Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SPEECH DELAY

1. Konsep
1.1 Definisi
Menurut Hurlock (1978), dikatakan terlambat bicara apabila tingkat
perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara
anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan
kata. Apabila pada saat teman sebaya mereka berbicara dengan menggunakan
kata-kata, sedangkan si anak terus menggunakan isyarat dan gaya bicara bayi
maka anak yang demikian dianggap orang lain terlalu muda untuk diajak
bermain.
Sedangkan dalam Papalia (2004) menjelaskan bahwa anak yang terlambat
bicara adalah anak yang pada usia 2 tahun memliki kecenderungan salah
dalam menyebutkan kata, kemudian memiliki perbendaharaan kata yang
buruk pada usia 3 tahun, atau juga memiliki kesulitan dalam menamai objek
pada usia 5 tahun. Dan anak yang seperti itu, nantinya mempunyai
kecenderungan tidak mampu dalam hal membaca. children who show an
unusual tendency to mispronounce words at age 2, who have poor vocabulary
at age 3, or who have trouble naming objects at 5 are apt to have reading
disabilities later on

1.2 Etiologi
1.2.1 Retardasi mental menjadi penyebab keterlambatan bicara secara umum,
terhitung lebih dari 50 % dalam kasus ini. Semakin tinggi tingkat
retardasi mental anak maka semakin lambat dia dalam melakukan
bicara yang komunikatif.
1.2.2 Keterlambatan perkembangan disebabkan keterlambatan pada proses
neurologis sentral yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku bicara.
Kondisi ini biasanya terjadi pada anak laki-laki dengan latar belakang
keluarga dengan sejarah keterlambatan. Prognosis anak semacam ini
baik, biasanya mereka akan mengalami perkembangan bicara yang
normal ketika memasuki sekolah.
1.2.3 Penggunaan dua bahasa di lingkungan rumah dapat menjadi penyebab
temporal keterlambatan bicara dengan onset pada dua bahasa tersebut.
Pemahaman bahasanya berada di bawah anak-anak normal seusianya,
tapi biasanya ini dapat pulih sebelum usia lima tahun.
1.2.4 Deprivasi psikososial terdiri dari deprivasi fisik (kemiskinan,
lingkungan yang kumuh, malnutrisi) dan deprivasi sosial (stimulasi
linguistik inadekuat, ketidakhadiran orang tua, stres emosional,
pengabaian) memberi dampak pada perkembangan bicara anak.
1.2.5 Autisme adalah gangguan perkembangan neurologist, onset muncul
ketika anak belum mencapai usia 36 bulan. Karakteristik anak autis
ditandai dengan keterlambatan dan deviasi perkembangan bahasa,
kegagalan untuk mengembangkan kemampuan menjalin hubungan
dengan orang lain serta perilaku kompulsif, termasuk stereotip aktivitas
motorik yang berulang-ulang. Bicara anak autis lebih mirip
bersenandung dan kurang jelas. Anak autis secara umum tidak mampu
melakukan kontak mata, banyak tersenyum, sering merespon ingin
dipeluk atau menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dan
perempuan. Autisme kebanyakan diderita oleh anak laki ketimbang
anak perempuan.
1.2.6 Aphasia reseptif adalah penurunan pemahaman bahasa yang diucapkan;
kesulitan memproduksi kata dan keterlambatan bicara adalah
konsekuensi dari ketidak mampuan ini. Anak yang mengalami aphasia
reseptif biasanya memiliki bahasa tersendiri yang hanya dipahami oleh
orang-orang yang terbiasa berinteraksi dengan mereka.
1.2.7 Cerebral palsy juga mengakibatkan anak mengalami keterlambatan
bicara.

Banyak penyebab keterlambatan bicara, yang paling umum adalah rendahnya


tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama
baiknya seperti teman sebaya mereka yang kecerdasannya normal atau tinggi;
kurng motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi
secara memadai dengan bentuk prabicara dorongan orang tua untuk terus
menggunakan bicara bayi karena mereka mengira yang demikian manis;
terbatasnya kesempatan praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang
seberapa banyak mereka diperkenankan bicara di rumah; terus menerus
bergaul dengan saudara sekandung yang lebih muda atau saudara kembar
yang dapat memahami ucapan khusus mereka dan penggunaan bahasa asing
di rumah yang memperlambat bahasa ibu.

