Oleh :
Siti Rahmadita
1210342001
Pembimbing :
drg. Surya Nelis, Sp.PM
A. DATA PASIEN
Nama Pasien : Tn. R
Usia : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Komp Cendana Mata Air Blok Ii No 19
Agama : Islam
Pekerjaan : Ex. Mahasiswa
Status : Belum Menikah
No RM : 14369
B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan adanya permukaan yang terasa kasar di gigi kiri atas yang
menghadap ke pipi. Pada saat pemeriksaan ditemukan gusi rahang atas dan bawah berwarna
coklat kehitaman dan area/bercak kemerahan yang dikelilingi tepi putih berbatas jelas dan
sedikit meninggi dan disertai celah dangkal seperti retakan pada bagian tengah permukaan
lidah. Pasien menyadari adanya perubahan warna pada gusi depan dan belakang rahang atas
dan rahang bawah sejak 4 tahun yang lalu, merasakan kurang nyaman dengan perubahan
warna pada gusi tersebut karena berubah warna menjadi coklat kehitaman dan keluhan serta
rasa sakit (-). Konsumsi rokok (+) 1 bungkus/hari dari kelas 2 SMA-sekarang, mulut terasa
kering (-), sering merasa haus (+), serta sulit menelan (-). Mulai menyadari adanya area/
bercak kemerahan pada permukaan lidah sejak SMA, tidak pernah mengeluhkan/ merasakan
sakit sehingga tidak pernah dilakukan perawatan dan pasien tidak terlalu memperhatikannya,
bercak kemerahan di lokasi lain rongga mulut dan bagian tubuh lainnya (-), tidak mengetahui
kapan awal muncul area/ bercak kemerahan tersebut juga tidak menyadari kapan waktu
hilang dan timbulnya bercak merah tersebut. Keluarga pasien (orang tua & saudara kandung)
tidak diketahui memiliki bercak yang sama. Asupan protein cukup, penurunan berat badan (-
); alergi obat dan makanan (-); psoriasis (-); mudah lelah aktivitas ringan (-); sedang banyak
pikiran (-), sering cemas (-); demam (-); asma (-)
Saat ini dalam keadaan baik. Tidak pernah dirawat di RS, konsumsi obat jangka panjang
(-). Alergi obat dan alergi makanan (-). Menyikat gigi 2 x sehari (pagi sebelum makan dan
malam sebelum tidur), pernah ke dokter gigi untuk mencabut gigi tahun 2014. Mengunyah
satu sisi (+) sebelah kanan 2 tahun terakhir, menggertakan gigi ketika tidur (+), menyikat
lidah (-), obat kumur (-), dental floss (-), keluhan lain : bibir pecah-pecah sejak 2 bulan yang
lalu. Ayah tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Ibu memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus. Saudara kandung dan nenek memiliki riwayat asma. Kakek memiliki riwayat
penyakit jantung. Pasien seorang freelance, ketika ada pekerjaan (bekerja 12 jam/hari).
Istirahat malam frekuensi 3 kali seminggu (insomnia), konsumsi air mineral cukup, buah dan
sayur (-), teh (-), kopi (+), merokok (+) 1 bungkus/hari dari kelas 2 SMA-sekarang, alkohol (-
), olahraga (+) futsal.
C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Keadaan kesehatan umum pasien saat ini baik, ditemukan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 72x/ menit, pernafasan 20x/menit, berat badan 65 kg, dan tinggi badan 185 cm. Dari
pemeriksaan ekstraoral ditemukan limfadenopati submandibular kanan dan kiri tidak teraba
dan tidak sakit, memiliki wajah tidak simetris, konjungtiva normal, bibir kompeten, bukan
mulut normal, dan TMJ clicking kiri.
D. PEMERIKSAAN INTRAORAL
1. Mukosa Labial: TAK
2. Mukosa Bukal:
- Terdapat garis gelombang putih yang menonjol setinggi bidang oklusal dari lip
komisura sampai gigi posterior, tidak hilang bila di gosok.
- Papul berwarna putih kekunigan berbentuk bulat ada komisura, multiple, diameter
1 mm
3. Dorsal Lidah:
- Lapisan bewarna putih kekuningan sepanjang 2/3 dorsal lidah, tidak terasa sakit,
dapat dihapus dan tidak meninggalkan daerah eritema.
