Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN BERBAHASA

Disusun Oleh :

1.Friza Isna Liya (0818013981)


2.Maudy Zayyinnaa (0818014021)
3.Meliana Anis Masruroh (0810814221)

Kelas : PBSI Pagi 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU


PENDIDIKANUNIVERSITAS PEKALONGAN

2020
GANGGUAN BERBAHASA
(Keterlambatan Wicara)

Berbahasa adalah proses mengeluarkan pikiran dan perasaan ( dari otak) secara lisan
dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat. Gangguan berbahasa merupakan salah satu
jenis kelainan perilkaku komunikasi, dimana penderita mengalami kesulitan atau kehilangan
kemampuannya dalam berbahasa akibat kegagalan penderita dalam mencapai tahap-tahap
perkembangan bahasanya. gangguan berbahasa secara garis besar dapat dibagi dua. Pertama,
gangguan faktor medis dan kedua, akibat faktor lingkungan.yang dimaksud dengsn faktor
medis adalah gangguan baik akibat fungsi otak maupun akibat kelainan alat-alat bicara.
Sedangkan yang dimaksud dengan faktor lingkungan sosial adalah lingkungan kehidupan
yang tidak alamiah manusia, seperti tersisih atau terisolasi dari lingkungan kehipan
masyarakat manusia yang sewajarnya. (Chaer 2003.148).
Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh
karena itu, gangguan berbicara ini dapat dikelompokan kedalam dua kategori. Pertama,
gangguan mekanisme berbicara berimplikasi pada gangguan organik dan kedua, gangguan
berbicara psikogenik.
a. Gangguan mekanisme berbicara
Mekanisme berbicara adalah suatu proses produksi ucapan (perkataan) oleh kegiatan
terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta
kerongkongan, dan paru. Maka gangguan berbicara berdasarkan mekanismenya dapat
dirinci menjadi gangguan berbicara akibat kelainan pada paru-paru (pulmonal) pada
pita suara (laringal), pada lidah (lingual) dan pada rongga mulut serta kerongkongan
(resonansi).
1) Gangguan akibat faktor pulmonal
Gangguan ini dialami oleh penderita penyakit paru-paru. Penderita penyakit
paru-paru ini kekuatan bernafasnya sangat kurang sehingga cara bicaranya
diwarnai oleh nada yang monoton, volume suara yang kecil, dan terputus-
putus meskipun dari segi semantik dan sintaksis tidak ada masalah.
2) Gangguan pada faktor laringal
Gangguan ini menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi serak atau hilang
sama sekali, akan tetapi ilihat dari segi semantik dan sintaksis ucapannya bisa
diterima.
3) Gangguan akibat faktor lingual
Gangguan ini menyebababkan lidah yang sariwan atau terluka akan terasa
perih kalau digerakkan.
4) Gangguan akibat resonansi
Gangguan ini menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau.
b. Gangguan akibat multifaktorial
1) Berbicara serampangan
Berbicara serampangan adalah berbicara dengan cepat sekali, dengan artikulasi
yang rusak, ditambah dengan menelan sejumlah suku kata sehingga apa yang
diucapkan sukar dipahami.
2) Berbicara propulsif
Gangguan berbicara polpusif biasanya bermasalah dalam melakukan gerakan-
gerakan karena adanya kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi
gemetar, kaku, dan lemah. Artikulasi sangat terganggu karena elastisitas otot
lidah, otot wajah, dan pita suara, sebagaian lenyap.
3) Berbicara mutis
Penderita gangguan mutis ini tidak bisa berbicara sama sekali, bukan hanya tidak
dapat berkomunikasi secara verbal tetapi juga tidak dapat berkomunikasi secara
visual maupun isyarat, seperti dengan gerakgerik dan sebagainya.
c. Gangguan psikogenik
1) Berbicara manja
Disebut berbicara manja karena ada kesan anak (orang) yang melakukannya
meminta perhatian untuk dimanja, umpamanya nak-anak yang baru terjatuh
terluka atau mendapat kecelakaan terdengar adanya perubahan pada cara
berbicaranya.
2) Berbicara kemayu
Berbicara kemayu berkaitan dengan kewanitaan berlebihan. Berbicara kemayu
dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian selain itu
menggunakan bahasa atau suara yang lemah gemulai dan ekstra memanjang.
3) Berbicara gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadap
berhenti lalu mengulang-ulang suku kata pertama dan kata-kata berikutnya. Dalam
usahanya mengucapkan kata pertama yang barang kali gagal Si pembicara
menampakan rasa letih dan kecewanya.
4) Berbicara latah
Latah sering disamakan dengan ekolala atau perbuat membeo (menirukan apa
yang dikatakan orang lain).

