NPM : 1102013080
Univ : YARSI
Kepaniteraan Klinik THT RSPAD Gatot Soebroto
DELAYED SPEECH
A. Fisiologi Bicara
dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta
rongga hidung.
raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa.
bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang
1
mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di
pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain
B. Fisiologi Pendengaran
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
2
menyebabkan terjadinya defleksi stereolisia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi penglepasan ion permukaan listrik dari badan sel.
C. Etiologi
1. Gangguan Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila
ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan
pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa
terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem
pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu
saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat
keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga
saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan
tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula
(rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi
septum nasi, adenoid atau kelainan laring.Pada lidah pendek terjadi kesulitan
menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”.
Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”,
3
”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan
penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung
pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
3. Retradasi Mental
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya
juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya
keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX
terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi
bicara sebelum usia prasekolah.
6. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena
autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
4
7. Mutism Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang
tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada
orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu,
biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan
kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini
juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan
intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
9. Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga
mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan
bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada
gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab
biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2
tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
5
keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :pola
asuh yang tidak tepat (mal asuh), lingkungan yang sepi, status sosial ekonomi,
teknik pengajaran komunikasi/ berbahasa yang salah, sikap orang tua atau
orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan, harapan orang tua
yang berlebihan terhadap anak, anak kembar dan bilingual (dua bahasa).
penyebab gangguan bicara dan bahasa pada maka semakin cepat stimulasi
dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini gangguan
bicara dan bahasa ini harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat
dalam penanganan anak ini, mulai dari orang tua, keluarga, dokter kandungan
yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut.
Usia Kemampuan
Neonatus Menangis (reflex vocalization)
Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara burung
(cooing)
Suara seperti berkumur (gurgles).
2 - 3 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti ( babbling).
6
4 - 6 bulan Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf
hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)
Suara berupa ocehan yang bermakna, seperti “pa..pa,
da..da”.
7 - 11 bulan Dapat menggabungkan kata/suku kata yang tidak
mengandung arti, terdengar seperti bahasa asing
(jargon).
Usia 10 bulan mampu meniru suara sendiri
(echolallia)
Memahami arti “tidak”, mengucapkan salam.
Mulai memberi perhatian terhadap nyanyian atau
musik.
12 -18 bulan Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek.
7
E. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan pada bayi dan anak :
respons subyektif sistim auditorik pada bayi dan anak. Dan juga bermanfaat untuk
penilaian habilitasi pendengaran yaitu pengukuran alat bantu dengar (hearing aid
fitting).
lingkungan tidak lebih dari 60 dB), idealnya pada ruang kedap suara. Sebagai
sumber bunyi sederhana dapat digunakan tepukan tangan, tambur, bola plastik
beris air, remasankertas, bel, terompet karet, mainan yang mempunyai bunyi
audiometry.
8
Behavioral reflex audiometry
Maro (paling konsisten). Reflex auropalbebral dan Maro rentan terhadap efek
sebaiknya dilakukan pada akhir prosedur bayi akan terkejut, takut dan menangis.
a. Tes Distraksi
9
visual. Bayi akan memberikan respons orientasi atau melokalisir bunyi
2. Timpanometri
Melalui probe tone (sumbatan liang telinga) yang dipasang pada liang telinga
dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang
dipantulkan kembali (kea rah luar) oleh gendang telinga. Pada orang dewasa atau
bayi berusia diatas 7 bulan digunakan probe tone frekuensi 226 Hz.
Dilakukan pada anak berusia lebih dari 4 tahun yang koperatif. Sebagai
sumber suara digunakan nada murni (pure tone) yaitu bunyi yang hanya terdiri 1
hantaran suara melalui udara melalui headphone pada frekuensi 125, 250, 5000,
1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz. Hantaran suara melalui tulang diperiksadengan
memasang bone vibrator pada prosesus mastoid yang dilakukan dengan frekuensi
10
500, 1000, 2000, 4000 Hz. Suara dengan intensitas terendah yang dapat didengar
dicatat pada audiogram untuk memperoleh informasi tentang jenis dan derajat
ketulian.
refer/tidak lulus), tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan
praktis sehingga sangat efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru
lahir.
tenang. Pada mesin OAE generasi terakhir OAE secara secara otomatis akan
yang dihasilkan nervus VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang
11
impuls listrik dengan onset cepat dan durasi yang sangat singkat (0,1 ms),
masing-masing telinga.