- Celah linear dan beberapa alur lateral yang bercabang dengan tepi iregular
kedalaman ±0,5-2 mm (Fissure tongue).
- Area/bercak eritema, multiple, bentuk irreguler dengan ukuran ≥5x10 mm dengan
tepi berwarna keputihan dan sedikit meninggi.
− Ventral Lidah : Lekukan menonjol (dilatasi pembuluh darah vena) berwarna biru
keunguan.
4. Gingiva : Ditemukan pigmentasi pada gingiva anterior dan posterior rahang atas dan
bawah memanjang dari gigi 16-26 dan gigi 36-46 yang berwarna coklat kehitaman.
Tidak ada pembesaran gingiva, palpasi tidak sakit.
GT dapat muncul sebagai lesi tunggal atau multiple. Lesi ini bersifat asimptomatik.
Namun, pada beberapa orang menyebabkan gejala seperti dysgeusia, rasa terbakar atau
menyengat di daerah lesi dan rasa sakit, terutama bertambah ketika memakan makanan asin,
pedas dan asam, minuman berkarbonasi, konsumsi alkohol serta ketika merokok. Pada anak-
anak terkadang menimbulkan keluhan sehingga mencegah mereka makan makanan
tertentu.4,10,11
Etiologi dari GT belum diketahui penyebab secara pasti. Beberapa peneliti
mengklasifikasikannya sebagai anomali kongenital atau gangguan herediter. Beberapa faktor
etiologi lainnya terkait dengan GT adalah alergi (asthma, eczema, hay fever, peningkatan
serum immunoglobulin E (IgE), infeksi, defisiensi nutrisi, gangguan hormonal, gangguan
psikosomatik, gangguan gastrointestinal yang berkaitan dengan anemia, chronic
granulomatous disease, sndrom (Reiter’s syndrome, Down syndrome, Aarskog syndrome,
Fetal hydantoin syndrome and Robinow's syndrome), cystinosis, sindrom demam periodik,
psoriasis, dan toksisitas obat. 6,9,12-14
Faktor Keturunan
Individu dari orang tua yang memiliki GT menunjukkan prevalensi yang secara signifikan
lebih tinggi daripada individu dari orang tua yang tidak memiliki GT dan menunjukkan
adanya peran faktor keluarga dan keturunan. Penilaian antigen histokompabilitas di antara
pasien GT menunjukkan peningkatan signifikan dari antigen DR5 dan DRW6 dalam serum
pasien GT bila dibandingkan dengan yang tidak, sementara DR2 berkurang. Baru-baru ini,
GT pada kembar monozigot yang berusia lima tahun dengan nyeri ringan dan
ketidaknyamanan saat konsumsi makanan pedas telah dilaporkan dan hal ini mendukung
adalanya etiologi genetik.11
Alergi
Pasien dengan riwayat pribadi atau keluarga dengan penyakit asma, eczema dan hay
fever atau peningkatan kadar serum immunoglobulin E lebih memungkinkan untuk memiliki
GT. Goregen dkk (2010) menggunakan tes patch (tempel) dan prick(tusuk) untuk menguji
berbagai mekanisme yang terkait dengan alergi. Tes tusukan kulit mengukur antibodi IgE
spesifik dalam serum dan digunakan untuk menunjukkan sensitisasi. Tes tempel berguna
untuk menentukan reaksi alergi. Para penulis melaporkan bahwa melakukan kedua tes dalam
kombinasi meningkatkan kemanjuran diagnostik dari predisposisi pasien alergi dengan GT.
McLendon dan Jaeger menyatakan GT terjadi pada proporsi yang signifikan dari anak-anak
dengan alergi susu.15 GT lebih sering ditemukan pada pasien dengan alergi terhadap obat,
makanan,dan lain-lain menurut penelitian yang dilakukan oleh Jainkittivong dkk.11
Defisiensi Nutrisi
Beberapa kondisi seperti defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12 dapat
mengakibatkan atrofi papilla yang dapat menyebabkan GT.11
Gangguan Psikosomatis
Faktor psikosomatis memiliki peran signifikan dalam etiologi GT. Redman dkk
menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari GT pada pasien dengan penyakit mental.
Ebrahimi dkk menunjukkan adanya hubungan antara stres dan GT. Mereka juga menemukan
bahwa penurunan tingkat stres pada pasien GT dapat membantu dalam menyembuhkan lesi.
