SPEECH DELAY
I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Gangguan bicara dan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa
ataupun dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak
dalam masalah bahasa (Jennifer Fusco, 2002).
Keterlambatan bicara (speech delay) dan berbahasa pada anak,
menggambarkan kemampuan (skill) anak yang berkembang, tetapi pada
tingkat yang lebih lambat dari anak-anak sebayanya sesuai dengan tahapan
tumbuh kembang anak. Masalah keterlambatan bicara dan berbahasa ini, bisa
ringan, sedang, atau berat.
1.2 Etiologi
1. Faktor Genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti
sindrom Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor Lingkungan
o Sosial Ekonomi Kurang
Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami
keterlambatan dalam berbahasa karena fasilitas berbahasa dan
pendidikan yang rendah pulan dari orang tua.
o Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman
yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang,
kualitas interaksi anak-orang tua.
o Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan
keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam
keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat,
norma-norma, agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat
yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran, dll.
(Soetjiningsih, 2001)
1.3 Tanda Dan Gejala
Tanda dan Gejala Speech Delay Anak Usia 1 tahun (12 bulan)
Menggunakan bahasa tubuh seperti melambaikan tangan ‘good-bye’ atau
menunjuk objek tertentu
Berlatih menggunakan beberapa konsonan yang berbeda
Vokalisasi atau melakukan komunikasi
Tanda dan Gejala Speech Delay Anak Usia 1-2 Tahun
Tidak memanggil ‘mama’ dan ‘dada’
Tidak menjawab bila dikatakan ‘tidak’, ‘halo’ dan ‘bye’
Tidak memiliki satu atau 3 kata pada usia 12 bulan dan 15 kata pada usia
18 bulan
Tidak mampu mengidentifikasi bagian tubuh
Kesulitan mengulang suara dan gerakan
Lebih memilih menunjukkan gerakan daripada berbicara verbal
Tanda dan Gejala Speech Delay Anak Usia 2-5 Tahun
Tak mampu menyampaikan kata-kata atau frase secara spontan
Tak mampu mengikuti petunjuk dan perintah sederhana
Kurang bunyi konsonan di awal atau akhir kata, seperti ‘aya’ (ayah), ‘uka’
(buka)
Tidak dipahami bicaranya oleh keluarga terdekat
Tak mampu untuk membentuk 2 atau 3 kalimat sederhana
1.4 Patofisiologi
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk
pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui
fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi
pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan
otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif
pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan
enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir
pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat
pembicara.
1.5 Komplikasi
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptifekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
3. Tes Tympanometri
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah
(tulang sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari
defleksi (perubahan gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak
menyakitkan, obyektif dan tidak perlu respon aktif dari pasien. Biasanya
digunakan untuk mengeliminasi kemungkinan gangguan telinga tengah jika
hasil OAE menunjukkan respon negatif.
4. Tes Audiometri
Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, dan
pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang adalah :
a) Audiometri nada murni
b) Audiometri tutur
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan mendengar nada
murni yang diberikan pada frekwensi yang berbeda melalui sebuah
headphone atau ear phone. Intensitas nada berangsur-angsur dikurangi
sampai ambang dengar, titik dimana suara terkecil yang dapat didengar
akan diketahui. Hasilnya ditunjukkan dalam desibel (dB) dan dimasukkan
ke bentuk audiogram.
Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya
nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
Untuk anak–anak biasanya dilakukan “Play Audiometri” yaitu uji
pendengaran dengan bermain dan diperlukan audiologist yang
berpengalaman untuk mendapatkan hasil yang baik. Biasanya untuk
menguji kemajuan/kemunduran fungsi pendengaran terutama pada pasien
gangguan pendengaran.
Sedangkan pada audiometric tutur dites seberapa banyak kemampuan
mengerti percakapan pada intensitas yang berbeda. Tes terdiri dari
sejumlah kata-kata tertentu yang diberikan melalui headphone atau
pengeras suara free field. Kata-kata tersebut harus diulangi oleh orang yang
dites. Setelah selesai, persentase berapa kata yang dapat diulang dengan
benar dapat diketahui.
Seringkali dianjurkan agar pasien ditidurkan atau diberi obat tidur jika
memang sulit, diminta untuk tetap tenang dan diam. Digunakan untuk
mendeteksi gangguan pendengaran pada bayi dan anak - anak yang masih
kecil.
1.7 Penatalaksanaan
Terapi
1. Terapi wicara
2. Terapi okupasi
Edukasi
1. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif
2. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
3. Konseling
1.8 Pathway
SPEECH DELAY
Ansietas Hambatan
komunikasi Resiko
verbal keterlambatan
perkembangan
Defisiensi
pengetahuan
Isolasi sosial
Ketidakmampuan
koping keluarga
2.3 Perencanaan
1. Hambatan Komunikasi Verbal
Hasil kriteria :
Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara), ekspresi pesan verbal dan
atau non verbal yang bermakna
Intervensi :
1. Berikan satu kalimat simpel setiap bertemu
2. Dorong untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi
permintaan
3. Berdiri didepan klien ketika berbicara
4. Berikan pujian positif, jika diperlukan
5. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan
informasi (bahasa isyarat)
2. Isolasi Sosial
Hasil kriteria :
Lingkungan yang mendukung yang mencirikan hubungan dan tujuan
anggota keluarga.
Partisipasi dalam bermain, penggunaan aktivitas oleh anak usia 1-11
tahun untuk meningkatkan kesenangan, hiburan, dan perkembanngan.
Intervensi :
1. Fasilitas dukungan dengan keluarga
2. Dorong lakukan aktivitas sosial dan komunikasi
3. Fasilitasi klien yang mempunyai penurunan sensori seperti
penggunaan kacamata dan alat pendengar
4. Membantu klien mengembangkan atau meningkatkan keterampilan
sosial interpersonal.
3. Ansietas
Hasil kriteria :
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas.
Intervensi :
1. Identifikasi tingkat kecemasan
2. Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
3. Gunakan pendekatan yang menenangkan
4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
5. Jelaskan semua prosedur dalam melakukan tindakan
6. Gunakan teknik relaksasi dalam untuk mengurangi rasa cemas.
4. Defisiensi Pengetahuan
Hasil kriteria :
Keluarga klien menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
Keluarga klien mampu menjelaskan kembali yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
Intervensi :
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien/keluarga klien
tentang proses penyakit yang spesifik
2. Sediakan informasi pada klien/keluarga klien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
3. Hundari jaminan kosong
4. Gambaran tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
5. Gambaran proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Ketidakmampuan Koping Keluarga
Hasil kriteria :
Mampu mengatasi masalah keluarga
Mencari bantuan keeluarga jika perlu
Partisipasi dalam pengembangan dan implementasi rencana keperawatan
Intervensi :
1. Bantu keluarga dalam mengenal masalah
2. Dorong pertisipasi keluarga dalam pertemuan kelompok
3. Dukunag emosi: memberikan penenangan, penerimaan, dan dorongan
selama periode stress
4. Menyediakan informasi penting, advokasi, dan dukungan yang
dibutuhkan untuk memfasilitasi perawatan primer klien selain dari
profesional kesehatan.
6. Resiko Keterlambatan Perkembangan
Hasil kriteria :
Pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak meningkat
Kondisi gizi adekuat
Makanan dan asupan cairan bergizi
Intervensi :
1. Ajarkan kepada orang tua tentang penandaan perkembangan normal
2. Demonstrasikan aktivitas yang menunjang perkembangan
3. Ajarkan tentang perilaku yang sesuai dengan usia anak
4. Ajarkan tentang mainan dan benda-benda sesuai dengan usia anak