F. Penatalaksanaan
harus dimulai sebelum usia 6 bulan. Habilitasi yang optimal sudah dimulai
sebelum usia 6 bulan maka pada usia 3 tahun perkembangan wicara anak
normal.
atau terapi audio verbal. Sebelum proses bicara harus dilakukan penilaian
12
wicara, Psikolog Anak , guru khusus untuk tunarungu dan keluarga
penderita.
sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada disekitarnya.
televisi, mendengarkan telepon, mendengar suara bel rumah atau pada saat
13
dipasang pada ABD dengan maksud mengoptimalkan kerja ABD. Dikenal
a) Sistem Kabel
digunakan oleh lawan bicara (guru). Cara ini dapat membantu pada
dibandingkan sistim kabel. Sistim ini dapat digunakan pada ruang kelas
ditangkap oleh receiver yang ada pada suatu headphone atau ABD.
14
3. Implan Koklea
mendengar dan berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral.
15
Persiapan implantasi koklea
Untuk mendapatkan hasil optimal dari implantasi koklea perlu dilakukan
persiapan yang matang mencakup konsultasi dengan orang tua untuk memperoleh
informasi tentang riwayat penyakit anak serta harapan orang tua terhadap
implantasi koklea. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan THT, radiologik CT
Scan untuk melihat keadaan koklea, dan laboratorium darah.
Tes pendengaran yang harus dilakukan antara lain Behavioral Observation
Audiometry (BoA), timpanometri, OAE, BERA, dan ASSR (Auditory Steady
State Response) bila diperlukan serta audiometri nada murni untuk anak yang
lebih besar dan kooperatif. Tes kemampuan wicara dan berbahasa perlu dinilai
sebelum menggunakan ABD. Sebelum operasi dianjurkan untuk menggunakan
ABD selama 8-10 minggu bersamaan dengan terapi audio verbal untuk menilai
manfaatnya. Tes psikologi dilakukan untuk menilai kemampuan anak untuk
belajar setelah dilakukan implantasi koklea.
16
HEARING AID
MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja ABD berbeda-beda tergantung jenisnya, akan tetapi pada
umumnya ABD bekerja dengan menggunakan 4 bagian pokok berikut:
1. Mikrofon : Bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah
sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian meneruskannya ke
amplifier
2. Amplifier : Berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energi
listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver
3. Receiver / Loudspeaker : Mengubah energi listrik yang telah diperbesar
amplifier menjadi energi bunyi kembali dan
meneruskannya ke liang telinga
4. Batere : Sebagai sumber tenaga
Selain 4 komponen diatas, beberapa jenis ABD memiliki fungsi-fungsi tambahan
dan Assisstive Listening Device (ALD) yang akan dibahas lebih lanjut di bawah
KLASIFIKASI
Menurut sistim kerjanya
Secara umum sistim kerja ABD dibedakan menjadi:
a. Analog
Prinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk
telinga melalui komponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit ABD ini
telah diatur dari pabrik sehingga kemampuan pengaturan yang lebih
individual sangat terbatas atau kurang fleksibel. Sistim ini mudah
17
mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaian komponen dan
rentan terhadap bising di sekitarnya
b. Digital
Sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip komputer
yang menganalisa suara yang masuk. Setelah suara diamplifikasi,
teknologi digital akan memilih suara yang perlu diteruskan ke dalam
telinga dan menyingkirkan suara yang tidak diharapkan (noise). ABD
Sistim digital bisa menerima program komputer tertentu yang dapat
memilih frekuensi syang spesifik sesuai dengan kebutuhan. ABD Sistim
digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi
dengan suara yang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang
berlebihan
Menurut hantarannya
Berdasarkan jenis hantaran suaranya, ABD dapat dibedakan menjadi 2
macam:
a. ABD Jenis hantaran tulang
Bone conduction aid digunakan pada gangguan pendengaran jenis
hantaran (konduktif). Biasanya dimanfaatkan pada kasus atresia liang
telinga. Selain itu, jenis ini juga digunakan pada kasus dimana sewaktu-
waktu liang telinga terisi cairan yang berasal dari infeksi telinga tengah.