Faktor psikologis, seperti stress dapat mewakili faktor risiko yang berpotensi mempengaruhi
frekuensi kekambuhan GT pada orang dewasa.11
Gangguan Hormonal
Telah dilaporkan bahwa fluktuasi hormon dapat mempengaruhi GT. Wysocky dan Daley
menemukan hubungan antara GT dan diabetes dan terdapat peningkatan empat kali lipat
terhadap prevalensi GT pada pasien diabetes. Mereka menemukan prevalensi 8% pada pasien
diabetes tipe 1. Sebaliknya, Guggenheimer dkk melaporkan tidak ada korelasi yang
signifikan antara GT dan diabetes melitus dengan ketergantungan insulin.11
Pengaruh Obat
GT dapat berkembang sebagai akibat dari fluktuasi hormonal. Perempuan yang
mengonsumsi pil kontrasepsi oral telah terbukti dapat mengembangkan lesi GT yang menjadi
parah pada siklus di hari ketujuh belas. Pengaruh obat penyebab GT karena inhibitor
angiogenesis juga telah dilaporkan. Terapi penghambatan VEGF atau reseptornya di mukosa
mulut oleh obat-obatan dapat menginduksi GT.11
Hubungan dengan Penyakit Sistemik
GT umumnya terkait dengan penyakit sistemik lainnya seperti anemia, psoriasis,
gangguan gastrointestinal dan variasi hormonal. Kesamaan dalam temuan klinis,
histopatologi dan imunohistokimia, beberapa peneliti menganggap GT sebagai manifestasi
oral dari psoriasis. Kesamaan histopatologi dapat mendukung hipotesis bahwa GT dapat
dianggap sebagai manifestasi oral psoriasis. Hubungan yang sangat signifikan dengan Human
Leukocyte Antigen (HLA)-Cw6 dan hubungan yang sedikit signifikan dengan B13 di GT dan
psoriasis telah dilaporkan.11
Hubungan dengan Sindrom
Sindrom seperti sindrom Reiter, sindrom Down, sindrom Aarskog, sindrom Fetal
hydantoin dan sindrom Robinow dilaporkan berhubungn dengan GT. Tetapi tidak ada yang
menunjukkan hubungan kausal yang pasti.11
Sindrom demam periodik
Laporan studi dari Beiraghi, dkk melaporkan sindrom demam periodik memperlihatkan
gambaran tidak biasa yang ditandai dengan lidah merah seperti berapi-api dan keadaan yang
menyerupai geographic tongue dan hilang sepenuhnya diantara periode kekambuhan.16
Tidak diperlukan intervensi medis ketika lesi tidak bergejala dan biasanya akan sembuh
sendiri. Namun, ketika lesi ini bergejala maka terapi atau perawatan diperlukan. Jika
bergejala, pasien diedukasi untuk menghindari kontak dengan iritan (seperti makanan yang
pedas) dan menyikat dorsum lidah untuk menghilangkan debris yang dapat menjadi sumber
iritan. Gejala dapat diberikan terapi simptomatik, seperti obat kumur dengan topikal anestesi,
atau topikal steroid terutama yang mengandung anti jamur, topikal prednisolone, penggunaan
siklosporin, antihistamin topikal dan suplemen zink sistemik.18
Rencana perawatan geographic tongue
KIE berupa menginformasikan kepada pasien bahwa bercak merah yang dikelilingi batas
putih di lidahnya merupakan variasi normal yang disebut dengan Geographic Tongue.
Geographic Tongue tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut karena timbul tanpa gejala.
Namun, pasien diedukasi untuk menghindari kontak dengan iritan (seperti makanan yang
pedas) dan diinstruksikan untuk menyikat dorsum lidah untuk menghilangkan debris yang
dapat menjadi sumber iritan.