A. Gangguan Keterlambatan Berbicara Pada Anak Usia Pra Sekolah


Gangguan terlambat berbicara atau dalam bahasa inggris dikenal dengan speech delay
adalah kondisi ketika seorang anak mendapatkan suatu kesulitan dalam hal
mengekspresikan perasaan atau keinginannya pada orang lain.
Jenis dalam keterlambatan berbicara tidak hanya disebabkan oleh gangguan sensori,
gangguan neorologis, intelegences, kepribadian serta ketidakseimbangan perkembangan
internal dan ketidakseimbangan perkembangan eksternal anak. Keterlambatan dalam
berbicara memiliki jenis yang berbeda.
Gangguan keterlambatan berbicara pada anak pra sekolah diperkirakan 5% dari
populasi normal dan 70% dari kasus tersebut ditangani oleh terapis. Gangguan
perkembangan artikulasi ditunjukan dengan kegagalan pengucapan satu huruf sampai
beberapa huruf, sering terjadinya penghilangan atau penggantian bunyi huruf tersebut
sehingga menimbulkan kesan bicara seperti anak kecil.
Gangguan keterlambatan berbicara atau speech delay mempunyai beberapa faktor
penyebab. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan adanya hambatan pada
kemampuan berbicara dan perkembangan bahasa pada anak, tanpa disertai keterlambatan
aspek perkembangan lainnya. Pada umumnya mereka mempunyai perkembangan
intelegensi dan sosial-emosional yang normal. Problem ini terjadi 5%-10% pada anak
usia pra sekolah. Beragam faktor seperti hambatan pendengaran, hambatan
perkembangan pada anak yang menguasai kemampuan oral-motor, masalah keturunan,
masalah pembelajaran dan komunikasi pada orang tua dan faktor televisi yang tidak
memberikan respon apa-apa pada penontonnya. Anak terlambat berbicara secara
fungsional adalah kurangnya latihan lebih banyak bermain sendiri, terlalu pasif, terlalu
banyak menonton televisi, dan dikarenakan menggunakan bahasa dua atau lebih. Pada
pertumbuhan normal anak usia 1-5 tahun minimal sudah bisa mengucapkan minimal
lima kata. Seorang anak bisa dikatakan terlambat bicara jika sudah mencapai umur 2-3
tahun tetapi belum bisa berbicara dengan lancar. Adapun gangguan terlambat bicara yang
mungkin terjadi pada anak usia pra sekolah :

