Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

Speech Delay

Disusun Oleh :

Nama : Steby Patrisia Mogelea

Nim : N21020013

Prodi : D3 Keperawatan

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN AJARAN 2021/2022


1. DEFINISI
Dikatakan terlambat bicara apabila tingkat perkembangan bicara berada di bawah
tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan penggunaan kata. Apabila pada saat teman sebaya mereka berbicara dengan
menggunakan kata-kata, sedangkan si anak terus menggunakan isyarat dan gaya bicara
bayi maka anak yang demikian dianggap orang lain terlalu muda untuk diajak bermain.

2. ETIOLOGI
2.1 Retardasi mental menjadi penyebab keterlambatan bicara secara umum, terhitung
lebih dari 50 % dalam kasus ini. Semakin tinggi tingkat retardasi mental anak maka
semakin lambat dia dalam melakukan bicara yang komunikatif.
2.2 Keterlambatan perkembangan disebabkan keterlambatan pada proses neurologis
sentral yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku bicara. Kondisi ini biasanya
terjadi pada anak laki-laki dengan latar belakang keluarga dengan sejarah
keterlambatan. Prognosis anak semacam ini baik, biasanya mereka akan
mengalami perkembangan bicara yang normal ketika memasuki sekolah.
2.3 Penggunaan dua bahasa di lingkungan rumah dapat menjadi penyebab temporal
keterlambatan bicara dengan onset pada dua bahasa tersebut. Pemahaman bahasanya
berada di bawah anak-anak normal seusianya, tapi biasanya ini dapat pulih sebelum
usia lima tahun
2.4 Deprivasi psikososial terdiri dari deprivasi fisik (kemiskinan), lingkungan yang
kumuh, malnutrisi) dan deprivasi sosial (stimulasi linguistik inadekuat,
ketidakhadiran orang tua, stres emosional, pengabaian) memberi dampak pada
perkembangan bicara anak.
2.5 Autisme adalah gangguan perkembangan neurologist, onset muncul ketika anak
belum mencapai usia 36 bulan. Karakteristik anak autis ditandai dengan
keterlambatan dan deviasi perkembangan bahasa, kegagalan untuk
mengembangkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain serta perilaku
kompulsif, termasuk stereotip aktivitas motoric yang berulang-ulang. Bicara anak
autis lebih mirip bersenandung dan kurang jelas. Anak autis secara umum tidak
mampu melakukan kontak mata, banyak tersenyum, sering merespon ingin dipeluk
atau menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dan perempuan. Autisme
kebanyakan diderita oleh anak laki ketimbang anak perempuan.
2.6 Aphasia reseptif adalah penurunan pemahaman bahasa yang diucapkan; kesulitan
memproduksi kata dan keterlambatan bicara adalah konsekuensi dari ketidak
mampuan ini. Anak yang mengalami aphasia reseptif biasanya memiliki bahasa
tersendiri yang hanya dipahami oleh orang-orang yang terbiasa berinteraksi dengan
mereka.
2.7 Cerebral palsy juga mengakibatkan anak mengalami keterlambatan bicara. Banyak
penyebab keterlambatan bicara, yang paling umum adalah rendahnya tingkat
kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama baiknya
seperti teman sebaya mereka yang kecerdasannya normal atau tinggi; kurng motivasi
karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai
dengan bentuk prabicara dorongan orang tua untuk terus menggunakan “bicara bayi”
karena mereka mengira yang demikian “manis”; terbatasnya
kesempatan praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak
mereka diperkenankan bicara di rumah; terus menerus bergaul dengan saudara
sekandung yang lebih muda atau saudara kembar yang dapat memahami ucapan
khusus mereka dan penggunaan bahasa asing di rumah yang memperlambat bahasa
ibu.

3. PENATALAKSANAAN
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan
mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otot atau organ pembuat suara.
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan
pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom,
autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan.
Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik
pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena
kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan
fungsi motorik lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara
adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak
kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum
dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan
karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang
cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya
keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi
mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini
sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional. Keterlambatan bicara fungsional
merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan
bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan
perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena
keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki
dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini
merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya
kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat
penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk
usia sekolah normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan
masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan
perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak
menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan
gangguan psikologis lainnya. Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami
penderita yang mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna.
Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah,
konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling
(sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering
gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun,
brushing dan sebagainya

4. PATHWAY
5. TANDA DAN GEJALAH
1) Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap
suara yang datang dari belakang atau samping
2) Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri
3) Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan,
da-da, dan sebagainya
4) Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut sepuluh kata tunggal
5) Pada usia 20 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari,
berdiri) 6) pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
7) Pada usia 24 bulan memiliki perbendaharaan kata yang sedikit/tidak mempunyai kata-
kata huruf Z pada frase
8) Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buah
kata 9) pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarganya
10) Pada usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat-kalimat
11) Sederhana pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat
tanya yang sederhana 12) pada usia 3,5 tahun selalu gagal menyebutkan kata akhir