2. Smoker’s Melanosis
Diagnosis banding : Pigmentasi fisiologis dan Addison disease
Smoker’s Melanosis Pigmentasi fisiologis Addison disease
(Melanoplakia)
Gambar
Definisi Perubahan warna atau Pigmentasi gelap yang Pigmentasi pada kelainan
pigmentasi yang diffuse menyeluruh dan konstan insufiensi primer kelenjar
bersifat jinak pada permukaan pada mukosa mulut, adrenal yang disebabkan
mukosa mulut akibat terpapar idiopatik atau keruskan adrenal
umumnya terlihat pada orang
tembakau atau rokok.22 karena proses autoimun atau
yang berkulit gelap.21 penyakit lain. 21,22,28
Etiologi Peningkatan produksi atau Lesi berasal dari Kortisol serum menurun,
deposisi melanin pada lapisan meningkatnya jumlah kumparan umpan balik dari
sel basal mukosa karena melanin (pigmen endogen) kelenjar adrenal ke kelenjar
subtansi atau senyawa kimia hipofisis akan memicu kelenjar
yang dideposit pada lapisan
(nikotin) pada hipofisis memproduksi hormone
tembakau/rokok dan panas basal mukosa dan lamina yang menstimulasi melanosit,
asap rokok.21-24 propria.21,29 sehingga menimbulkan deposisi
melanin pada mukosa.21,22
Gambaran - Makula yang luas bewarna - Makula berupa pita gelap - Makula bewarna coklat, datar
Klinis coklat sampai abu-abu yang lebar dengan warna atau tidak menonjol,
muda, datar, ireguler atau bervariasi dari coklat muda, berbentuk pola yang terdiri
kadang seperti geographic dari bintil-bintil coklat-
tepi berbatas jelas dan
atau map like in tembaga sampai biru gelap
configuration, biasanya melengkung, simetris dan atau garis-garis yang luas dan
simetris. tidak bergejala.21 menyeluruh pada pigmentasi
- Mukosa yang sering terkena - Sering ditemukan ada coklat tua atau penampilannya
Vestibular maksila anterior, gingiva cekat.21 menyerupai pigmentasi
gingiva mandibula, mukosa fisiologis.21,24
bukal, lateral lidah, palatum - Mukosa yang sering terkena :
dan dasar lidah.21,22 bibir, gingiva, mukosa bukal,
- Lokasi lain yang rentan palatum, dan lidah.27,28
adalah mukosa labial, dasar
mulut dan bibir.21
Persamaan - Lesi pigmentasi
- Sering ditemukan pada gingiva, mukosa bukal, palatum, lidah, dan bibir
Perbedaan Smoker’s Melanosis
- Lesi pigmentasi : eksogen.21,28
- Pigmentasi yang disebabkan oleh deposisi melanin pada lapisan sel basal mukosa karena
subtansi atau senyawa kimia (nikotin).21-24
- Makula yang luas bewarna coklat sampai abu-abu muda, datar, ireguler atau kadang seperti
geographic atau map like in configuration.21,22
Pigmentasi Fisiologis (Melanoplakia)
- Lesi pigmentasi : endogen.21
- Pigmentasi yang disebabkan karena meningkatnya jumlah melanin (pigmen endogen) yang
dideposit pada lapisan basal mukosa dan lamina propria.21,29
Addison Diseases
- Lesi pigmentasi : endokrin.27,28
- Pigmentasi yang disebabkan oleh penyakit endokrin akibat kekurangan steroid adrenal
terutama aldosteron yang disebabkan oleh gangguan autoimun dll.21,22,27,28
- Makula bewarna coklat, datar atau tidak menonjol, berbentuk pola yang terdiri dari bintil-
bintil coklat-tembaga sampai biru gelap atau garis-garis yang luas dan menyeluruh pada
pigmentasi coklat tua, menyerupai pigmentasi fisiologis.21,22,27 Disertai pigmentasi pada kulit
tubuh lainmya.
- Disertai manifestasi sistemik :, mual, muntah, lemah, nyeri perut, diare, penurunan berat badan
dan hipotensi.27
Rencana Penghentian merokok - Meyakinkan pasien bahwa Terapi pengganti
21,23,27 21
Perawatan beberapa tahun. ini bukan merupakan kortikosteroid.