1.3 Tanda gejala


Aram D.M (1987) dan Towne (1983) gejala-gejala anak dengan
gangguanbahasa adalah sebagai berikut:
1) Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya
terhadap suara yang datang dari belakang atau samping
2) pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri
3) pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata
jangan, da-da, dan sebagainya
4) pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut sepuluh kata tunggal
5) pada usia 20 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya
duduk, kemari, berdiri)
6) pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
7) pada usia 24 bulan memiliki perbendaharaan kata yang sedikit/tidak
mempunyai kata-kata huruf Z pada frase
8) pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri
dari 2 buah kata
9) pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarganya
10) pada usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat-kalimat
sederhana
11) pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat
tanya yang sederhana
12) pada usia 3,5 tahun selalu gagal menyebutkan kata akhir

1.1 Patofisiologi
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otot atau
organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau
keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara,
retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif,
keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi
lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik
pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat
disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh
seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya
gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak
kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan,
korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain
dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang
kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila
penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak
terlalu berat. Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya
adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi.
Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara
fungsional.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering
dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga
diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan
bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan
maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami
oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga.
Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan
prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik
setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan
penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah
normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya
mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas
lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan
pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang
mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna.
Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus,
muntah, konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic
tounge, drooling (sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur
malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa,
menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.

1.2 Pemeriksaan penunjang


1.2.1 BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang
dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang
otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
1.2.2 Pemeriksaan audiometri
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat
kecil dan untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak
terganggu.
Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometric.
1) Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus
bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber
bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan
yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang
berfrekuensi tinggi.
2) Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk
meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar
bunyi. Dapat dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak cukup kooperatif.
3) Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun
dalam silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word
LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang
didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak
dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini
adalah untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan sehari-
hari dan untuk menilai pemberian alat bantudengar (hearing aid).
4) Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.

1.2.3 CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga


didapatkan gambaran area otak yang abnormal.

1.2.4 Denver Developmental Screening Test


Dalam melakukan tes ini, terdapat beberapa perkembangan dalam
penggunaan tes, akan tetapi akan dijelaskan kembali perkembangan
penggunaan test. Pada penilaian DDST ini menilai perkembangan anak
dalam 4 faktor diantaranya penilaian terhadap personal social, motorik
halus, bahasa, dan motorik kasar, dengan persyaratan tes sebagai berikut
:
1) Lembar formulir DDST II
2) Alat Bantu atau peraga seperti benang wool merah, manik-manik,
kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan anak bola kecil,
bola tennis kertas dan pensil.
Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling
dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu
IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan :
1) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: Penyelesaian susunan
gambar.
Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum,seperti
gambar pemandangan. Salah satu bagian yang penting dihilangkan
dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai
benar atau salah.
2) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: mendesain balok
Anak diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian diminta
untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna. Respon
dinilai sebagai benar atau salah.

