Anda di halaman 1dari 20

BAHAN PERTANYAAN DAN JAWABAN REFERAT DELAYED

SPEECH

A. Letak Kerusakan
Gangguan bahasa merupakan salah satu bentuk kelainan atau gangguan
dalam komunikasi dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan
dalam proses simbolisasi. Kesulitan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang
tidak mampu memberikan simbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu
mengubah konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti
oleh orang lain dalam lingkungannya.
Menurut Tarmansyah (1995: 90) “ada bentuk gangguan bahasa diantaranya
keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan afasia”.
1. Keterlambatan dalam Perkembangan Bahasa
Adalah suatu bentuk kelainan bahasa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam
mencapai tahapan perkembangan bahasanya sesuai dengan perkembangan bahasa
anak normal seusianya.
Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan karena keterlambatan
mental intelektual, ketunarunguan, congenital aphasia, nutisme, disfungsi minimal
otak dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut di atas
terlambat dalam kemampuan perkmbangan bahasa, dapat terjadi pada fonologis,
semantik dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam tranformasi
yang sangat diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi. Selain adanya gangguan
transformasi maupun simbolisasi juga disertai gangguan tingkah laku. Gangguan
tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses perolehan bahasa diantaranya
kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada disekelilingnya,
perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah
bingung, cepat putus asa.
2. Afasia
Afasia adalah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan oleh adanya kerusakan
pada pusat-pusat bahasa di Cortex Cerebri. Adanya lesi di pusat-pusat bahasa di
Cortex cerebri menyebabkan klien mengalami kesulitan dan atau kehilangan
kemampaun dalam simbolisasi baik secara aktif maupun pasif.
Apabila kita mengkaji aphasia tersebut secara klinis, maka dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu afasia sensoria, afasia motoris, afasia konduktif,
dan afasia amnesic.
a. Afasia Sensoria
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan rangsangan yang
diterimanya. Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang
relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi.
b. Afasia Motoris
Istilah lain dari afasia motoris adalah afasia ekspresip non fluent aphasia, atau
Broca Aphasia. Klien yang mengalami afasia motoris kesulitan dalam
mengkoordinasi atau menyusun fikiran, perasaan dan kemauan menjadi
simbol-simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Suatu hal yang
perlu diperhatikan bahwa mereka mengerti dan dapat menginterpretasikan
rangsangan yang diterima, hanya untuk mengekspresikan mengalami
kesulitan.
Jenis afasia motorik bisa terjadi yaitu dia mengalami kesulitan pada cara
menulis/grafis, jenis ini disebut dengan agrafia. Seperti telah diuraikan di atas
bahwa kelainan ini dapat dialami baik oleh anak-anak maupun orang dewasa,
hal tersebut terjadi karena adanya kerusakan pada pusat Broca di lobus
temporalis interior, lobus parietalis interior atau lobus prontalis posterior.
c. Afasia Konduktif
Istilah lain untuk afasia konduktif adalah Dynamik aphasia, atau Transcorticak
sensory aphasia. Klien ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru
pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Umunya kemampuan untuk pemahaman
rangsangan relatif baik, namun kadang-kadang terjadi gangguan. Pada saat
berbicara cukup lancar terutama pada kalimat-kalimat pendek, tetapi pada
kalimat-kalimat yang lebih panjang kelancarannya terganggu.
Afasia ini terjadi disebabkan oleh adanya kerusakan pada fasiculus arcuatus
serta dibagian dalam gyrus supramarginal di lobus temporalis superior.
d. Afasia Amnestic
Istilah lain untuk afasia amnestik ini disebut juga nominal aphasia, atau
anomia. Klien ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan
simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol-simbol yang sulit dipilih adalah
yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan
aktivitas kehidupan. Afasia ini terjadi karena adanya kerusakan pada gyrus
angularis di lobus temporalis kamisfer kiri.
Selain keterlambatan perkembangan bahasa dan afasia, juga terdapat beberapa
bagian mengenai letak kerusakan syaraf pada anak berkesulitan bahasa, yaitu :
1. Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula
(rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate),
deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.
Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan
mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula
mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.
Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi
berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan
tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
2. Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan
bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan
pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi
bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam
sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik,
infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil,
atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan
pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak,
pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu
bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami
gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan
berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada
kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara
lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga
seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degenerative.
3. Gangguan emosi dan perilaku
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.
Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala
tersamar lainnya.
4. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Dalam buku children with starving
brains karangan jaquelyn mccandless menyebutkan bahwa autis merupakan
masalah genetika pencernaan dan sistem imun tubuh, invasi virus, jamur dan
bakteri patogen lainnya.