Depigmentasi gingiva. penyakit melainkan variasi
normal
- Tidak membutuhkan
perawatan
- Alasan estetik dengan cara
depigmentasi gingiva.21
Pembahasan Smoker’s Melanosis
Smoker’s melanosis merupakan pigmentasi atau perubahan warna diffuse yang khas
bersifat jinak pada permukaan mukosa yang terpapar asap rokok atau tembakau.21,22 Smoker’s
melanosis muncul karena adanya respon perlindungan tubuh terhadap substansi toksik yang
ditandai dengan peningkatan produksi melanosom oleh melanosit atau deposisi melanin pada
lapisan sel basal yang distimulasi oleh senyawa kimia dalam asap tembakau.21-24 Senyawa
kimia nya adalah nikotin tetapi nikotin bukan satu-satu nya zat yang ditemukan dalam
tembakau yang terbukti menumpuk di jaringan yang mengandung melanin.23 Senyawa lain
seperti N-nitrosamin N-nitroso- nornicotin (NNN) dan 4 (methylnitrosamin-1-3-pryrydyl)-1
butanone (NNK) merupakan karsinogen yang banyak dalam asap tembakau dan banyak
menumpuk di jaringan yang mengandung melanin.24,25 Panas dari asap rokok juga dapat
menstimulasi pigmentasi, tembakau tanpa asap tidak dikaitkan dengan peningkatan
melanosit.22,23 Namun, perokok pasif juga dapat menyebabkan peningkatan pigmentasi
gingiva.22
Pigmentasi biasanya tampak berupa makula bewarna coklat sampai abu-abu, flat,
ireguler kadang seperti geographic atau map like in configuration. Mukosa yang sering
terkena adalah vestibular maksila anterior, gingiva mandibula, mukosa bukal, lateral lidah,
palatum dan dasar lidah.21,22 Lokasi lain yang rentan adalah mukosa labial, dasar mulut dan
bibir.21 Intensitas dari pigmentasi berkaitan dengan durasi dan jumlah rokok yang dihisap.
21,24
Gigi yang bernoda coklat dan halitosis biasanya menyertai keadaan ini. Sering terlihat
pada individu berkulit gelap dan jarang terlihat pada individu berkulit putih.25,27
Dalam studi epidemiologi, oral melanosis meningkat secara prominent pada 1 tahun
pertama merokok, pengurangan merokok dapat menghilangkan pigmentasi yang biasanya
hilang dalam 6-36 bulan setelah berhenti merokok.24,26,27 Smoker’s melanosis sering terjadi
pada wanita biasanya setelah dekade ke 3 kehidupan karena adanya peran hormon
estrogen.21,24,26-28
Pada kasus ini, penegakan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan subjektif dan
objektif. Pada pemeriksaan subjektif, pasien menyadari bahwa terdapat perubahan warna gusi
bewarna coklat kehitaman sejak 4 tahun yang lalu, tidak ada keluhan dan rasa sakit (-).
Pasien mengakui memiliki kebiasaan menghisap rokok sejak 7 tahun yang lalu, ±1 bungkus
perhari hingga sekarang, mulut terasa kering (-), sering merasa haus (+), serta sulit menelan (-
). Pada pemeriksaan objektif, ditemukan pigmentasi bewarna coklat kehitaman pada bibir
atas dan bawah, gingival rahang atas dan bawah memanjang dari gigi 16-26 dan gigi 36-46,
tidak ada pembesaran gingiva, tidak sakit saat palpasi.
Rencana perawatan Smoker’s Melanosis
KIE: menginformasikan kepada pasien bahwa perubahan warna pada gusi anterior rahang
atas dan bawah disebabkan karena senyawa kimia (nikotin) pada tembakau/rokok dan panas
asap rokok yang dapat menstimulasi pigmentasi atau perubahan warna pada gingiva dan bibir
akibat kebiasaan merokok. Disarankan untuk menghentikan merokok, biasanya akan hilang
selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.
KEPUSTAKAAN
1. Mridula G, et al. 2012. Benign Migratory Glossitis with Fissured Tongue. New Delhi. J.
Indian Society of Pedodontic and Preventive Dentistry Issue 2, Vol 30
2. Anandhan, V. K, et al. 2014. Benign Migratory Glossitis In A 2 Year Old Child :A Case
Report. Chennai. JIDAT Iss 14, Vol 4
3. Shahzad, M, et al. 2014. Geographic Tongue: Case Report and Literature Review.
Pakistan Oral & Dent J Vol 34, No 3.
4. Jainkittivong, A, et al. 2005. Geographic Tongue: Clinical Characteristics of 188 Cases.
J Cont Dent Prac Vol 6 No 1
5. Cawson, R. A, et al. Oral Pathology and Oral Medicine, 7 Ed. UK: Elsevier Limited
6. Purani JM, Purani HJ. Treatment of geographic tongue with topical tacrolimus. BMJ
case reports. 2014 Aug 1;2014:bcr2013201268.