1.3 Penatalaksanaan
Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat
berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan
bahasa. Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini
menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi
perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada
dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter
lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan
preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak
dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut, para dokter dituntut agar lebih tanggap
terhadap proses perkembangan bicara dan bahasa pada anak.
Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring
pertambahan usia, dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi
perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada
masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan
respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi
tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan
seharihari. Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak
yang semakin mendekati pola orang dewasa. Secara umum, anak akan
berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa yang
diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata
tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara
jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan dengan memperluas
hingga dua kata.
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses
perkembangan bahasa anak :
1) Ekspresi kalimat seru
2) Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan
gerak isyarat untuk mendapatkan benda
3) Mengoceh selama bermain
4) Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak
5) Menirukan suara lingkungan
6) Berusaha untuk bernyanyi
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak
disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat
melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus
yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa
jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini
membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang
memiliki gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus.
Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara kepada para murid
selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar. Konsultasi dengan
psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa diikuti oleh
gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya akan dievaluasi
oleh ahli terapi wicara.
Anak tidak hanya membutuhkan stimulasi untuk aktifitas fisiknya, tetapi juga
untukmmeningkatkan kemampuan bahasa.bila anak mengalami deprivasi
yang berat terhadap kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersebut,
maka akibatnya perkembangannya mengalami hambatan. Beberapa cara
menstimulasi anak diantaranya.
1) Berbicara
Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap
kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaiannya,
memberi makan dan lainlain. Anak tidak pernah terlalu muda untuk diajak
bicara.
2) Mengenali berbagai suara
Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, televisi. Juga
buatlah suara dari kerincingan, mainan, kemudian perhatikan bagaiman
reaksi anak terhadap suara yang berlainan.
3) Menunjuk dan menyebutkan nama gambargambar
Ajak anak melihat gambargambar, kemudian gambar ditunjuk dan
namanya disebutkan, usahakan anak mengulangi katakata, lakukan setiap
hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar, kemudian dilatih
untuk bercerita tentang gambar tersebut
4) Mengerjakan perintah sederhana
Mulai memberikan perintah kepada anak misal letakkan gelas di meja.
Kalau perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan perintah tadi,
gunakan kata-kata yang sederhana.
Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai
bimbingan dan konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya.
Hampir separuh anak gagap dapat mengatasinya, walaupun demikian rujukan
ke ahli terapi wicara merupakan bantuan yang sangat penting bagi anak, dan
terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu
jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya
hubungan gangguan ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak.
Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua
diharapkan untuk selalu memberikan motivasi terhadap anak atas
perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru
memperlihatkan sedikit perbaikan.

2. Rencana Asuhan Klien dengan Speech Delay


Fokus pengkajian pada anak 2- 3 tahun yang mengalami gangguan bicara:
2.1 Data Subyektif :
1.3.1 Pada anak yang mengalami gangguan bahasa:
Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata ?
Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu
kalimat ?
Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata
baru ?
Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat
yang diucapkan.
Siapa yang mengasuh dirumah
Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah
Apakah pernah diajar mengucapkan kata-kata
Apakah anak saudara mengalami kesulitan dalam menyususn kata-
kata

1.3.2 Pada anak yang mengalami gangguan bicara :


Apakah anak anda sering gagap dalam mengulang suatu kata
Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin
mengungkapkan suatu ide ?
Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata,
menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan
kata-kata baru yang sulit diucapkan ?
Apa yang anda lakukan jika hal diatas ditemukan. ?
Apakah anak anda pernah/sering mengilangkan bunyi dari suatu kata.
Apakah anak anda sering menggunakan akata-kata yang salah tetapi
mempunyai bunyi yang hampir sama dalam suatu kata ?
Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?
Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak
anda?
Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan
fungsi SSP seperti infeksi antenatal (rubbela syndrome), perinatal
(trauma persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor
intra kranial, konduksi elektrik otak)

1.4 Data obyektif :


Kemampuan menggunakan kata kata
Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan
bahasa, malas bicara ).
Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa
Umur anak
Kemampuan membuat kalimat
Kemampuan mempertahankan kontak mata
Kehilangan pendengaran (kerusakan indera pendengaran)
Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi
Gangguan fungsi neurologis.

1.5 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Kurang pengetahuan
1) Definisi
Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topic tertentu
2) Factor yang berubungan
Keterbatasan kognitif
Kesalahan dalam memahami informasi yang ada
Kurang pengalaman
Kurang perhatian didalam belajar
Kurang kemampuan mengingat kembali
Kurang familier dengan sumber-sumber informasi
3) Batasan karakteristik
Subjektif:
Mengungkapkan masalah secara verbal
Objektif
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
Performa uji tidak akurat
Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan (histeris, bermusuhan,
agitasi atau apatis)

Diagnosa 2 : Ansietas
4) Definisi :
Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering kai tidak spesifik) perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

