkan gejala
 Jika ada debri yang masuk kedalam celah lidah tersebut
sehingga dapat terasa perih, terjadi peradangan, dan halitosis
(bau nafas yang tidak sedap)
 Gambaran klinis
 Berbentuk kerutan atau celah pada punggung lidah
 Ukurannya bervariasi
 Simetris
 Kerutan atau celah jalannya dapat :
 Sejajar dengan median lingual fissure
 Transversal terhadap median lingual fissure
 Oblique (miring) terhadap median lingual fissure
 Kombinasi
 Diagnosis banding
 Athropic Candidiasis
 Benign migratory glossitis
 Tatalaksana yang diperlukan
 Tidak membutuhkan perawatan spesifik.
 Menjaga oral hygiene dengan baik sangat penting karena
bakteri dari plak dapat ditemukan dalam celah-celah tersebut
sehingga menyebabkan halitosis.
 Edukasi pada pasien bahwa fissured tongue merupakan varian
normal yang tidak berbahaya.
 Bila pasien mengeluh perih, lidah diulas dengan
hidrogenperioxida 3% untuk menghilangkan debris.

12. Lidah seperti peta (Benign Migratory Glossitis, Geographic Tongue)

 Etiologi
Penyebab belum jelas, diperkirakan faktor herediter, stress, dan alergi.

 Patogenesis
Terdapat pada dorsum lidah dan lateral dari 2/3 anterior lidah. Dapat juga
terjadi pada ventral lidah. Dapat berubah dari satu daerah ke daerah lainnya
disertai rasa nyeri dan panas saat mengkonsumsi makanan pedas. Dapat
memburuk pada saat kehamilan ataupun haid.

 Gambaran klinis
 Bercak – bercak merah bulat yang dikelilingi tepi putih tipis
yang menimbul
 Bercak – bercak tersebut biasanya multiple tidak sakit
 Ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter – beberapa
sentimeter
 Bercak kemerahan tersebut disebabkan deskuamasi papilla
filiformis
 Papilla fungiformis tetap ada pada daerah deskuamasi
 Lesi – lesi ini menetap sebentar pada satu tempat dan sembuh
dan timbul kembali pada tempat lain
 Gambaran merah dan putih ini berubah tiap jam / hari dan
menghilang dalam waktu 14 hari
 Biasanya ditemukan pada punggung lidah, bagian ventral dan
lateral lidah
 Kadang – kadang lesi ini tampak pada mukosa pipi, mukosa
bibir, dan palatum molle (paling jarang). Pada keadaan ini
disebut Erytema migrans / Migratory stomatitis

 Diagnosis banding
 Candidiasis
 Erytroplakia
 Lichen Planus
 Leucoplakia
 Lupus Erythematosus

 Tatalaksana yang diperlukan


 Tidak memerlukan pengobatan
 Penyuluhan bahwa keadaan ini tidak berbahaya

13. White Sponge Nevus (Familial White Folded Gingivostomatitis)

 Etiologi
Kerusakan pada keratinisasi mukosa mulut normal (keratin 4
dan keratin 13 yang secara spesifik terlihat pada lapisan stratum
spinosum) hal ini menyebabkan maturasi dan exfoliasi epitel berubah.
Perubahan keratinisasi mukosa juga dapat terlihat pada mukosa vagina
dan rectum

 Patogenesis
mutasi gen keratin 4 dan keratin 13

Pematangan Sel
Epitel dan perubahan pada sel
penebalan epitel
eksfoliasi epitel
meningkat

akantosis

hiperkeratosit dan
parakeratosis

vakuolisasi dari
keratosit pada
lapisan supra basal

 Gambaran klinis
 Plak putih, lunak, seperti bunga karang pada mukosa mulut
yang tidak berkeratin
 Permukaan tebal dan bergelombang
 Simetris & bilateral
 Asimtomatik
 Lesi putih tidak hilan jka mukosa diregangkan
 Ditemukan pada mukosa pipi, mukosa bibir, alveolar ridge,
dasar mulut, dan lidah

 Diagnosis banding
 Leukoedema
 Leukoplakia
 Lichen Planus

 Tatalaksana yang diperlukan


 Tidak memerlukan pengobatan karena jinak
 Cukup dengan penyuluhan

14. Median Rhomboid Glossitis (Glossitis Rhomboidea)


 Etiologi

Penyebab glossitis bermacam - macam, bisa lokal dan sistemik. Penyebab glossitis
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penyebab lokal
- Bakteri dan infeksi virus
- trauma atau iritasi mekanis dari sesuatu yang terbakar, gigi atau peralatan
gigi
- iritasi lokal seperti dari tembakau, alkohol dan makan yang pedas atau
makan makanan yang berbumbu
- alergi dari pasta gigi dan obat kumur

2. penyebab sistemik
- kelainan nutrisi, penyakit kulit dan infeksi sistemik,
- keadaan kurang gizi (malnutrisi) yaitu kurangnya asupan vitamin b
- penyakit kulit seperti oral lichen planus, erythema multiforme, aphthous
ulcers, dan pemphigus vulgaris,
- infeksi seperti syphilis and human immunodeficiency virus (HIV).

Kadangkala penyebab dari glossitis ini adalah keturunan. Suatu


pemeriksaan yang mendalam merupakan hal yang perlu dilakukan guna untuk
mendapatkan penyebab dari glossitis ini secara pasti. Patogenesis
Terlihat sebagai penimbunan berbentuk rhomboid pada dorsum lidah
didepan papilla sirkum valatae. Daerah rhomboid bebas dari papilla filiformis
dan fungiformis berwarna lebih merah dari sekitarnya. Biasanya
asimptomatik. Pada daerah 1/3 posterior dorsum lidah terdapat eritema ukuran
1,5x2 cm, papil – papil lidah atropi dan pada daerah ventral lidah terdapat plak
putih.
 Gambaran klinis
 Terlihat sebagai penimbulan berbentuk
rhomboid pada dorsum lidah didepan papilla
sirkum valatae
 Tatalaksana yang diperlukan
 Kadangkala bila penyebabnya tidak Jelas dan tidak ada
kemajuan setelah dilakukan perawatan, maka perlu dilakukan
biopsi. Pada beberapa kasus, glositis akan menyembuh pada
pasien dengan rawat jalan.
 Rawat inap diperlukan bila  pembengkakan pada lidah ini
membesar dan menghalangi jalannya udara yang kita hisap.

Anda mungkin juga menyukai