7. Nandini, D. B, et al. 2016. Pediatric Geographic Tongue : A Case Report, Review, and
Recent Update. J of Clinical And Diag Research Vol-10(2)
8. Pinasthika PA, EY RW. Prevalence and Distribution of Geographic Tongue in Faculty
Of Dentistry University of Jember Class of 2014-2016. Pustaka Kesehatan. 2018 Jan
17;6(1):186-91.
9. de Campos WG, Esteves CV, Fernandes LG, Domaneschi C, Júnior CA. Treatment of
symptomatic benign migratory glossitis: a systematic review. Clinical oral investigations.
2018 Sep 1;22(7):2487-93.
10. Regezi, J. A., Sciubba, J. J., dan Jordan, R. C. K. 1999. Oral Pathology: Clinical
Pathologic Correlation, 3rd Ed. USA: W.B Saunders Company.
11. Mehta, V. 2017. Benign Migratory Glossitis: Report of a Rare Case with Review of
Literature. J of Dent Health, Oral Disorders & Therapy Vol 6 Iss 4
12. Khan S, Shah SA, Ishaq M. Benign Migratory Glossitis: Case Report and Literature
Review. International Journal of Clinical Oral and Maxillofacial Surgery. 2018 Mar
2;4(1):1.
13. Ferreira, A. O, et al. 2013. Geographic Tongue and Tenofovir. Portugal. BMJ Case Rep
14. Singh, E, et al. 2016. Geograpic Tongue- A Case Report. Rohtak. Int J od Current
Research Vol 8 Iss 10
15. Bajaj, Kapoor, Garg, Mohammed, Sabharwal, dan Vaidya. 2013. Geographic tongue In
A 6 Year Old Child: A Case Report With Review Of Literature. Dental Journal of
Advanced Studies Vol. 1 Issue II.
16. Beiraghi S, Myers SL, Regelmann WE, Baker S. Oral manifestations of a possible new
periodic fever syndrome. Pediatric dentistry. 2007 Jul 1;29(4):323-6.
17. Goswami M, Verma A, Verma M. Benign migratory glossitis with fissured tongue.
Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry. 2012 Apr
1;30(2):173.
18. Picciani BL, Domingos TA, Teixeira-Souza T, Santos VD, Gonzaga HF, Cardoso-
Oliveira J, Gripp AC, Dias EP, Carneiro S. Geographic tongue and psoriasis: clinical,
histopathological, immunohistochemical and genetic correlation-a literature review.
Anais brasileiros de dermatologia. 2016 Aug;91(4):410-21.
19. Chiang C-P, et al. Atrophic glossitis: Etiology, serum autoantibodies, anemia, hematinic
deficiencies, hyperhomocysteinemia,and management. Journal of the Formosan Medical
Association. 2019
20. Djou R, Wahyuni IS. Atrophic Glossitis As A Clinical Sign For Anemia In The Elderly.
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol IV. No 1. Maret 2019 : 70-76
21. Langlais Robert P. 2012. Atlas Bewarna Kelainan Rongga Mulut Yang Sering
Ditemukan. Hipokrates; Jakarta
22. Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine. Edisi 12. India: BC Decker. 2015
23. Nwhator Salomon O et al. Smoker’s Melanosis in a Nigerian Population. The Journal of
Contemporary Dental Practice, Volume 8, No. 5, July 1, 2007
24. Müller Susan. Melanin-Associated Pigmented Lesions of The Oral Mucosa:
Presentation, Differential Diagnosis And Treatment. Dermatologic Therapy,Vol. 23,
220–229. 2010
25. Yerger Valerie, Malone Ruth E. Melanin and nicotine: A review of the literature.
Nicotine & Tobacco Research Volume 8, Number 4, 487–498. August 2006
26. Taybos George. Oral Changes Associated with Tobacco Use. The American Journal of
The Medical Sciences. Volume 326 Number 4 October 2003
27. Kauzman Adel et al. Pigmented Lesions of the Oral Cavity: Review, Differential
Diagnosis, and Case Presentations. J Can Dent Assoc ; 70(10):682–3. 2004
28. Cicek Y, et al. Normal and Pathological Pigmentation of Oral Mucous Membrane: A
Review. The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 4, No. 3, August 15,
2003
29. A Rehab. 2017. Gingival Pigmentation. Future Dental Journal.; Egypt