5) Factor yang berubungan


Terpajan toksin
Hubungan keluarga/hereditas
Transmisi dan penularan interpersonal
Krisis situasi dan maturasi
Stress
Penyalahgunaan zat
Ancaman kematian
Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan,
status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi
Ancaman terhadap konsep diri
Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial
Kebutuhan yang tidak terpenuhi

6) Batasan karakteristik
Perilaku
Penurunan produktivitas
Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup
Gerakan yang tidak relevan
Gelisah
Memandang sekilas
Insomnia
Kontak mata buruk
Resah
Menyelidik dan tidak waspada
Afektif
Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Distress
Ketakutan
Perasaan tidak adekuat
Fokus pada diri sendiri
Peningkatan kekhawatiran
Iritabilitas
Gugup
Gembira berlebihan
Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
Marah
Menyesal
Perasaan takut
Ketidakpastian
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang
Peningkatan keringat
Peningkatan keteganbgan
Terguncang
Gemetar/tremor
Suara bergetar
Parasimpatis
Nyeri abdomen
Penurunan TD, nadi
Diare
Pingsan
Keletihan
Mual
Gangguan tidur
Kesemutan pada ekstremitas
Sering berkemih
Simpatis
Anoreksia
Mulut kering
Wajah kemerahan
Jantung berdebar-debar
Peningkatan TD, nadi, reflek, pernapasan
Dilatasi pupil
Kesulitan bernapas
Kedutan otot
Kelemahan
Kognitif
Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis
Bloking fikiran
Konfusi
Penurunan lapang pandang
Kesulitan untuk berkonsentrasi
Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
Keterbatasan kemampuan untuk belajar
Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
Mudah lupa
Gangguan perhatian
Melamun
Kecenderungan untuk menyalahkan ornag lain

Diagnosa 3 : Risiko keterlambatan perkembangan


7) Definisi :
Resiko keterlambatan pada area sosial/prilaku mengatur diri sendiri,
kognitif, bahasa atau kemapuan motorik kasar/halus sebesar 25% atau
keterlambatan lebih dari dua area tersebut.
8) Factor resiko
Prenatal
Kelainan endokrin
Kelainan genetik
Buta huruf
Nutrisi yang tidak adekuat
Infeksi
Kurangnya perawatan prenatal
Perawatan prenatal yang terlambat
Umur ibu < 15 th atau > 35 th
Perawatan prenatal yang tidak adekuat
Kemiskinan
Substance abuse
Kehamilan yang tidak direncanakan
Kehamilan yang tidak diinginkan
Individu
Adopsi
Gangguan prilaku
Kerusakan otak (seperti hemoragik post natal, kecelakaan,
penganiayaan, cedera kepala)
Penyakit kronis
Kemoterapi
Kelainan kongenital
Gagal tumbuh
Anak angkat
Otitis media
Kelainan genetik
Gangguan pendengaran
Nutrisi tidak adekuat
Bencana alam
Prematur
Radiasi
Seizure
Substance abuse
Gangguan penglihatan
Ketergantungan terhadap teknologi
Lingkungan
Kemiskinan
Pelecehan seksual
Pengasuh
Penganiayaan
Gangguan belajar
Gangguan mental
Gangguan belajar tingkat berat

Diagnosa 4 : Hambatan komunikasi verbal


9) Definisi :
Penurunan, keterlambatan, atau ketidakmampuan untuk menerima,
memproses, mengirim, dan/ atau menggunakan suatu sistem lambang

10) Batasan Karakteristik


o Tidak ada kontak mata
o Tidak dapat berbicara
o Kesulitan memahami pola komunikasi
o Kesulitan mengekspresikan ide atau pikiran secara verbal (misalnya
aphasia, disphasia, apraksia, disleksia)
o Kesulitan membentuk kalimat
o Kesulitan membentuk kata-kata (misalnya aponia, dislalia, disartria)
o Kesulitan mempertahankan pola komunikasi umum
o Kesulitan dalam melakukan tindakan
o Kesulitan dalam mengekspresikan tubuh
o Kesulitan dalam mengekspresikan wajah
o Disorientasi individu
o Disorientasi tempat
o Disorientasi waktu
o Tidak berbicara
o Dispnea
o Ketidakmampuan berbicara pada pemberi asuhan keperawatan
o Ketidakmampuan mengekspresikan tubuh
o Ketidakmampuan mengekspresikan wajah
o Ketidaktepatan dalam pengucapan kata-kata
o Defisit daya penglihatan sebagian
o Mencerca
o Kesulitan dalam berbicara
o Gagap
o Defisit daya penglihatan total
o Kesulitan mengungkapkan kata-kata
o Menolak untuk berbicara