ABD jenis hantaran tulang dibedakan menjadi:
1. ABD hantaran tulang konvensional
Suara dari luar akan yang ditangkap akan mengaktifkan
bone vibrator. Getaran tulang dihasilkan oleh bone vibrator yang
ditempelkan pada tulang mastoid dengan bantuan ikat kepala khsus, kaca
mata, atau plastik mirip bando. Kerugian ABD jenis ini adalah tidak
praktis, penampulan kurang menarik (kosmetik), butuh amplifikasi besar
dan timbul lecet pada kulit yang menempel dengan bone vibrator. Pilihan
model ABD pada sistim ini adalah jenis saku atau BTE
2. ABD jenis BAHA (Bone Anchored Hearing AID)
18
ABD yang mirip jenis saku
dihubungkan melalui kabel dengan
penggetar tulang (bone vibrator)
yang dapat dipasang dan dilepas
melalui sistim sekrup-baut dengan
lempengan logam dari bahan
titanium yang telah ditanam ke
dalam tulang mastoid melalui tindakan operasi. Hantaran tulang lebih
efektif dibandingkan ABD jenis hantaran tulang.
Menurut bentuknya
Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-
masing. Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:
19
Pada ABD jenis saku penempatan terpisah ini dimaksudkan agar
pengguna dapat leluasa memperbesar output tanpa khawatir timbulnya
bunyi feedback. Jadi ABD jenis saku ini diperlukan oleh penderita tuli
berat atau sangat berat yang membutuhkan perkerasan bunyi atau output
yang besar. Hal ini dianggap sebagai faktor yang menguntungkan untuk
ABD jenis saku. Keuntungan lain adalah dapat menggunakan baterai
silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga mudah didapat.
Selain itu, tombol pengatur juga mudah disesuaikan.
Faktor yang merugikan dari ABD jenis saku:
Penampilan kosmetik kurang baik
Kemampuan mikrofon melokalisir bunyi dari belakang
terhalang oleh tubuh
Tidak praktis karena ukuran relatif besar
Kabel dapat putus
Dapat timbul bunyi gesekan antara ABD dengan kain saku
20
c. Open-fit mini BTE
ABD jenis ini merupakan abd yang paling baru dikembangkan.
ABD jenis ini mengkombinasikan keelebihan akustik dari ABD berukuran
besar dan kelebihan kosmetik dari ABD berukuran kecil. Open-fit mini
BTE terdiri dari alat BTE yang kecil, tuba kurus tersembunyi yang
berfungsi sebagai pengait daun telinga, dan receiver yang halus dan tidak
sampai menutupi liang telinga. Hasilnya, efek oklusi yang dialami pasien
berkurang, baterai dan amplifier yang lebih baik dibandingkan tipe yang
lebih kecil, tampilan kosmetik yang lebih baik dibanding ABD tipe besar
lainnya, dan pemakaian yang lebih singkat karena tidak memerlukan
cetakan personal yang presisi sebagaimana ABD tipe BTE dan ITE
butuhkan
21
mempermudah memasang dan melepaskan ABD. Sebagaimana halnya
dengan jenis ITC, pengaturan secara manual lebih sulit. Namun hal ini
dapat diatasi pada model terbaru yang telah dilengkapi dengan remote
control
f. ABD jenis kacamata / Spectacle Aid
ABD ditempatkan pada tangkai kaca mata
bagian belakang. Umumnya jenis BTE, namun
dapat juga jenis bone conduction, meskipun
emanfaatan cara ini untuk ABD jenis hantaran
tulang kurang efektif karena tekanan bone
vibrator tidak stabil
22
intervensi harus dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara
umum dikelompokkan menjadi:
1. Mild Hearing Loss (20-40 dB)
Penggunaan alat bantu dengar dapat membantu kemampuan komunikasi
pasien. Beberapa pasien dapat mempertimbangkan pemakaian alat bantu