1) Disartria
Disartria merupakan kelainan pada sistem saraf sehingga mempengaruhi otot yang
berfungsi untuk berbicara. Konsisi ini mempengaruhi kecerdasan atau tingkat
pemahaman anak. Disartria ditandai dengan suara serak, nada bicara yang monoton,
berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat, bicara cadil, tidak mampu berbicara
dengan volume yang keras, kesulitan dalam menggerakan lidah atau otot-otot wajah,
dan kesulitan dalam menelan air liur secara terkontrol. Anak yang mengidap kondisi
ini mengalami kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicara karena bagian otak serta
saraf yang mengotrol pergerakan otot tidak berfungsi dengan normal sebab disartria
antara lain cidera kepala, tumor otak,infeksi otak, atau kelumpuhan otak.
2) Apraksia
Apraksia merupakan gangguan saraf pada otak yang membuat anak kesulitan dalam
mengkoordinasi otot yang digunakan saat berbicara. Anak apraksia mengetahui apa
yang dikatakan, tetapi kesulitan untuk berbicara. Apraksia biasanya disebabkan oleh
gangguan genetik dan metabolisme. Selain itu kondisi apraksia juga dapat dialami
anak jika ibu ketika mengandung mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang.
Gejala yang muncul pada penderita apraksia antara lain kurangnya ocehan ketika
bayi, tampak kesulitan menggerakkan mulut untuk mengunyah, menghisap atau
meniup, lebih sering menggerakan tubuh untuk berkomunikasi, kesulitan saat
mengucapkan hurup konsonan yang berada diawal dan diakhir kata, dan susah
mengucapkan kata yang sama atau berulang.
3) Gangguan spektrum autisme (GSA)
GSA merupakan kelainan otak yang berdampak pada kemampuan komunikasi dan
interaksi sosial anak. Anak GSA memiliki kemampuan yang lemah untuk
mengekspresikan diri sendiri melalui percakapan. Mereka juga memiliki kemampuan
komunikasi verbal yang lemah.
4) Cerebral palsy
Cerebal palsy merupakan kondisi ketika anak memiliki kesulitan dalam bergerak
mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh. Cerebral palsy mengalami
kekurangan kekakuan otot, koordinasi otot, sulit berjalan, gerakan yang lambat,
keterlambatan perkembangan berbicara dan sulit bicara, kejang dan sulit makan.
Anak cerebral palsy membutuhkan perawatan jangka panjang misalnya seperti obat-
obatan untuk membantu meningkatkan kemampuan fungsional, meredakan nyeri, dan
mencegah terjadinya komplikasi.
B. Keterlambatan berbicara (Speech Delay) pada anak usia pra sekolah.
Keterlambatan dalam berbicara adalah suatu kecendurangan dimana anak sulit dalam
mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti tidak mampu bicara
dengan jelas, dan kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak tersebut berbeda
dengan anak lain seusianya. Menurut Hurlock (1978: 194-196) bahwa “apabila tingkat
perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang
umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan kata, maka hubungan sosial anak
akan terhambat sama halnya apabila keterampilan bermain mereka dibawah keterampilan
bermain teman sebayanya”. Maksudnya ialah apabila perkembangan bahasa anak lain
seusianya maka anak akan mengalami hambatan dalam interaksi sosialnya.
Jenis dalam keterlambatan berbicara tidak hanya disebabkan faktor perkembangan
anak, tetapi juga disebabkan oleh gangguan sensori,gangguan neorologis, intellegences,
kepribadian serta ketidakseimbangan perkembangan eksternal anak. Keterlambatan
berbicara memiliki jenis yang berbeda-beda (Tsurya 2013:25) antara lain:
1. Specific Lnguage Impairment yaitu gangguan prmer yang disebabkan karena
perkembngannya sendiri, tidak disebabkan karena gangguan sensoris, gangguan
neurologis dan gangguan kognitif.
2. Speech and Language Expressive Disorder yaitu anak mengalami gangguan pada
ekspresi bahasa.
3. Centrum audiory Processing Disorder yaitu gangguan bicara karena masalah
organ pendengaran.
4. Pure Dysphatic Development yaitu gangguan berbicara dan bahasa ekspresif yang
mempunyai kelemahan pada sistem fonetik.
5. Gifted Visual Spatial Learner yaitu karakteristik gifted visual spatial baik paa
tumbuh kembangnya maupun karakteristik giftednessnya.
6. Disynchronous Developmental yaitu karena adanya ketidaksinkronan
perkembngan internal dn ekternal.

C. Terlambat bicara pada anak usia balita (0-5 tahun)


Anak dikatakan berbicara ketika anak tersebut mengeluarkan berbagai bunyi
yang dibuat dengan mulut mereka menggunakan artikulasi untuk menyampaikan
sesuatu dalam berkomunikasi. Komunikasi pada anak berarti suatu pertukaran pikiran,
gagasan, dan emosi antara anak dengan lingkungan. Pertukaran tersebut dapat
menggunakan media bernama bahasa. Bahasa adalah bentuk atau lambang yang
digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Bahasa
dapat diekspresikan melalui dua cara yaitu bahasa verbal dan bahasa non verbal.
Bahasa non verbal mencangkup aspek komunikasi yang berupa tulisan, gestikulasi,
gestural.
Bicara merupakan bentuk verbal dari bahasa dimana bahasa merupakan
produksi konseptual dari komunikasi. Kemampuan bahasa mengandung unsur reseptif
(memahami) dan ekspresif (kemampuan untuk menyampaikan informasi perasaan,
pikiran dan ide).
Tahapan perkembangan Si kecil (milestones) mulai 0-5 tahun)
1) Pada usia 1-6 bulan, Si kecil sudah dapat memberikan respon seperti melirik jika
ada suara, berekspresi seperti tertawa.
2) Pada usia 9 bulan, Si kecil sudah dapat mengucapkan mama dan papa walaupun
belum jelas.
3) Pada usia 12 bulan, Si kecil mulai menirukan suara dan intonasi suara serta dapat
mengucapkan satu suku kata.
4) Pada usia 15 bulan, pengucapan suara meningkat menjadi tiga kata.
5) Saat memasuki usia 18 bulan, Si kecil mulai menunjuk minimal satu anggota
tubuhnya.
6) Usia 2 tahun, Si kecil mulai dapat menunjukan gambar mengikuti lebih dari dua
perintah, dapat merangkai kata dan dapat menyebutkan gambar.
7) Usia 2,5 tahun, Si kecil dapat menunjuk enam anggota tubuhnya, dapat melakukan
dua tindakan, setengah pembicaraannya dapat dimengerti.
8) Usia 3 tahun, Si kecil mulai mengenal satu warna dan seluruh pembicaraannya
dapat dimengerti.
9) Usia 4-5 tahun, Si kecil dapat memahami kata, mengenal warna, dan seluruh
pembicaraannya dapat dimengerti

D. Gangguan Pendengaran Pada Bayi


Gangguan pendengaran pada bayi memiliki dampak yang besar terhadap
perkembangan bicara, bahasa, dan kemampuan kognitif. Insiden gangguan
pendengaran pada neonatus berkisar antara satu sampai enam dari seribu kelahiran
hidup. Survei kesehatan indra pendengaran pada tahun 1994-1996 melaporkan insiden
gangguan pendengaran sejak lahir 0,1 %. Insiden meningkat sepuluh hingga lima
puluh kali pada neonatus resiko tinggi hal ini menyebabkan faktor gangguan
pendengaran seperti tuli bawaan atau tuli sejak lahir. Gejala awal gangguan
pendengaran pada umumnya tidak jelas sehingga program skrining menjadi cara
paling efektif sejak dini. Deteksi dni gangguan pendengaran dan intervensi segera
sangat mempengaruhi prognisis. Untuk deteksi dini diperlukan suatu program
skrining gangguan pendengaran dengan alat skrining yang efektif, efisien, dan mudah
digunakan serta memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi.
Gangguan pendengaran pada bayi dapat menghambat perkembangan bicara,
bahasa, dan kemampuan kognitif pada bayi. Gangguan pendengaran pada bayi tidak
dapat disamakan dnegan tuli. Resiko gangguan pendengran pada bayi baru lahir
terjadi pada saat ibu mengandung, sang ibu mengonsumsi antibiotik atau pernah
menjalani kemoterapi selain itu gangguan pendengaran juga terjadi pada bayi yang
pernah mengidap meningitis, bayi yang memiliki riwayat jaundice, atau bayi yang
memakai ventilator lebih dari lima hari. Anak tuli tidak dapat mendengarkan sama
sekali bahkan bila dibantu dengan alat bantu dengar sekalipun. Sedangkan anak yang
memiliki ketergangguan pendengaran masih mungkin mendengar jika memakai alat
bantu dengar.
Jenis gangguan pendengaran yang mungkin terjadi pada bayi :
1) Conductive Hearing Loss
Gangguan pendengaran ini disebabkan adanya cacat pada bagian luar atau bagian
telinga. Gangguan ini timbul pada saat bayi mengalami sakit flu, alergi, atau
infeksi telinga. Gangguan ini bersifat sementara.
2) Sensorineural Hearing Loss
Gangguan pendengaran ini disebabkan kerusakan pada telinga bagian dalam atau
pada saluran saraf yang membentang dari telinga ke bagian tengah otak. Anak
yang menderita gangguan pendengaran ini masih bisa mendengar sayup-sayup.
Gangguan pendengaran ini bisa terjadi pada saat anak terserang virus atau
meningitis.
3) Central Hearing Loss.
Gangguan pendengaran ini terjadi saat anak dapat mendengar suara tapi tidak
dapat menangkap apa yang dikatakan oleh orang yang berbicara dengannya.
Gangguan ini terjadi akibat adanya tumor yang menyebabkan perubahan pada
pusat saraf pendengran diotak. Gangguan ini juga bisa disebabkan karena faktor
genetik, dan akibat kecelakaan.
4) Combined Hearing Loss
Gangguan pendengaran ini merupakan kombinasi atau perpaduan dari gangguan
Sensorineural Hearing Loss dan Conductive Hearing Loss.

DAFTAR PUSTAKA

Chair,abdul.2015.”psikolinguistik”. Jakarta:Rinena cipta.


Sari,sarah.dkk.2015.gangguan pendengaran pada anak yang menjalani
pemeriksaan pendengaran dibagian neurotolog.Palembang:jurnal kedokteran dan
kesehatan.
Trisna,aulia.gangguan pendengaran pada bayi .
(https://www.motherandbaby.co.id/article/2013/8/8/719/gangguan-pendengaran-
pada-bayi). Diakses pada 6 maret 2020 15.47 WIB.
Anizar,ahmad.2016.model pengembangan kecakapan berbahasa anak yang
terlambat berbicara (speech delay). Jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan usia
dini.(https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sgt=0%2c5%q=gangguanberbahasa&oq=#d=gs_qabs&u=23%p3%Dv
m3dH7GmTSsj ) Diakses pada 5 maret 2020 15.37 WIB.

Anda mungkin juga menyukai