11) Faktor-faktor yang berhubungan


o Ketiadaan hal-hal lain yang penting
o Perubahan persepsi
o Perubahan konsep diri
o Perubahan harga diri
o Gangguan sistem saraf pusat
o Kerusakan anatomi (misalnya langit-langit mulut yang terbelah,
perubahan yang berhubungan dengan sistem neuromuscular
penglihatan, sistem pendengaran, phonatory apparatus)
o Tumor otak
o Perbedaan kebudayaan
o Penurunan peredaran darah di otak
o Perbedaan yang berhubungan dengan perkembangan usia
o Kondisi emosional
o Hambatan lingkungan
o Kekurangan informasi
o Hambatan fisik (misalnya tracheostomi, intubasi)
o Kondisi psikologi
o Hambatan psikologi (penyakit jiwa, ketiadaan stimulus)
o Efek samping dari pengobatan
o Stres
o Lemahnya sistem muskuloskeletal
Diagnosa 5 : risiko harga diri rendah situasional
12) Definisi
Rentan terhadap persepsi negatif tentang makna diri sebagai respon
terhadap situasi saat ini.

13) Factor risiko


Gangguan citra tubuh
Gangguan fungsi
Gangguan peran sosial
Harapan diri tidak realistik
Ketidakadekuatan pemahaman
Penurunan kontrol terhadap lingkungan
Penyakit fisik
Perilaku tidak konsisten dengan nilai
Pola kegagalan
Pola ketidakberdayaan
Riwayat kehilangan
Riwayat pengabaian
Riwayat penolakan
Riwayat penyiksaan (mis, fisik, psikologis,seksual)
Transisi pekembangan

Diagnosa 6 : gangguan interaksi sosial


14) Definisi :
Ketidakcukupan atau kuantitas berlebihan atau kualitas tidak efektif dari
suatu pertukaran sosial
15) Batasan Karakteristik
- Disfungsi interaksi dengan orang lain
- laporan keluarga adanya perubahan interaksi (gaya, pola komunikasi)
- ketidakmampuan berkomunikasi yang memuaskan dalam keterlibatan
sosial (rasa memiliki, kepedulian, minat, maupun sejarah bersama)
- gangguan proses pikir

1.6 Perencanaan

Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kurang Setelah di NOC Label >>
pengetahuan berikan asuhan Chemotherapy
keperawatan Management
selama 11
jam 1. Monitor kesiapan 1. Menentukan
diharapkan intervensi yan tepat
terjadi pasien sebelum dan meninkatkan
peningkatan dilakukan kesiapan pasien
pengetahuan kemoterapi. untuk
pasien dan melaksanakan
keluarga kemoterapi
dengan kriteria
hasil : 2. Meningkatkan
2. Berikan informasi pengetahuan dan
NOC Label kepada pasien kesiapan pasien
>> Knowledge untuk menjalani
tentang tujuan dan
: Cancer kemoterapi
proses
Management
kemoterapi.Berika
Pasien/ n informasi kepada
Keluarga pasien dan
dapat keluarga mengenai
menyebutk efek samping dari
an kembali kemoterapi (Mual,
tujuan dan muntah, rambut
proses rontok)
kemoterapi 3. Menurangi
Pasien/ 3. Ajarkan pasien kecemasan pasien
keluarga teknik relaksasi dan meningkatkan
dapat kesiapan pasien
untuk dilakukan
menyebutk menjalani
sebelum
an kembali kemoterapi
dikemoterapi, saat
efek dikemoterapi, dan
terapeutik setelah
kemoterapi dikemoterapi.
Pasien/
keluarga 4. Anjurkan pasien 4. Relaksasi dapat
dapat mengurangi
dan keluarga untuk
menyebutk kecemasan pasien
meminimalisasi
an kembali sebelum
rangsangan bau
efek kemoterapi, dan
samping yang menyengat mengurangi
kemoterapi (bau makanan
yang terlalu kuat)
Pasien/ 5. Meningkatkan
keluarga 5. Anjurkan pasien kesiapan keluarga
dapat untuk diet bubur untuk
menyebutk meminimalisasi
dan tidak terlalu
an kembali efek samping
banyak
penanganan kemoterapi
mengandung
terhadap
efek bumbu 6. Meningkatkan
samping kesiapan keluarga
yang timbul 6. Anjurkan pasien untuk
akibat untuk makan meminimalisasi
kemoterapi dalam porsi yang efek samping
hangat, sedikit tapi kemoterapi
sering dan
menghindari 7. Meningkatkan
makanan yang kesiapan keluarga
pedas. untuk
meminimalisasi
efek samping
7. Anjurkan pasien kemoterapi
untuk
mempertahankan
intake cairan 8. Meningkatkan
sebelum kesiapan keluarga
kemoterapi, selama untuk
kemoterapi dan meminimalisasi
efek samping
setelah kemoterapi.
kemoterapi