B. Gejala
Gejala anak mengalami gangguan berbicara ditinjau dari segi klinis, gejala
kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis berikut:
1. Disaudia
Adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan
pendengaran. Bagi anak tunarungu konsep bicara yang digunakan dalam
mengadakan interaksi komunikasi dengan lingkunngannya, misalnya kata “kopi”
ia dengar “topi”, kata “bola” ia dengar “pola”.
Beberapa karakteristik bicaranya adalah terdapat kesalahan pengucapan
baik dalam mekanisme pergerakan titik artikulasi maupun dalam pengucapannya.
Kesalahan dalam penggunaan fonasi yang berhubungan dengan alat ucap,
intensitasnya semakin lama semakin berkurang, nadanya cenderung tinggi tidak
jarang mengalami pitch break atau perubahab nada yang terjadi secara tiba-tiba.
Umumnya klien disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa
isyarat yang telah dikuasainya.

2. Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan
karena kemampuan kapasitas berfikir atau taraf kecerdasan yang dibawah normal.
Pola kemampuan berfikirnya sederhana dan umumnya terbatas pada obyek yang
bersifat kongkrit dan rutin.
Rendahnya kemampuan mengingat hal ini juga akan mengakibatkan
penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu pengucapan kalimat.
Misalnya “makan” diucapkan “kan”, “ibu memasak di dapur” diucapkan
“bu..sak… pur”.
3. Distartia
Distartia diartikan sebagai suatu jenis kelainan bicara yang terjadi akibat
adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan, atau gangguan koordinasi otot alat-
alat ucap atau organ bicara sehubungan dengan adanya kerusakan pada susunan
saraf pusat ataupun perfier. Kerusakan pada saraf tersebut mempengaruhi
pengaturan dan koordinasi alat ucap, sehingga pergerakan alat-alat tersebut
terganggu dan mempengaruhi kemampuan bernafas, fonasi dan terutama
kemampuan artikulasi dan resonansi.
4. Disglosia
Artinya kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan struktur dari
organ bicara yaitu altikulator. Jika dalam proses artikulasi dan resonansi
mengalami kegagalan, maka symbol-simbol bunyi yang dihasilkan menjadi
kurang atau bahkan tidak berarti.

5. Dislalia
Artinya gejala bicara yang disebabka oleh kondisi psikososial, yaitu yang
lebih dominan disebabkan oleh faktor lingkungan dan gejala psikologis. Gejala
bicara yang terjadi karena ketidak mampuan klien dalam memperhatikan bunyi-
bunyi bicara yang diterima, sehingga klien tidak dapat membentuk konsep bahasa.
Gejala lain dari dislalia adalah ketidak mampuan klien dalam mengingat rangsang
yang diterima. Kesulitan bicara akibat peniruan yang salah dari lingkungannya
misal anak mengucapkan “mbah uti” untuk pengertian “mah putri”, orang tua
menguatkannya; “ mbah uti dimana Ela?”. Peristiwa itu akan berjalan terus dan
orang tua tanpa menyadari telah menggunakan pola bicara yang salah.

E. Penangananan
Penanganan dalam gangguan bicara Penanganan gangguan bicara diawali
dengan identifikasi pasein (Sastra, 30: 2011) seperti, riwayat kesehatan, kemampuan
berbicara, kemampuan mendengar, kemapuan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi.
Kemudian penanganan dilanjutkan dengan diagnosis gangguan yang dialami pasien.
Setelah hasil diagnosis didapat, barulah diterapkan terapi yang tepat untuk pasien.

1. Terapi Bicara

Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan cermin. Terapi bicara
anak-anak biasanya menggunakan pendekatan bermain, boneka, bermain peran,
memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara orang dewasa biasanya menggunakan
metode langsung, yaitu melalui latihan dan praktek. Terapi artikulasi pada orang dewasa
berfokus untuk membantu pasien agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat, meliputi
bagaimana menempatkan posisi lidah dengan tepat, bentuk rahang, dan mengontrol nafas
agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat.
2. Terapi Oral Motorik

Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses bicara, seperti minum
melalui sedotan, menium balon, atau meniup terompet. Latihan ini bertujuan untuk
melatih dan memperkuat otot yang digunakan untuk berbicara.