dengar paruh waktu / pada kondisi-kondisi tertentu saja
2. Moderate Hearing Loss (45-65 dB)
Penggunaan alat bantu dengar sudah menjadi kebutuhan bagi pasien dalam
kategori ini. Pada umumnya alat bantu dengar memberikan hasil yang baik
bila dipakai dengan strategi pemakaian yang sesuai
3. Severe Hearing Loss (70-85 dB)
Alat bantu dengar harus digunakan bila pasien masih ingin berkomunikasi
dengan suara sebagai media penerimaan primernya. Pada beberapa kasus
pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini membutuhkan implantasi
koklea
4. Profound Hearing Loss (>85 dB)
Keberhasilan penggunaan alat bantu dengar pada pasien ini berbeda-beda
tergantung umur dan berbagai faktor lainnya. Pada kasus yang baik,
kemampuan komunikasi pasien dapat membaik, dan pada kasus terburuk
pun, setidaknya alat bantu dengar masih dapat membantu sebagai warning
device. Pasien dengan gangguan pendengaran jenis ini merupakan
kandidat kuat untuk implantasi koklea
Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu
diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar,
antara lain:
1) Umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum;
2) Motivasi pasien (Bukan keluarga atau pihak lain);
3) Kondisi keuangan pasien;
4) Pertimbangan kosmetis;
23
5) Kebutuhan pasien akan komunikasi, terutama dalam kehidupan dan
pekerjaan
Setelah itu, klinisi harus menentukan apakah pasien membutuhkan alat bantu
pendengaran pada satu atau kedua telinga. Bilamana mungkin sangat dianjurkan
menggunakan alat bantu pada kedua telinga (binaural).
Keuntungan amplifikasi binaural antara lain :
1. Minimalisasi / Eliminasi efek bayangan kepala (Head Shadow)
Efek bayangan kepala adalah berkurangnya intensitas sinyal dari sisi kepala
yang berlawanan dari lokasi pemakaian alat bantu dengar. Dengan
pemakaian binaural, hal ini dapat membaik atau bahkan hilang seluruhnya.
2. Peningkatan kemampuan lokalisasi
Dengan perbedaan intensitas dan waktu masuknya sinyal ke alat bantu
dengar binaural, penderita dapat dengan lebih mudah menentukan lokasi
sumber suara (lokalisasi).
3. “Efek peredam” atau penekanan bising latar belakang (Binaural squelch)
Binaural squelch adalah kemampuan otak untuk memisahkan suara dengan
bising. Hal ini disebut juga sebagai central masking dan dapat bekerja
dengan lebih baik dengan membandingkan suara dari dua telinga.
4. Sumasi binaural (Binaural loudness summation)
24
Sumasi binaural adalah kemampuan otak untuk memproses suara dengan
lebih baik melalui informasi yang repetitif, dalam hal ini melalui sinyal
suara yang serupa dari kedua telinga.
25
Jenis alat bantu Keuntungan Kerugian
pendengaran
Body Worn Type Harga murah Bentuk besar
Baterai tahan lama dan Ada kabel
mudah didapat Bunyi gesekan dengan
Feedback tidak ada kain
Amplifikasi lebih kuat Selit menangkap suara
Pengaturan manual dari belakang
mudah Dapat rusak oleh sekret
telinga pasien
Behind-the-ear type Amplifikasi kuat Membutuhkan ear mould
Feedback minimal Memberikan efek oklusi
Pengaturan manual relatif Dapat rusak oleh sekresi
telinga pasien
In-the-ear type Sulit terlihat Amplifikasi terbatas
Membutuhkan ear mould
In-the-canal type Sulit terlihat Rentan terhadap feedback
Amplifikasi cukup baik Pengaturan manual sulit
karena terpasang dalam
26
Sulit terlihat baru
Tidak perlu ear mould
Tidak menimbulkan efek
oklusi
Memungkinkan keluarnya
sekret telinga pasien
27