8. Ajarkan pasien
9. Meningkatkan
teknik non kesiapan keluarga
farmakologi untuk untuk
mengurangi mual meminimalisasi
dan muntah efek samping
( akupreser pada kemoterapi
titik P6)

9. Kolaborasi
pemberian obat
antiemetic untuk
mengurangi mual
dan muntah
(Ondansentron
4mg IV)
Ansietas Setelah Anxiety Reduction Anxiety Reduction
diberikan Mendengarkan Rasional :
asuhan penyebab Klien dapat
keperawatan kecemasan mengungkapka
selama1 x 24 klien dengan n penyebab
jam penuh kecemasannya
diharapkan perhatian sehingga
klien tidak Observasi perawat dapat
mengalami tanda verbal menentukan
kecemasan, dan non verbal tingkat
dengan kriteria dari kecemasan
hasil : kecemasan klien dan
klien menentukan
NOC: anxiety intervensi
level untuk klien
selanjutnya.
Kecem Calming Technique Rasional :
asan mengobservasi
pada Menganjurkan tanda verbal
klien keluarga untuk dan non verbal
berkura tetap dari
ng dari mendampingi kecemasan
skala 3 klien klien dapat
menjad Mengurangi mengetahui
i skala atau tingkat
4 menghilangka kecemasan
n rangsangan yang klien
yang alami.
menyebabkan
kecemasan Calming Technique
pada klien
Rasional :
Dukungan
keluarga dapat
Coping enhancement memperkuat
mekanisme
Meningkatkan koping klien
pengetahuan sehingga
klien mengenai tingkat
glaucoma. ansietasnya
berkurang
Menginstruksi Rasional :
kan klien Pengurangan
untuk atau
menggunakan penghilangan
tekhnik rangsang
relaksasi penyebab
kecemasan
dapat
meningkatkan
ketenangan
pada klien dan
mengurangi
tingkat
kecemasannya

Coping enhancement

Rasional :
Peningkatan
pengetahuan
tentang
penyakit yang
dialami klien
dapat
membangun
mekanisme
koping klien
terhadap
kecemasan
yang
dialaminya

Rasional :
tekhnik
relaksasi yang
diberikan pada
klien dapat
mengurangi
ansietas
Risiko NOC NIC
keterlambatan v Growth and
perkembanga development Pendidikan orangtua:
n delayed masa bayi