3. Terapi Intonasi Melodi

Dalam Terapi intonasi melodi kita dapat diterapkan pada penderita stroke yang
mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang digunakan biasanya yang
bertempo lambat, bersifat lrik, dan mempunyai tekana yang berbeda. (Sastra, 2011).
BAB IV
PENUTUP
A. Penutup
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa :
1. Gangguan bicara dan bahasa merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi
yang diindikasikan mengalami gangguan pada proses simbolisnya.
2. Penyebab pada gangguan bicara dan bahasa sangat luas, bisa disebabkan oleh
adanya gangguan pada sistem sarafnya ataupun kelainan pada organ yang
berhubungan pada proses bicara dan bahasa yang terjadi karena cidera atau
trauma pada saat prenatal, natal, dam postnatal. Selain itu, dapat disebabkan
pada lingkungannya yang pada usia perkembangan bicara dan bahasa anak
tidak memperoleh stimulus yang baik dari lingkungan.
3. Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut di atas terlambat dalam
kemampuan perkembangan bahasa, dapat terjadi pada fonologis, semantik dan
sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam tranformasi yang
sangat diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi.
4. Salah satu gejala pada anak gangguan bahasa dan bicara yaitu terdapat
kesalahan pengucapan baik dalam mekanisme pergerakan titik artikulasi
maupun dalam pengucapannya.
5. Penanganan yang dapat dilakukan untuk anak gangguan bahasa dan bicara
adalah terapi bicara, oral motorik dan intonasi melodi.

Afasia motorik akibat hilangnya Area Broca


Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampu
bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain
suara ribut. disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, yang terletak di regio prefontal
dan fasial premotorik korteks—kira-kira 95 persen kelainannya di hemisfer kiri. Oleh karena itu,
pola keterampilan motorik yang dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan
otot-otot lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.

1. Bagaimana cara mengetahui seorang anak mengalami keterlambatan bicara?


HUBUNGI DOKTER bila...
Usia 6 bln tdk bereaksi dengan suara dari belakang atau samping
Usia 10 bln tidak bereaksi saat dipanggil namanya
Usia 15 bln tidak mengerti dan memberi reaksi dengan kata “da da, mama, papa”
Usia 18 bln tidak dapat menyebut 10 kata tunggal

2. Apabila seorang anak ingin mengutarakan yang ia inginkan tetapi anak tersebut tidak bisa
melakukannya. Nah dibagian otak manakah letak gangguannya?
Afasia motorik akibat hilangnya Area Broca
Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampu
bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain
suara ribut. disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, yang terletak di regio prefontal
dan fasial premotorik korteks—kira-kira 95 persen kelainannya di hemisfer kiri. Oleh karena itu,
pola keterampilan motorik yang dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan
otot-otot lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.

3. -

4. -

5. -

Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu:


 Reflexsive Vocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeuarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi,
bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia
sadari.

 Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan
suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan
sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.

 Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai
dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku
kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”

 Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar
dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika
ingin meminta sesuatu.

 True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut
batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.

1 B. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Menurut Beberapa Ahli


 Lundsteen, membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap, yaitu:
1. Tahap pralinguistik
– Pada usia 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok.
– Pada usia 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.

2. Tahap protolinguitik
– Pada usia 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai
berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).
3. Tahap linguistik
– Pada usia 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan
kosa katanya mencapai 3000 buah.

 Bzoch membagi tahapan perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun
dalam empat stadium, yaitu:
2 1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum
bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain belum
berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang.
Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik.
Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional,
mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik.

Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini
merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi.

Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak


kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata – kata pertama : transisi ke bahasa anak

Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah
pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu
setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya
pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol, dan interpretasi
emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak.

Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di
seputar lingkungan awal anak.
3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal.

Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan dimulainya
produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada
sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang
kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar
mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin
berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata
yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi
bentuk kata benda dan kata kerja.
4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa.

Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke
jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai
berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat menyelesaikan
masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa

Perkembangan bahasa pada anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponen-
komponennya, yaitu:

3 1. Perkembangan Pragmatik
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari
tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi
akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis sehingga
kemudian bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.
-Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah seseorang,
tatapan mata, suara, dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial.

-Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya
memberi tanggapan.

-Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.

-Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk ekspresi wajah.
-Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehinga komunikasi menjadi
komunikasi ibu, bayi, dan benda-benda.

-Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini
akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini
sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata.
-Pada usia 2 tahun, anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat
dua kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai
memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur percakapan dan
menangkap persepsi pendengar. Perilaku ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam
memperkenalkan topik baru.

-Lewat umur 3 tahun, anak mulai berdialog lebih lama sampai beberapa kali giliran. Lewat umur
ini, anak mulai mampu mempertahankan topik yang selanjutnya mulai membuat topik baru.
Hampir 50 persen anak 5 tahun dapat mempertahankan topik melalui 12 kali giliran. Sekitar 36
bulan, terjadi peningkatan dalam keaktifan berbicara dan anak memperoleh kesadaran sosial
dalam percakapan.

Ucapan yang ditujukan pada pasangan bicara menjadi jelas, tersusun baik dan teradaptasi baik
untuk pendengar. Sebagian besar pasangan berkomunikasi anak adalah orang dewasa, biasanya
orang tua. Saat anak mulai membangun jaringan sosial yang melibatkan orang diluar keluarga,
mereka akan memodifikasi pemahaman diri dan bayangan diri serta menjadi lebih sadar akan
standar sosial. Lingkungan linguistik memiliki pengaruh bermakna pada proses belajar berbahasa.
Ibu memegang kontrol dalam membangun dan mempertahankan dialog yang benar. Ini
berlangsung sepanjang usia pra sekolah. Anak berada pada fase mono dialog, percakapan sendiri
dengan kemauan untuk melibatkan orang lain. Monolog kaya akan lagu, suara, kata-kata tak
bermakna, fantasi verbal dan ekspresi perasaan.

4 2. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9
bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan
pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak
dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan
terjadi penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah
tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga
anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah
awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi
informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi
properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian, dan lokasi.
Definisi kata kerja anak prasekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang
lebih besar.

Anak prasekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan
apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau
menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan
orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan
lebih meningkat dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk.

5 3. Perkembangan Sintaksis

Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak
terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian
dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis.
Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya
mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat
satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian
kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata
menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata
memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi
yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani
usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

6 4. Perkembangan Morfologi
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam
morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi
kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan
usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai
5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat
anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang
morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat
berbeda dengan Bahasa Indonesia.

7 5. Perkembangan Fonologi
Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa. Sebagian besar
konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi
unit fonologi. Selama usia prasekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem
fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk
membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang
terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-
vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi
dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.

8 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Berbahasa


Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu biologis,
kognitif,dan linkungan

1. Evolusi Biologi

Evolusi biologismenjadi salah satu landasan perkembangan bahasa. Mereka menyakini bahwa
evolusi biologi membentuk manusia menjadi manusia linguistik. Noam Chomsky (1957)
meyakini bahwa manusia terikat secara biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu
tertentu dan dengan cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language
acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal
masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika
pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam
menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup. Selain itu, adanya periode
penting dalam mempelajari bahasa bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam
berbicara. Menurut teori ini, jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan
berbicara bahasa negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang
berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan dipelajari (Asher &
Gracia, 1969).

2. Faktor kognitif

Individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Para
ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan
kognitifnya (Piaget,1954). Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir sampai
berumur 2 tahun. Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari
inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar dirinya. Misalnya,
sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan belaian halus, ia rasakan, kedua hal ini membentuk
suatu simbol dalam proses mental anak. Perekaman sensasi nonverbal (simbolik) akan berkaitan
dengan memori asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu logika. Bahasa simbolik itu
merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi pertama kali berkomunikasi dengan orang lain
menggunakan bahasa simbolik. Sehingga sering terjadi hanya ibu yang mengerti apa yang
diinginkan oleh anaknya dengan melihat/mencermati bahasa simbol yang dikeluarkan oleh anak.
Simbol yang dikeluarkan anak dan dibahasakan oleh ibu itulah yang nanti membuat suatu
asosiasi, misalnya saat bayi lapar, ia menangis dan memasukkan tangan ke mulut, dan ibu
membahasakan, “lapar ya.. mau makan?”