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
6.1 BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) Merupakan cara pengukuran
evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan
traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik. 1.2.2
Pemeriksaan audiometri Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak
yang sangat kecil dan untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak
terganggu.
Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometric.
1) Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang
diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber
bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap suara dan
menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi.
2) Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil
bermain, Misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat
tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak
cukup kooperatif.
3) Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam
silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List).
Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape
recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h,
ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam
pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantudengar (hearing
aid).
4) Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.
6.2 CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan
gambaran area otak yang abnormal.
6.3 Denver Developmental Screening Test
Dalam melakukan tes ini, terdapat beberapa perkembangan dalam penggunaan tes,
akan tetapi akan dijelaskan kembali perkembangan penggunaan test. Pada penilaian
DDST ini menilai perkembangan anak dalam 4 faktor diantaranya penilaian terhadap
personal social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar, dengan persyaratan tes
sebagai berikut : 1) Lembar formulir DDST II 2) Alat Bantu atau peraga seperti
benang wool merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,
permainan anak bola kecil, bola tennis kertas dan pensil. Selain tes audiometri, bisa
juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang
menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan :
1) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: Penyelesaian susunan gambar. Tes ini
terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum,seperti gambar
pemandangan. Salah satu bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta
untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai benar atau salah.
2) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: mendesain balok Anak diberikan pola
bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya
menggunakan kubus dua warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah.

7. PENATALAKSANAAN
  Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat
berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa.
Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah
dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau
orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya
kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif
dan rehabilitatif dibandingkan preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan
membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di
masa sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, para dokter dituntut agar lebih tanggap
terhadap proses perkembangan bicara dan bahasa pada anak. Gangguan bicara dan bahasa
pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan pada dasarnya
perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap
anak. Usaha preventif pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan
memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta
memberi tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan
seharihari. Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin
mendekati pola orang dewasa. Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat
orang dewasa merespon apa yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan
suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara
jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan dengan memperluas hingga dua kata.
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses
perkembangan bahasa anak :
1) Ekspresi kalimat seru
2) Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat
untuk mendapatkan benda
3) Mengoceh selama bermain
4) Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak
5) Menirukan suara lingkungan
6) Berusaha untuk bernyanyi
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak
disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat
melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang
terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa jenis gangguan
bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan perhatian
medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki gangguan bicara dapat
diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi
wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar.
Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa
diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya akan
dievaluasi oleh ahli terapi wicara. Anak tidak hanya membutuhkan stimulasi untuk
aktifitas fisiknya, tetapi juga untukmmeningkatkan kemampuan bahasa.bila anak
mengalami deprivasi yang berat terhadap kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman tersebut, maka akibatnya perkembangannya mengalami hambatan.
Beberapa cara menstimulasi anak diantaranya.
1) Berbicara Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap
kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaiannya, memberi
makan dan lainlain. Anak tidak pernah terlalu muda untuk diajak bicara.
2) Mengenali berbagai suara Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik,
radio, televisi. Juga buatlah suara dari kerincingan, mainan, kemudian perhatikan
bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan.
3) Menunjuk dan menyebutkan nama gambargambar Ajak anak melihat
gambargambar, kemudian gambar ditunjuk dan namanya disebutkan, usahakan
anak mengulangi katakata, lakukan setiap hari. Bila anak sudah bisa menyebutan
nama gambar, kemudian dilatih untuk bercerita tentang gambar tersebut
4) Mengerjakan perintah sederhana. Mulai memberikan perintah kepada anak misal
“letakkan gelas di meja”. Kalau perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan
perintah tadi, gunakan kata-kata yang sederhana. Terapi anak gagap diawali
dengan mengurangi stres emosional disertai bimbingan dan konseling terhadap
orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir separuh anak gagap dapat
mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli terapi wicara merupakan
bantuan yang sangat penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada
masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas
saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan ini dengan kelainan
neurologis ataupun psikis pada anak. Dalam perjalanan tata laksana gangguan
bicara dan bahasa, orang tua diharapkan untuk selalu memberikan motivasi
terhadap anak atas perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa
anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.D, Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.

Edition, Lippincott, Philadelpia, New York. Kozier Barbara et.al

Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5 th Edition, Addison


Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York

Whaley and Wong, Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
Whaley and Wong, Nursing Care of Infants and Children, 5 Mosby Year Book,
Philadelpia

Anda mungkin juga menyukai