Oleh:
ROSHAIDAR, S. Kep
N202201052
CI INSTITUSI CI LAHAN
Islamiyah, S. Kep.,Ns.,Sp.Kep.An
NIDN: 09-1912-8601
B. Etiologi
Penyebab gangguan atau keterlambatan bicara pada anak adalah sebagai berikut:
1. Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan
disekitarnya.
2. Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula, kelainan bibir
sumbing.
3. Genetika herediter
4. Gangguan karena kelainan genetik yang menurundari orang tua
5. Autisme
Gangguan bicara dan Bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism (Hoesin et
al.,2015)
D. Patofisiologi
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan
mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otot atau organ pembuat suara.
Adapun beberapa beberapa penyebab penyebab gangguan gangguan atau keterlambatan
keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi
mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional,
afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan
sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada
anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh
seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya. ainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami
gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak
menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan
gangguan psikologis lainnya. Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami
penderita yang mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna.
Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah,
konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling
(sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering
gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun,
brushing dan sebagainya (Higler, Boies and A brushing dan sebagainya (Higler, Boies and
Adams. 2008).
E. Pemeriksaan penunjang
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
Penanganan dalam gangguan bicara di awali dengan identifikasinpasien (Sastra,
2011) seperti, Riwayat keesehatan, kemampuan berbicara, kemampuan mendengar,
kemampuan kognifiti, dan kemampuan berkomunikasi, kemudian dilanjutkan dengan
diagnosis gangguan yang dialami pasien. Setelah hasil diagnosis didapatkan, barulah
diterapkan terapi yang tepat untuk pasien.
1. Terapi bicara
Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan cermin. Terapi bicara anak-
anak biasanya menggunakan pendekatan bermain, boneka, bermain peran,
memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara orang dewasa biasanya menggunakan
metode langsung, yaitu melalui latihan dan praktek. Terapi artikulasi pada orang
dewasa berfokus untuk membantu pasien agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat,
bentuk rahang, dan mengontrol nafas agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat.
2. Terapi oral motorik
Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses bicara, seperti minum
melalui sedotan, meniup balon, atau meniup terompet. Latihan ini bertujuan untuk
melatih dan memperkuat otot yang digunakan untuk berbicara.
3. Terapi intonasi melodi
Dalam terapi intonasi melodi kita dapat di terapkan pada penderita stroke yang
mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang digunakan biasanya yang
bertempo lambat, bersifat lirik, dan mempunyai tekanan yang berbeda. (Sastra, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Higler, Boies and Adams. 2008. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Hoesin, R. M., Novi., S., Sari, L., Memy, Y., D., & Ghanie, A. (2015). Angka kejadian
delayed speech diesertai gangguan perkembangan pada anak yang menjalani
pemeriksaan pendengaran di bagian neurootologi IKTHT-KL. 2(1), 121-127.
Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Law J, et all. The Efficacy of Treatment for Children with Developmental Speech
and Language Delay Disorder: A Meta-Analysis. Joumal of Speech, Language, and
Hearing Research. Vol. 47, page 924-943, August 2010
Nadwa. Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak Terlambat
Terlambat Bicara. Jurnal Pendidikan Islam. volume 7, nomor 06 Januari 2018.
Santrock, John W. 2011. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Sastra, G. (2011). Neurolinguistik suatu pengantar. Bandung: Alfabeta.