3. lingkungan luar

Sementara itu, di sisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus dari lingkungan.
Pada umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka, salah satunya
disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak belajar bahasa melalui proses imitasi
dan perulangan dari orang-orangdisekitarnya.

Bahasa pada bayi berkembang melalui beberapa tahapan umum:

 mengoceh (3-6 bulan)


 kata pertama yang dipahami (6-9 bulan)
 instruksi sederhana yang dipahami (9-12 bulan)
 kata pertama yang diucapkan (10-15 bulan)
 penambahan dan penerimaan kosa kata (lebih dari 300 kata pada usia 2 tahun).
 tiga tahun ke depan kosa kata akan berkembang lebih pesat lagi
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa yang baik.
Tiga faktor diatas saling mendukung untuk menghasilakan kemampuan berbahasa maksimal.
Orang tua, khususnya, harus memberikan stimulus yang positif pada pengembangan keterampilan
bahasa pada anak, seperti berkomunikasi pada anak dengan kata-kata yang baik dan mendidik,
berbicara secara halus, dan sebisa mungkin membuat anak merasa nyaman dalam suasana
kondusif rumah tangga yang harmonis, rukun, dan damai. Hal tersebut dapat menstimulus anak
untuk bisa belajar berkomunikasi dengan baik karena jika anak distimulus secara positif maka
akan mungkin untuk anak merespon secara positif pula.

(sumber : http://yayangy08.student.ipb.ac.id )

Ini rangkuman materi yang dibahas oleh dr. Rini:

1.Tumbuh terkait dengan fisik anak, sedangkan kembang terkait dengan kondisi psikis/mental
anak.

2. Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik, perhatikan pemenuhan kebutuhan anak, yang
terdiri dari:聽 nutrisi, tidur, imunisasi, kasih sayang dan stimulasi. Tidak lupa untuk pantau
tumbuh kembang secara berkala sesuai usai anak.

3. Nutrisi harus adekuat dan seimbang melalui ASI Eksklusif, MPASI, makanan anak.

4. Fungsi pemberian makan: memenuhi kebutuhan nutrisi anak, melatih otot-otot pencernaan,
melatih keterampilan makan, membina selera makan, melatih anak melakukan rutinitas serta
meningkatkan hubungan orang tua dan anak.
5. Terdapat 3 periode pemberian makan pada bayi: ASI Eksklusif, ASI + MPASI dan Makanan
Keluarga.

6. Cara pemberian makan yang benar:

o Pemberian makan harus teratur


o Dudukan anak di kursi, menghadap ke depan

o Jangan sambil tidur 聽鈥?gt; Sambil tengkurap boleh nggak dok? (Pengakuan
dosa)聽
o Pada anak yang lebih besar:
o Biarkan mereka menyentuh makanan dan makan menggunakan tangan mereka
o Biarkan anak makan sendiri dan menentukan berapa banyak yang mereka makan
o Perkenalkan makanan secara bertahap dan jangan kuatir bila hanya memilih makanan
tertentu saja
o Carikan alternatif makanan yang tidak disukai anak

7. Perkembangan pola tidur anak:

8. Manfaat tidur bagi anak adalah istirahat tubuh, pertumbuhan badan anak (terutama tinggi
badannya–> pantesan si Bumbum panjang), meningkatkan perkembangan otak anak, pemulihan
secara fisik, pemulihan emosi dan psikologis anak.

9. Pertumbuhan/peningkatan ukuran tubuh anak terdiri dari tinggi badan, berat badan, dan lingkar
kepala.

10. Faktor penentu pertumbuhan anak adalah genetik (ayah, ibu, nenek, kakek, dst) dan
lingkungan (nutrisi, penyakit, aktivitas fisik, dll).

11. Tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi:


Milestone kognitif bayi

o Bulan 3-5: mencoba meraih benda


o Bulan 4-8: menarik tali yang beujung gelang
o Bulan 8 – 15: meniru membelai boneka
o Bulan 14 – 20: menemukan objek tersembunyi
o Bulan 18 – 28: menyelesaikan puzzles sederhana

Milestone bahasa bayi

o Bulan 1.5 – 3: mengoceh


o Bulan 3.5 – 8: menoleh ke arah suara
o Bulan 9 – 13: bicara “Mama” atau “Dada”
o Bulan 14 – 24: kombinasi 2 kata berbeda
o Bulan 21 – 36: menggunakan kata majemuk

Milestone emosi-sosial

o Bulan 1.5 – 4: senyum pada orang lain


o Bulan 4 – 9: mencari pengasuh utama
o Bulan 8 – 15: gelisah terhadap orang asing
o Bulan 10 – 15: menunjukkan 2 jenis emosi
o Bulan 11 – 20 bermain eksploratif sendiri
o Bulan 21 – 36: bermain kooperatif dalam kelompok kecil

Milestone gerak kasar

o Bulan 3 – 4.5: tengkurap


o Bulan 5 – 8: duduk tanpa pegangan
o Bulan 10-14: berdiri sendiri
o Bulan 14 – 20: menaiki tangga
o Bulan 21 – 28: mengayuh sepeda
o Bulan 30 – 44: berdiri 1 kaki

Milestone gerak halus

o Bulan 2.5 – 4: menggengam rattle


o Bulan 4.5 – 7: pindahkan kubus antar tangan
o Bulan 8 – 12: pincer grasp
o Bulan 15 – 20: susun menara 4 kubus
o Bulan 18 – 24: meniru garis vertikal
o Bulan 28 – 36: mengkopi lingkaran

Milestone mandiri-adaptif

o Bulan 4.5 – 8: memasukan biskuit ke mulut


o Bulan 10 – 14: minum dari cangkir
o Bulan 13 – 19: membuka pakaian
o Bulan 18 – 28: cuci dan keringkan tangan
o Bulan 30 – 42: pakai pakaian tanpa bantuan

12. Segera
bertindak bila
anak belum
dapat
mengerjakan
butir
kemampuan
perkembangan
pada umur
tertentu. Ada
beberapa tanda
atau
Developmental
red flags yang
harus
diwaspadai.

Red Flags 0 – 3 Bulan:

o Tengkurap sebelum 3 bulan –> Evaluasi hipertoni


o Mengepal persisten > 3 bulan –> Evaluasi disfungsi neuromotor
o Tidak bereaksi terhadap rangsang lingkungan –> Evaluasi kelainan sensoris
Red Flags 4 – 6 Bulan:

o Kontrol leher buruk (head lag) –> Evaluasi hipertoni


o Tidak meraih benda pada umur 5 bulan –> Evaluasi kelainan gerak, mata, kognitif
o Tidak senyum –> Evaluasi fungsi penglihatan, evaluasi masalah perlekatan (attachment),
evaluasi depresi ibu, evaluasi kemungkinan child abuse atau child neglect

Red Flags 6 – 12 Bulan:

o Refleks primitf persisten setelah 6 bulan –> Evaluasi untuk kelainan neuromuskuler
o Tidak mengoceh pada 6 bulan –> Evaluasi untuk gangguan pendengaran
o Tidak gelisah bila ada orang asing pada umur 7 bulan –> Mungkin pengasuh gonta-ganti
o Duduk W dan melompat-lompat pada 7 bulan –> Evaluasi spastisitas atau hipotoni otot
aduktor
o Tidak menoleh ke arah suara pada 10 bulan –> Evaluasi untuk gangguan pendengaran
unilateral

Red Flags 12 – 24 Bulan:

o Tidak mengucapkan konsonan pada umur 15 bulan –> Evaluasi gangguan pendengaran
(ringan)
o Tidak meniru pada umur 16 bulan –> Evaluasi gangguan pendengaran, evaluasi gangguan
sosialisasi dan kognitif
o Tidak menunjuk ke benda pada umur 18 bulan –> Problem dalam hubungan sosial
o Dominasi tangan sebelum 18 bulan –> Kelemahan kontralateral dengan Hemiparesis
o Advanced non-comminicative speech (mis. Echolalia) –> Perintah sederhana tidak
dimengerti: abnormal, evaluasi untuk autism pervasive developmental disorder
o Delayed language development –> Perlu evaluasi gangguan pendengaran

13. Kapan pemantauan tumbuh kembang?

o Usia bayi sampai 1 tahun: 1 bulan sekali


o Usia balita: setiap 3 bulan
o Usia anak sekolah: setiap 6 bulan
o Remaja: 1 tahun sekali

Anda mungkin juga menyukai