v Family coping 1. Ajarkan kepada


- Agar orang tua
orangtua tentang
mengetahui
v Breastfeeding penanda
perkembangan
ineffective perkembangan normal
normal - Mengetahui tingkat
v Nutritional
status: nutrient 2. Demonstrasikan perkembangan
intake aktivitas yang anak
menunjang - Pertumbuhan dan
v Parenting perkembangan
perkembangan
performance dipengaruhi oleh
3. Tekankan prenatal
Kriteria hasil - Zat-zat yang
pentingnya
v Pengetahuan perawatan prenatal berbahaya dapat
orangtua sejak dini mempengaruhi
terhadap perkembangan bayi
4. Ajarkan ibu - Menstimulus bayi
perkembangan
mengenai sejak dini sangat
anak
pentingnya membantu dalam
meningkat
berhenti perkembangan bayi
v BB=index mengkonsumsi - Agar
masa tubuh alkohol, merokok, perkembangan
dan obat-obatan sesuai dengan
v Perkembangan usiannya
selama kehamilan
sesuai umur
5. Ajarkan cara-cara
v Fungsi memberi
gastrointestinal rangsangan yang
adekuat berarti untuk ibu
v Makanan dan dan bayi
asupan cairan 6. Ajarkan tentang
bergizi perilaku yang
sesuai dangan usia
anak
Hambatan Setelah - - Latihan bicara yang
komunikasi diberikan Lakukan latihan sesuai dengan
verbal asuhan komunikasi dengan perkembangan anak
keperawatan memperhatikan akan menghindari
selama1 x 24 perkembangan ekploatasi yang
jam mental anak berakibat penekanan
diharapkan fungsi mental anak.
klien tidak
mengalami - Komunikasi yang
hambatan komprehensif akan
dalam - memperbanyak
komunikasi Lakukan komunikasi jumlah stimulasi
dengan kriteria secara yang diterima anak
hasil : komprehensif baik sehingga akan
verbal maupun non memperkuat
Kemampuan verbal. memori anak
Komunikasi terhadap suatu kata.
Komunikasi:
Kemampuan - Bermain akan
Berekspresi -
Berbicara sambil menigkatkan daya
Komunikasi: bermain dengan tarik anak sehingga
Kemampuan alat untuk frekwensi dan
Menerima mempercepat durasi latihan bisa
persepsi anak lebih lama.
tentang suatu hal.
Anak lebih suka
- mendengarkan kata-
Berikan lebih banyak akat dari pada
kata meskipun anak mengucapkan
belum mampu karena biasanya
mengucapkan kesulitan dalam
dengan benar. mengucapkan.

Untuk mengetahui
Lakukan sekrening jenis dan beratnya
lanjutan dengan gangguan serta
mengggunakan keterlambatan dalam
Denver Speech Test. berbicara pada anak.

Gangguan - Keparahan 1. Berfungsi dalam R) Interaksi staf


interaksi akibat hubungan satu per dengan pasien yang
sosial gangguan satu dengan anak. konsisten
proses pikir meningkatkan
menurun pembentukan
kepercayaan.
- Tingkat
kecemasan 2. Berikan anak R) Benda-benda ini
klien benda-benda yang memberikan rasa
berkurang dikenal (mis., aman dalam waktu-
- Klien dapat mainan-mainan waktu aman bila anak
mengatasi kesukaan, selimut). merasa stress.
kelupaan 3. Sampaikan sikap R) Karakteristik-
yang yang hangat, karakteristik ini
dialaminya dukungan, dan meningkatkan
kebersediaan pembentukan dan
- Klien tidak ketika pasien mempertahankan
mengalami berusaha untuk hubungan saling
disosiasi memenuhi mempercayai.
kebutuhan-
kebutuhan
dasarnya.
4. Lakukan dengan R) Pasien autistik
perlahan. Jangan dapat merasa terancam
memaksakan oleh suatu rangsangan
melakukan yang gencar pada
interaksi-interaksi. pasien tidak terbiasa.
Mulai dengan
penguatan yang
positif pada kontak
mata. Perkenalkan
secara berangsur-
angsur dengan
sentuhan,
senyuman,
pelukan. R) Kehadiran
5. Dengan kehadiran seseorang yang telah
Anda beri terbentuk hubungan
dukungan pada saling percaya,
pasien yang memberikan rasa
berusaha keras aman.
untuk membentuk
hubungan dengan
orang lain di
lingkungannya.

2. Daftar Pustaka
Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.
Edition, Lippincott, Philadelpia, New York.

Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and


Practice , 5 th Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New
York

Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year
Book, Philadelpia.
th
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 Edition,
Mosby Year Book, Philadelpia

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi


2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan
Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica
Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Pelaihari, Desember 2016


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,
( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai