Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN TUMOR OTAK


DI RUANG 12 ICU
RS DR. SAIFUL ANWAR MALANG
20 25 JUNI 2016

UNTUK MEMENUHI TUGAS PROFESI NERS

DEPARTEMEN SURGICAL

DISUSUN OLEH :

RANGGA BANGUN KRISTANTO

150070300113018

PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016
A. Anatomi dan Fisiologi Otak
Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak kepala adalah satu struktur Otot tulang yang
terdiri atas tulang-tulang kecil yang pipih yaitu tulang tulang muka dan
tulang-tulang kranium.Tulang-tulang muka membentuk kerangka muka
dan melindungi organ-organ pancaindra seperti penglihatan, penciuman
dsb ,serta merupakan perlekatan otot-otot fasial untuk ekspresi
muka.Tulang-tulang kranium melingkupi dan melindungi otak yang
rapuh, di samping untuk melekat otot-ototkepala dan leher .

Ototsuperfisialkepalayangbergunauntukekspresimukaadalah
ototmukadanototkulitkepala.Ototototekspresimukaadalahistimewa
karena salahsatu perlekatannya adalah kulit atau otot yang lain.
Bentuknya sangatbervariasidankekuatannya berbedabeda.Dibawah
kulitkepalaototyangutamaadalahepicranius.Ototiniterdiriatasotot
frontal didaerah dahi (musculus frontalis) dan otot oksipital didaerah
belakang kepala (musculus occipitalis),keduanya dihubungkan oleh
aponeurosis cranial (bangunan lebar, liat terdiri atas jaringan fibreus)
yangdisebutgaleaponeurotica.Kesampingkehilangansifatliatnyadan
melanjut ke fascia otot temporal. Galea melekat erat ke kulit kepala
denganperantaraan jaringan lemak yang padat. Otot kepalayang lain
adalah otot temporal (musculus temporalis), berbentuk kipas yang
menutupidaerahtemporal,sebagianfrontaldanparietaltulangtengkorak
kepala. Otot ini bersama dengan otot masseter (musculus masseter)
merupakanototpengunyahdanberfungsimengatupkanrahang.

Otakdibagikedalamlimakelompokutamayaitu:

1. Telensefalon (endbrain) yang terdiri atas hemisfer serebri yang


disusun oleh korteks serebri, system limbic, basal ganglia dimana
basalganglia disusunolehnucleus kaudatum, nucleus lentikularis,
klaustrum dan amigdala. Korteks serebri berperan dalam persepsi
sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses
mental canggih mis. Berpikir, mengingat, membuat keputusan,
kreativitas dan kesadaran diri. Nucleus basal berperan dalam
Inhibisitonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap,
penekananpolapolagerakanyangtidakberguna.

2. Diensefalon(interbrain)yangterbagimenjadiepitalamus,thalamus,
subtalamus, dan hipotalamus. Thalamus berperan dalam stasiun
pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap
sensasi,beberapatingkatkesadaran,berperandalamkontrolmotorik.
Hipotalamus berperandalammengaturbanyakfungsihomeostatik,
misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan
makanan. Penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin,
sangatterlibatdalamemosidanpolaperilakudasar.

3. Mesensefalon (midbrain)corpora quadrigemina yang memiliki dua


kolikulus yaitu kolikulus superior dankolikulus inferior danterdiri
daritegmentumyangterdiridarinucleusrubradansubstansianigra.

4. Metensefalon (afterbrain) ,pons dan medulla oblongata memiliki


peran. Asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, pusat
pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan. Pengaturan
refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur.
Penerimaaan danintegrasi semuamasukansinapsdrkordaspinalis
keadaanterjagadanpengaktifankorteksserebrumdanpusattidur.
Serebellum memiliki peran dalam Memelihara keseimbangan,
peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot
volunter yang terlatih. Hemisfer sendiri menurut pembagian
fungsinyamasihdibagikedalamlobuslobusyangdibatasiolehgyrus
dansulkus.

