Anda di halaman 1dari 12

Makalah

ANAK TUNA WICARA

Dosen pengampu:

Bahran Taib S. Psi.,M. Psi

Oleh:

Fitri Yusuf

03332111053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena Rahmat dan hidayahnya saya
mampu menyelesaikan makalah saya yang berjudul "Anak Tuna Wicara” Tidak lupa
kami ucapkan terimahkasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung alam penyusunan makalah ini.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Anak Tuna Wicara

B. Penyebab Anak Tuna Wicara

C. Macam- macam Tuna Wicara

D. Pendamping Untuk Anak Tuna Wicara

E. Permainan Yang Daoat Di Berikan Untuk Anak penyandang Tuna

Wicara

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuna berarti luka, rusak, kurang, atau
tidak memiliki. Wicara artinya rangkaian bunyi bahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi, tutur kata, atau bicara. Maka tuna wicara artinya seseorang yang
kurang memiliki kemampuan dalam merangkaikan bunyi bahasa untuk
berkomunikasi.
Menurut Siegfried, James, Lessle (1988: 75) gangguan komunikasi merupakan
istilah umum yang menyangkut sebuah kerusakan perkembangan bahasa dan
keterampilan-keterampilan komunikasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan wicara atau
tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari bunyi
wicara, dan/atau kelancaran wicara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa ciri-ciri anak tuna wicara?
2. Apa penyebab tuna wicara?
3. Apa saja macam-macam tuna wicara?
4. Bagaimana pendampingan untuk anak penyandang tuna wicara?
5. Permainan apa saja yang dapat diberikan untuk anak penyandang tuna
wicara?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri anak tuna wicara


Tunawicara dibagi menjadi menjadi beberapa macam, antara lain sebagai
berikut :
1. Gangguan suara (voice disorder)
Gangguan suara yaitu ketiadaan atau abnormalitas produksi kualitas
suara, pola titinada (pitch), kerasnya suara (loudness), resonansi, dan atau
durasi bicara. Gangguan ini merujuk pada suara yang tidak atau kurang
enak didengar, mengacaukan dan/ atau membingungkan konteks
komunikasi.
Terdapat lima ciri anak yang mengalami gangguan suara, antara lain:
a. Adanya gangguan kualitas suara sehingga menjadi bernada
rendah, tinggi, atau hanya berupa hembusan napas.
b. Ketidakseimbangan antara resonansi di mulut dengan
resonansi hidung yangmenimbulkan suara nasal dan tidak
adanya resonansi hidung.
c. Suara yang lemah atau terlalu nyaring
d. Suara bernada terlalu tinggi atau terlalu rendah
e. Adanya penyimpangan nada dan kenyaringan suara.
2. Gagap
Gagap (stuttering), yaitu adanya gangguan atau kerusakan kecepatan
atau ritme yang mungkin disertai dengan perilaku perjuangan keras untuk
mengatasinya (strugle behavior). Stutteringbanyak terjadi pada anak usia
permulaan.
Adapun ciri-ciri anak yang mengalami gangguan kelancaran bicara
atau stutteringadalah:
a. Adanya suara-suara tambahan, pengulangan-pengulangan,
perpanjangan, interjection,dan perbaikan-perbaikan.
b. Bicaranya patah-patah dan sering terjadi pengentian-
penghentian.
c. Adanya kelainan irama.
d. Intonasi dan tekanan suara kurang bervariasi.
e. Kecepatan bicara terlalu lambat atau terlalu cepat.

B. Penyebab tuna wicara


Tuna wicara memiliki beberapa penyebab. Terdapat dua
faktor penyebab terjadinya gangguan komunikasi, antara lain yaitu :
1. Faktor internal
a. Hereditas (keturunan)
Anak menyidap sejak di dalam kandungan. Hal ini bisa terjadi
bila salah satu dari keluarganya telah mengidap atau membawa
turunan tuna wicara. Perbedaan rhesus pada orang tua juga dapat
menyebabkan tuna wicara.
b. Kekurangan oksigen (Anoxia)
Bayi yang saat di dalam kandungan kekurangan oksigen dapat
terlahir sebagai tuna wicara. Kekurangan oksigen pada janin akan
menyebabkan kerusakan otak dan saraf yang menyebabkan
ketidaksempurnaan organ-organ salah satunya organ bicara, seperti
pita suara, tenggorokan, lidah, dan mulut.
c. Bayi yang lahir prematur
Bayi yang lahir sebelum waktunya dengan berat badan tidak
normal dan organ tubuh yang kurang sempurna dapat menyebabkan
kebisuan yang disertai ketulian.
d. Anak terlahir sebagai tunarungu, tunagrahita, atau autisme
Gangguan pendengaran (tunarungu) yang anak idap sejak lahir
akan membuat ia mengalami kesulitan dalam berbicara. Tetapi anak
tunarungu tidak selalu tunawicara, begitu pula anak tunawicara tidak
selalu tunarungu.
Anak yang mengalami tunagrahita akan mengalami gangguan
komunikasi. Hal ini terjadi karena anak tunagrahita mungkin mampu
memproduksi bunyi-bunyi bahasa yang baik namun tidak memahami
maknanya.
Anak autisme sering mengulang-ulang kata-kata yang ia dengar
atau pelajari. Hal ini menyebabkan gangguan pada cara
berkomunikasinya.
e. Anak yang memiliki gangguan pernapasan
Gangguan pernapasan dikarenakan pada saat berbicara orang
akan mengatur pernapasan dan jika sistem pernapasan terganggu maka
wicara juga akan terganggu. Hal ini dapat terjadi karena setelah lahir
anak mengalami infeksi.
2. Faktor eksternal
a. Gangguan emosi
Anak yang mengalami gangguan emosi karena
ketidakseimbangan antara penguasaan perbendaharaan kata-kata
dengan isi pikiran dan perasaan yang ingin diekspresikan oleh anak
prasekolah dapat menimbulkan luapan emosi yang akan menimbulkan
stuttering selain itu, orang yang sedang menggalami ketakutan juga
dapat mengalami stuttering.
b. Penggunaan dua bahasa
Penggunaan dwi bahasa dalam percakapan keluarga sehari-hari
akan dapat menyebabkan anak mengalami kebingungan sehingga kan
dapat mengakibatkan gangguan komunikasi.
c. Lingkungan
Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan bicara anak
karena lingkungan sosial yang kurang atau tidak memberikan
kesempatan yang cukup kepada anak untuk menjalin komunikasi
melalui bahasa verbal dapat menyebabkan gangguan komunikasi.

C. Macam-macam anak tuna wicara


Tunawicara sebenarnya dibagi menjadi 5macam menurut keperluan terapi,
antara lain:
1. Gangguan wicara pada disaudia atau tunarungu
Gangguan wicara pada disaudia merupakan kesulitan-kesulitan atau
kesalahan-kesalahan dalam penempatan titik-titik artikulasi dan cara
memproduksinya yang disebabkan karena adanya gangguan pendengaran
atau tunarungu.
2. Gangguan wicara pada dislogia
Gangguan wicara pada dislogia merupakan kondisi kesulitan atau
kesalahan wicara yang disebabkan oleh kemampun mental intelektual
dibawah rata-rata atau yang biasa disebut dengan tunagrahita.
3. Gangguan wicara pada disglosia
Gangguan wicara pada disglosia merupakan kesulitan atau kesalahan
dalam memproduksi simbol-simbol bunyi bahasa yang dirangkai menjadi
kata-kata dan kalimat. Gangguan ini dapat bersifat bawaan atau didapat.
Bersifat bawaanmisalnya adanya celah bibir, celah langit-langit, atau
bentuk rahang bawah dan atas yang tidak harmonis. Bersifat didapat
misalnya karena operasi pengangkatan rahang atas satu sisi.
4. Gangguan wicara pada disartria
Gangguan ini merupakan kesulitan dalam memproduksi simbol-simbol
bunyi bahasa yang disebabkan oleh adanya kerusakan sistem
neuromuskular. Kerusakan sistem saraf dapat bersifat kerusakan di otak
dan di luar otak. Selain kesulitan dalam memproduksi vokal dan konsonan
karena adanya kelumpuhan saraf dan ototnya.
5. Gangguan wicara pada dislalia
Gangguan ini merupakan kesulitan atau kesalahan dalam memproduksi
simbol-simbol bunyi bahasa yang disebabkan oleh kesalahan dalam
belajar, kelasalan meniru, dan kebiasaan yang salah dan menetap.

D. Pendampingan untuk anak tuna wicara


Penanganan keterlambatan bicara memerlukan waktu yang agak lama serta
kerja sama yang baik dari orangtua. Keterlambatan bicara sering disertai gangguan
lainnya sesuai dengan penyakitnya seperti hiperaktif, tingkah laku yang aneh, sulit
untuk diajak kerja sama, maka penanganannya harus dimulai dengan memperbaiki
perilakunya.
Terapi dan latihan yang dapat dilakukan untuk anak tuna wicara antara lain
sebagai berikut :
a. Latihan artikulasi
Latihan ini akan melatih gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang,
lidah, dan bibir yang diperlukan untuk berbicara. Salah satu latihannya
yaitu latihan meniup kapas. Hal ini dilakukan agar anak dapat berbicara
dengan napas yang panjang tidak tersenggal-senggal.
b. Terapi wicara
Dalam penanganan anak berkebutuhan
khusus dapat dilakukan dengan terapi wicara. Terapi wicara digunakan
untuk menangani anak dengan gangguan komunikasi hal ini sering
dideteksi terlambat bicara. Terapi ini untuk melatih anak terampil
mempergunakan organ bicara(mulut), menggerakkan lengan tangan dan
tubuh yang lain, serta ekspresi wajah.
c. Terapi sensory integrasi
Sejarah sensori Integrasi (SI) diterbitkan kepada publik pertama kali
tahun 1966 oleh Jean Ayres Ph.D. Terapi ini adalah sebuah proses
neurological yang mengorganisasikan sensori dari tubuh seseorang dan
lingkungan. Pengorganisasian ini akan memungkinkan tubuh merespon
lingkungannya secara efektif.
Sensori integrasi membantu secara memadai proses sensorik seorang
anak agar tercapai:
a. Kemampuan dalam mengolah informasi secara tepat,
b. Kemampuan dalam berkonsentrasi,
c. Kemampuan organisasi,
d. Self-esteem,
e. Kemampuan kontrol diri,
f. Percaya diri,
g. Kemampuan akademis
h. Kemampuan berpikir abstrak
i. Kemampuan spesialisasi dari masing-masing sisi tubuh dan
otak.
Jika kita menjadi seorang guru yang mendapati peserta didik kita
seorang tuna wicara. Hal-hal dibawah ini dapat dilakukan, antara lain :
a. Berbicara dengan jelas, ucapan yang benar, dan sedikit lama
b. Gunakan kalimat sederhana dan singkat
c. Gunakan komunikasi nonverbal seperti gerakan bibir dan/atau
tangan
d. Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
e. Bicara dengan bertatap muka
f. Latihan dengan menggunakan bahasa isyarat

E. Permainan yang dapat diberikan untuk anak penyandang tuna wicara


Anak tunawicara harus kita biasakan untuk menggunakan bahasa isyarat agar
anak dapat berkomunikasi. Permainan yang dapat diberikan untuk anak penyandang
tuna wicara yang menggunakan bahasa isyarat adalah “Aku Berkata”. Cara
melakukan permainan ini antara lain :
1. Guru menjelaskan bahwa pemimpin permainan akan memberi
instruksi anak-anak akan melakukan gerakan jika intruksi diawali dengan
kalimat, “Saya Berkata” jika tidak maka anak-anak tidak perlu
melakukannya atau diam.
2. Guru menunjukkan isyarat “Aku” dan isyarat untuk “Berkata”.
3. Guru menunjukkan beberapa isyarat dan meminta anak untuk
mencoba menerka artinya.
4. Guru memainkan “Aku Berkata” dengan menggunakan bahasa
isyarat dan mengatakan artinya. Ketika anak-anak sudah terbiasa dengan
permainan ini, cobalah untuk memainkannya tanpa menuturkan arti
istirahat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuna berarti luka, rusak, kurang, atau tidak
memiliki. Wicara artinya rangkaian bunyi bahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi, tutur kata, atau bicara. Maka tuna wicara artinya seseorang yang
kurang memiliki kemampuan dalam merangkaikan bunyi bahasa untuk
berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, dkk. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Donni, dkk. 2012. Tugas Mata Kuliah Ortopedagogik Anak Tunawicara.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret
No name. 2016. Terapi Okupasi Universitas Indonesia.
www.ui.ac.id/akademik/program-vokasi/okupasi-terapi.html
diunduh tanggal 23 Maret 2017 pukul 16.35 WIB
No name. 2014. Aku Berkata dengan Bahasa Isyarat 3+.
https://book.google.co.id/books?id=9f-
6TwdA6ecC&pg=PT166&lpg=PT166&dq=permainan+untuk+anak+tu
na+wicara&source=bl&ots=DEm2Js_Pu7&sig=dmAZbPYiT-HCa-
FsQzksv-tKNZA&hl=id&sa=X
%redir_esc=y#v=onepage&q=permainan%20untuk%20anak%20tuna
%20wicara&f=false. Diunduh tanggal 23 Maret 2017 pukul 16.42
WIB

Anda mungkin juga menyukai