Systemsirkulasiotak
Kebutuhanenergioksigenjaringanotakadalahsangattinggiolehkarena
itualirandarahkeotakabsoluteharusselaluberjalanbaik.Suplaidarah
keotaksepertiorganlainpadaumumnyadisusunoleharteri-arteridan
venavena.

1. Arterikarotis
Arterikarotisinternadanarterikarotiseksternabercabangdari
arterikarotiskomuniskitakirasetinggitulangrawancarotid.Arteri
karotiskirilangsungbercabangdariarkusaorta,tetapiarterikarotis
komunis kanan berasal dari arteri brakiosefalika. Arteri karotis
eksternamendarahiwajah,tiroid,lidahdanfaring.Cabangdariarteri
karotis eksternayaituarteriameningea media, mendarahistruktur
struktur dalam didaerah wajah dan mengirimkan satu cabangyang
besarke daerah duramatter. Arterikarotis interna sedikit berdilatasi
tepat setelah percabangannya yang dinamakan sinus karotikus.
Dalam sinus karotikus terdapat ujungujung saraf khusus yang
beresponterhadapperubahantekanandaraharteria,yangsecarareflex
mempertahankansuplaidarahkeotakdantubuh.
Arteri karotis interna masuk keotak dan bercabang kirakira
setinggikiasmaoptikum,menjadiarteriaserebrianteriordanmedia.
Arteri serebri media adalah lanjutan langsung dari arteri karotis
interna. Segera setelah masuk ke ruang subaraknoid dan sebelum
bercabangcabang,arteri karotis interna mempercabangkan arteri
oftalmikayangmasukkedalamorbitadanmendarahimatadanisi
orbita lainnya. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada
strukturstruktur seperti nucleus kaudatus, putamen, bagianbagian
kapsula interna dan korpus kalosum dan bagianbagian lobus
frontalisdanparietalisserebri.Arteriserebrimediamenyuplaidarah
untukbagianlobustemporalis,parietalis,danfrontaliskorteksserebri
dan membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang
menyerupai kipas. Arteriini merupakan sumber darah utama girus
prasentralisdanpostsentralis.
2. Arteriverebrobasilaris
Arterivertebraliskiridankananberasaldariarterisubklaviasisiyang
sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri arteri
inomatasedangkanarterisubklaviakirimerupakancabanglangsung
dari aorta. Arterivertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medulla oblongata. Kedua
arteri tersebut bersatu membentuk arteri basilaris. Tugasnya
mendarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksifitalis dan
temporalis,apparatuskoklearis,danorganorganvestibular.
3. SirkulusArteriosusWillisi
Meskipun arteri karotis interna dan arteri vertebrobasilaris
merupakan dua system arteri terpisah yang mengalirkan darah ke
otak,tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah
anastomosisyangsirkulusarteriosuswillisi.

SelselpenyusunOtak

Otakdisusunolehneuronneurodanneuroglia.Neuronmerupakan
selsarafutamasedangkanneurogliaadalahselselpendukungneuron.Neuron
di otak tidak mengalami pertumbuhan lagi setelah dewasa, sementara
neurogliatetapmelakukanpembelahan.

1. Neuron Setiap neuron memiliki badan sel, dendrite dan akson serta
myelinyangmelapisiaksonaksonnya.Peranneurondalampenyampaian
impulsberkaitandengankemampuannyadieksitasi.Padakondisiistirahat
potensialmembraneneuronberkisarantara70mv.

2. Neuroglia

Neuroglia terdiri dari empat jenis sel yang mempunyai peran yang
berbedadalammenunjangsystemsaraf.
Astrositbentuknyasepertibintangmempunyaibeberapaperanyaitu:
a. Sebagaiperekatantarneuron
b. Sebagaitanggayangmenuntunneuronyangsedangtumbuhselamamasa
Janin.
c. Menginduksi perubahan anatomis dan fungsional pembuluhpembuluh
darahhalusdiotak.
d. Berperandalampembentukanjaringanparutotak.
e. Menunjang neuron secara metabolic,dengan menyerab glutamate dan
GABA.
f. MenyerapkelebihanK+dariCESotak.
Oligodendrosit: membentuk myelinyang merupakan insulator dan circuit
localyangmempercepattransmisiimpuls.
Selependimal:memberronggaronggainternalSSP.
Microglia:berperansebagaimakrofag,penyapubendaasingdiSSP.(8)

B. Definisi
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam
tulang tengkorak.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,
prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. (1)

C. Epidemiologi
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen)
dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51
sampai 60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai
kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari
135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang
dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi
karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2
persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak,
suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine
angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis
tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39-26%), sisanya
terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
(11)

D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun
faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.

b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh.Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya.Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma.Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.

e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan.Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.

f. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma
(neoplasma selaput otak).Pengaruh trauma pada patogenesis
neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.(10)

E. Klasifikasi
a. Berdasarkan gambaran histopatologi,klasifikasi tumor otak yang
penting
dari segi klinis :

Primary brain tumor:


*Histologically benign or malformative
Mengioma
Pituitary adenoma
Acustic neuroma
Craniopharyngima
Pilocytic astrocytoma
Hemangioblastoma
*Histologically malignant
Glioma
Anaplastic Astrocytoma
Glioblastoma multiforme Ependymoma
Medulloblastoma
Oligodendroglioma
Pineal cell tumor
Choroid plexus carcinoma
Primitive neuroectodermal tumors
Metastatic brain tumors:
Single or multiple metastases
Meningeal Carcinomatosis

b. Berdasarkan prediksi dan topografi :


*Supratentorial Tumors
Cerebral lobe and deep hemispheric tumors
- Gliomas (astrocytomas & glioblastomas)
- Meningiomas
- Metastases
Sella turcica tumors
- Pitutary adenomas
- Craniopharyngiomas
*Infratentorial Tumors
Pada Dewasa
Cerebellopontine angle tumors
- Acoustic schwannomas
Other sites
- Brainstem gliomas
- Metastases
- Hemangioblastomas
- Meningiomas

Pada Anak-anak
Midline tumors
- Medulloblastomas
- Ependymomas
Tumors of cerebellar lobes
- Astrocytomas. (2)

F. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif.
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan
oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan
tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron.Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak.Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist
fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema
sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan.Obstruksi vena
dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.Peningkatan tekanan
intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf
otak ketiga.Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi
dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial
yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi), dan gangguan pernafasan. (9)

G. Gejala Klinis
Tumor serebri merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara
dini, karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang
menyesatkan dan meragukan tapi umumnya berjalan progresif.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
a. Gejala serebral umum : nyeri kepala, kejang
b. Gejala tekanan tinggi intracranial
c. Gejala tumor otak yang spesifik

a. Gejala serebral umum


Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia),
yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah
tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan
sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan
ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai
pada 2/3 kasus.
Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan
30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan
gejala lanjut ditemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi
dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya
bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi
serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi
intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia
perlu dicurigai tumor otak.
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh.
Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan
berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan
interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan
semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek.
Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk,
bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau
koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring,
dan berkurang bila duduk.
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain
sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf.
Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang
berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
Muntah
Terdapat pada 30% kasus, lebih jarang dibanding dengan nyeri
kepala dan umumnya disertai dengan nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual.
Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak
pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak.
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang
korteks motorik.Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan
dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang
sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karma
epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III
dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor
otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak
bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50%
pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25%
pada glioblastoma.
b. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang
timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan
kesadaran.Pada pemeriksaan diketemukan papil udem.Keadaan
iniperlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman
herniasi.Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya
N.VI oleh TTIK.Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK
tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma,
spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan
craniopharingioma.
c. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
*Lobus frontal
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese
kontra
lateral, kejang fokal
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
Tumor di lobus frontalis daerah prefrontal bisa memberikan
gejala gangguan mental sebelum munculnya gejala lainnya, berupa
perubahan perasaan, kepribadian dan tingkah laku serta penderita
merasakan perasaan selalu senang (euforia); jadi menyerupai gejala
psikiatris.Makin besar tumornya, gejala gangguan mental ini semakin
nyata dan kompleks.Afasia motorik (gangguan bicara bahasa berupa
hilangnya kemampuan mengutarakan maksud) bisa terjadi bila tumor
mengenai daerah area Broca yang terletak di belahan kiri
belakang.Reflek memegang (grasp reflex) juga khas untuk tumor di
lobus frontalis ini.
Pada stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan penghidu
(anosmia), gangguan visual, gangguan keseimbangan dalam berjalan,
gangguan bola mata karena kelumpuhan sarafnya serta edema papil.
*Lobus parietal
- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan
pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns
Tumor di lobus parietalis pada umumnya akan memberikan
gejala berbagai bentuk gangguan sensoris. Lesi iritatif bisa
menimbulkan gejala parestesi (rasa tebal, kesemutan atau seperti
terkena aliran listrik) di satu lokasi, yang kemudian bisa menyebar ke
lokasi lainnya. Lesi destruktif akan menyebabkan hilangnya berbagai
bentuk sensasi, tapi jarang anestesi total. Gangguan diskriminasi
terhadap rangsang taktil, astereognosis (tak bisa mengenali bentuk
benda yang ditaruh di tangan) merupakan bentuk-bentuk gejala yang
sering timbul. Tumor yang tumbuh ke arah lebih dalam bisa
menimbulkan gejala hiperestesi, seperti merasakan rangsang yang
berlebih padahal rangsang yang sebenarnya terjadi hanya ringan.Atau
bisa juga mengenai jalur optik (radiatio optica) sehingga timbul
gangguan penglihatan sebagian.
*Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor,
yang
didahului dengan aura atau halusinasi
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat
diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism.
Tumor lobus temporalis bila berada di daerah unkus akan
menimbulkan gejala halusinasi pembauan dan pengecapan
(uncinate fits) disertai gerakan-gerakan bibir dan lidah (mengecap-
ngecap). Bila lesinya destruktif akan menimbulkan gangguan
pembauan dan pengecapan walau tidak sampai total. Tumor di
lobus temporal bagian media bisa menimbulkan gejala "seperti
pernah mengalami kejadian semacam ini sebelumnya" (deja
vu).Bisa juga terjadi gangguan kesadaran sesaat (misalnya selagi
penderita berjalan kaki) tapi tidak sampai terjatuh.Gangguan cmosi
berupa rasa takut/panik bisa juga muncul.Berkurangnya
pendengaran bisa terjadi pada tumor yang mengenai korteks di
bagian belakang lobus temporal. Tumor di hemisfer dominan bagian
belakang (area Wcrnicke) menimbulkan gejala afasia sensoris, yaitu
kehilangan kemampuan memahami maksud pembicaraan orang
lain. Tumor yang berkembang lebih lanjutakan melibatkan jalur
kortikospinal sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota badan
sisi kontralateral. Bisa juga terjadi herniasi dan menekan batang
otak sehingga menyebabkan gangguan pada beberapa saraf kranial,
misalnya terjadi dilatasi pupil sesisi yang menetap atau
menghilangkan reflek kornea.
*Lobus oksipital
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
Tumor di lobus oksipitalis memberikan gejala awal ter- utama nyeri
kepala.Gejala khas yang muncul yaitu defek lapangan penglihatan
sebagian. Lesi di hemisfer dominan bisa menimbulkan gejala tidak
mengenal benda yang dilihat (visual object agnosia) dan kadang-
kadang tidak mengenal warna (agnosia warna), juga tidak mengenal
wajah orang lain (prosopagnosia).
*Tumor di ventrikel ke III
- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi
peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri
kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.
*Tumor di cerebello pontin angie
- Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
- Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya
berupa gangguan fungsi pendengaran
- Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari
daerah pontin angel
*Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan

*Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan
cepat
terjadi disertai dengan papil udem.
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi
menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya
batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan
pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak
terputus- putus.Untuk mengetahui gambaran edema papil
seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal
terlebih dahulu.Pe- nyebab edema papil ini masih
diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena
sentralis retinae.Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau
pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga
mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus.
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal

*Tumor fossa posterior


- Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah
disertai
dengan nistagmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastoma.
Penekanan pada otak bisa menyebabkan perubahan kepribadian
dan menyebabkan penderita merasa mengantuk, linglung dan tidak
mampu berfikir. (7)

H. TUMOR OTAK DAN KELAINAN PSIKIATRI


Tumor otak dapat timbul di berbagai bagian dari otak; di jaringan otak,
selaput otak, sistim.ventrikel, pleksus koroid, glandula pinealis, hipofisis
dan lain-lain. Tumor otak dapat bersifat primer atau sekunder sebagai
akibat metastasis dari tumor di bagian lain.
Manifestasi klinis tumor otak tergantung dari beberapa faktor, antara
lain :
Jenis dan sifat tumor
Kecepatan pertumbuhan dan penyebaran
Lokalisasi tumor
Kecepatan kenaikan tekanan intrakranial.
Tumor otak paling sering mengakibatkan timbulnya kelainan psikiatri
baik secara langsung maupun tidak langsung. Timbulnya gejala psikiatri
biasanya akan terlihat lebih awal. Kalau perjalanan penyakit demikian,
maka tidak terlalu sulit untuk mendeteksi tumor otak tersebut. Namun
seringkali di- dapatkan perjalanan penyakit yang sebaliknya, yaitu gejala
psikiatri muncul lebih dahulu sehingga tidak jarang pasien di- diagnosis
dan diterapi sebagai sehizophreniform, karena pada kasus demikian
memang tidak ditemukan gejala-gejala yang nyata; atau kalau didapatkan
gejala neurologis, penyakitnya sudah semakin parah. Gejala psikiatri ini
perjalanannya dapat cepat atau pelan-pelan dan bervariasi cukup luas;
sehingga tidak dapat untuk pedoman dalam menentukan stadium tumor
otak.
Dengan perkataan lain, kelainan psikiatri yang timbul pada tumor
otak yang tidak menunjukkan gejala neurologik yang jelas perlu
diwaspadakan. Pada kasus demikian perlu dilakukan pemeriksaan CT
Sean kepala dan penanganan selanjutnya.

I. PROBLEM PSIKIATRI PASIEN TUMOR OTAK


Pasien yang menderita tumor otak seringkali menghadapi problem
psikiatri yang berpengaruh pula terhadap keluarganya, lingkungannya dan
semua yang terkait dengannya. Aspek psikiatri akan muncul setelah
diketahui ada tumor otak, selama dalam perawatan, pengobatan,
rehabilitasi maupun saat meng- hadapi stadium terminal.
Problem psikiatri yang timbul pada umumnya berkisar pada permasalahan
sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya sendiri
2) Antisip'asi dari dokter yang merawatnya
3) Lasputaksasi (yang pada umumnya cukup lama)
4) Informasi mengenai diagnosis penyakit, terapi/operasi dan pasea
operasi serta rehabilitasi
5) Fungsi organ tubuh pasea operasi
6) Keadaan terminal.
Frekuensi problem pada pasien tumor otak (yang se- belumnya bukan
penderita gangguan jiwa) menurut Leponski :
1) Basic Stress Psychology yang berhubungan dengan diagnosis,
perawatan dan rencana penanganan selanjutnya.
2) Komunikasi informatif tentang rencana tindakan (operasi) dengan
berbagai alternatif yang mungkin timbul.
3) Persiapan pre dan post operasi.
4) Pengertian psikodinamik mengenai hubungan antarapasien- dokter
keluarga dan lingkungan.
Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan para dokter yang
menangani tumor akan memperhitungkan bahwa kemungkinan akan
dapat timbul kelainan psikiatri pada pasien itu sendiri maupun
keluarganya.

J. GEJALA PSIKIATRI TUMOR OTAK


Gejala psikiatri tumor otak variasinya cukup banyak, ber- beda-beda bagi
tiap-tiap pasien walaupun diagnosisnya sama, bahkan pada seorang
pasien seringkali gejalanya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Karena
gejala psikiatri ini tidak membentuk suatu sindrom psikiatri yang khas
maka kelakuan psikiatri yang timbul pada tumor otak tidak dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis tumor dan lokalisasinya.Namun
demikian kalau dicurigai dapat diperiksa lebih lanjut (misalnya CT Sean
kepala) untuk me- yakinkan diagnosis dan tindakan selan jutnya.
Gejala psikiatri yang sering timbul pada tumor otak antara lain .
1) Gangguan fungsi intelek; yang paling menonjol ialah menurunnya
fungsi pertimbangan dan tata sosial pada umumnya. Kelakuan ini
tergantung pada jenis dan lokalisasi tumor serta gambaran
kepribadian premorbid.
2) Gangguan fungsi berbahasa; gejala ini biasanya mengabur- kan gejala
psikiatri lain namun justru pada kasus demikianperlu diperiksa lebih
teliti.
3) Hilangnya daya ingat; terutama atas peristiwa yang baru saja terjadi,
sedang peristiwa yang sudah lama kadang-kadang masih diingat baik.
Seringkali dapat muncul seperti sindrom Korsakoff.
4) Gangguan emosi; pasien menjadi Icbih Ickas marah, atau dapat pula
dalamkeadaan depresi.
5) Kemunduran taraf kecerdasan secara umum.
6) Gangguanorientasi.
7) Kelainan dan perubahan tingkah laku/kepribadian (per- sonality
changes).
8) Gejala-gejala neurologik yang samar.

Di samping gejala-gejala psikiatri yang timbul akibat tumor otak, juga


timbul reaksi dari pasien terhadap penyakit tersebut antara lain :
1) Stres emosional meliputi terapi/perawatan dan prognosis- nya serta
problem biaya.
2) a) Perasaan berdosa dan bersalah yang tidak atau belum ter-
selesaikan.
b) Kesadaran akan tugas yang belum selesai.
c) Kesempatan kesempatan yang terbengkalai.
d) Cemas akan perpisahan.
e) Problema psikis yang belum terselesaikan.
Kelainan psikiatri dapat pula timbul setelah tindakan (operasi) terhadap
tumor otak, misalnya :
1) Komplikasi psikiatri postoperatif yang berhubungan dengan :
a. Tingkat anxietas pre operatif.
b. Harapan yang realistik/tidak realistik.
c. Sikap denial dari pasien.
2) Anxietas, kecemasan dan persepsi lingkungan.
3) Dependency; bahkan sering terjadi tingkah laku regresif (regressive
behaviour) baik fisik maupun emosional.
4) Reaksi depresi, murung, lesu, tak ada gairah hidup, merasa berdosa,
merasa mendapat kutukan, menyesali diri sendiri, ke- inginan untuk
bunuh diri.
5) Keluhan-keluhan hipokondriasis.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelainan psikiatri pada
tumor otak timbul sebagai :
a) Gejala dari tumor yang dapat timbul lebih dini maupun pada
saat-saat Ianjut.
b) Reaksi pasien terhadap tumor.
c) Reaksi pasien terhadap rencana tindakan, pasea tindakan dan
problem finansial.
d) Komplikasi psikiatrik pasca operasi. (6,7,12)

Gejala ini sangat serius dan memerlukan penanganan medis segera.

Astrositoma & Oligodendroglioma


Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang
pertumbuhannya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang.Jika
lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik)
bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya
rasa dan langkah yang goyah.Astrositoma yang paling ganas adalah
glioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat cepat sehingga
menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan
sakit kepala, berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak
(meningen) bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada
lokasi pertumbuhannya.Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang,
gangguan penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan.Pada
penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan
dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.

Tumor Pinealis
Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur
jam biologis tubuh, terutama pada siklus normal diantara bangun dan
tidur.Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada
masa kanak-kanak dan seringkali menyebabkan pubertas dini.Tumor ini
bisa merusak pengaliran cairan di sekitar otak, sehingga terjadi
pembesaran otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak
yang serius.

Tumor Kelenjar Hipofisa


Kelenjar hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem
endokrin tubuh.Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara
abnormal menghasilkan sejumlah besar hormon hipofisa:- Peningkatan
kadar hormon pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan gigantisme
(tumbuh sangat tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak
proporsional dari kepala, wajah, tangan, kaki dan dada)- Peningkatan
kadar kortikotropin menyebabkan sindroma Cushing- Peningkatan kadar
TSH (thyroid-stimulating hormone) menyebabkan hipertiroidisme-
Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan amenore (terhentinya siklus
menstruasi), galaktore (pembentukan ASI pada wanita yang tidak sedang
menyusui) dan ginekomastia (pembesaran payudara pada pria).Tumor
kelenjar hipofisa juga bisa erusak jaringan yang menghasilkan hormon,
yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan hormon dalamtubuh.
Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang
luar pada kedua mata.
Tumor di daerah presentral bisa menimbulkan gejala kejang fokal
pada sisi kontralateral.Kelumpuhan motorik timbul bila terjadi destruksi
atau penekanan oleh tumor terhadap jalur kortikospinal.
Tumor di kelenjar hipofisis akan memberikan gejala sesuai dengan sel
kelenjar endokrin yang terkena. Adenoma eosinofil pada anak akan
menyebabkan pertumbuhan raksasa, sehingga lebih besar dan tinggi
dibanding anak seumurnya. Sedang pada orang dewasa akan
menyebabkan pembesaran tangan, kaki, jari-jari, mandibula, penebalan
kulit dan lidah (akromegali). Adenoma basofil menyebabkan penimbunan
lemak di daerah wajah, bahu, abdomen disertai pengecilan alat genital
(distrofia adiposogenitalis).Adenoma khromofob menyebabkan bertam-
bahnya berat badan dan menurunnya libido.
Tumor pada girus angularis kiri bisa menimbulkan gejala yang
disebut aleksia (kehilangan kemampuan memahami kata- kata
tertulis).Sedang pada yang kanan menyebabkan gejala berupa gangguan
dalam menyadari adanya sisi sebelah dari tubuh.
Tumor di daerah mesensefalon sering menekan jalur supra nuklear
dari nukleus n. III & IV sehingga menimbulkan gangguan konyugasi bola
mata.Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anisokori) yang bereaksi
negatif terhadap rangsang cahaya.Tremor, nistagmus dan ataksia bisa
terjadi bila jalur ke serebelum ikut terlibat, dcmikian juga spastisitas
anggota badan karena terlibatnya jalur kortikospinal.Penekanan terhadap
jalur aliran likuor menimbulkan hidrosefalus sehingga nycri kepala ke-
mudian edema papil timbul.
Tumor di daerah pons dan medula oblongata biasanya menimbulkan
gejala fokal permulaan berupa paresis n. VI unilateral sehingga bola mata
tidak bisa melirik ke sisi lesi, disertai diplopia (melihat dobel).Nycri
kepala dan pusing (vertigo) yang diperberat oleh rotasi kepala juga
merupakan gejala yang umum terjadi. Mengingat daerah ini merupakan
tempat beradanya Beberapa inti saraf kranial, maka akan timbul pula
beberapa gejala akibat disfungsi saraf kranial tersebut. Hemiparesis
alternans merupakan salah satu ciri lesi di daerah ini.
Tumor di serebellum biasanya menyerang anak-anak. Gejala yang
menonjol pada fase awal berupa kenaikan tekanan intrakranial akibat
penekanan jalan likuor sehingga terjadi hidrosefalus.Biasanya terjadi pula
gangguan keseimbangandalam berdiri dan berjalan. Ini bisa diperiksa
dengan menyuruh penderita berdiri sambil menutup mata, penderita akan
goyang (test Romberg). Tumor serebelum di daerah lateral (hemisfer)
lebih menonjolkan gejala nistagmus yang nyata ke arah sisi lesi, sedang
bila tumor di daerah median tidak menunjukkan nistagmus yang jelas.
Juga ataksia lcbih menonjol pada anggota badan sebelah sisi lesi. (11)

K. Pemeriksaan Penunjang
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan
yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai
perubahan kepekaan neuron.
Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga
mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar
pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan
diagnosa.
Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-
daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak
mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan
akumulasi abnormal zat radioaktif
Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya
(ganas atau jinak).
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang
diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel
kanker.Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak
dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba
bisa menyebabkan herniasi.Pada herniasi, tekanan yang meningkat di
dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang
sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang
otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak
(pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami
gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan
kematian.

CT SCAN

CT sudah menjadi prosedur diagnostik yang paling penting dalam


cvaluasi penderita yang diduga mengidap tumor intra- kranial.Sensitifitas
CT untuk mendeteksi dini masa intrakranial khususnya neoplasma cukup
tinggi (80% 98%). Karena gambaran CT dari beberapa lesi intrakranial
dapat menyerupai satu sama lain seperti kata Kricheff "Everything can
look like everything", maka CT tidak selalu dapat membuat diagnosis
patologi secara tepat. Rangkaian pemeriksaan CT dapat membantu
membedakan kondisi non-neoplastik, misalnya infark, hematoma, lcsi
vaskuler dari suatu neoplasma.
CT lebih sensitif daripada foto polos kranium dalam mendeteksi
kalsifikasi intrakranial; namun demikian pemeriksaan foto polos kranium
dan tomografi konvensional dapat melengkapi dan memberikan informasi
tambahan yang penting, misalnya adanya perubahan karena erosi tulang
yang khas.Adanya perubahan pada tulang sangat penting di dalam menilai
regio seta tursika dan kanalis akustikus internus.
Angiografi penting sebagai prosedur tambahan dan pe- lengkap untuk
menentukan pola vaskuler yang abnormal dari beberapa neoplasma, juga
di dalam menentukan adanya lesi vaskuler yang menyerupai neoplasma.
CT sudah menggantikan pemeriksaan dengan menggunakan udara,
misalnya pneumoensefalografi, kecuali pada diagno- sis neurinoma
akustik intrakanalikuler yang sangat kecil; lcsi tersebut dapat ditentukan
dengan air CT-cysternogram atau gas meatografi.

Ke khas-an CT Scan Pada Diagnosis Neoplasma Intrakranial

1. Lokasi yang khas


Lokasi tumor merupakan salah satu kekhasan CT yangsangat membantu
untuk mendcfcrensiasi diagnosis suatu neoplasma.Lokasi ekstraaksial
adalah khas untuk tumor-tumor jinak (sela tursika, sudut serebelopontin
dan daerah di sekitar duramater). Lokasi intraaksial di dalam substansi
otak bagian dalam biasanya khas untuk neoplasma ganas.
2. Usia penderita saat pertama kali menunjukkan gejala.
3. Absorpsi radiasi yang khas (density) sebelum dan sesudah enhancement
media kontras.
4. Komposisi tumor.
5. Konfigurasi tumor.
Tepi yang rata biasanya suatu tumor jinak, sedangkan tepi yang ireguler
dan berbatas tidak tegas biasanya suatu tumor ganas.
6. Multiplikasi.
Multiplikasi suatu tumor intraaksial biasanya suatu metastasis.

L. NEOPLASMA SUPRATENTORIAL
A. MENINGIOMA
Pada umumnya terjadi di daerah yang banyak mengandung granulatio
arakhnoid yaitu zona parasagital, falk, lengkung serebral, sphenoid ridge
dan celah olfaktorius, Berlokasi ekstra- serebral (ekstraaksial) dan
berkapsel.Gambaran histologinya jinak dan biasanya tidak residif sesudah
ekstirpasi bedah yang lengkap. CT dapat mendeteksi meningioma yang
kecil 5 7 mm dan biasanya tumor-tumor ini ditemukan secara kebetulan.
Gambaran CT :
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup
spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pe- meriksaan angiografi dan
eksplorasi bedah.Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh
darah ke meningiomanyadan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri
dan venanya.
CT tanpa kontras :
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen
atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas.Bagian yang
hiperdens dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.
Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang
prominen apabila disertai dengan komponen kistik, nckrosis, dcgencrasi
lipomatous atau rongga-rongga CSF yang loculated.
Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang
biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan pa- renkim di sekitamya dan,
hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efck masa yang bermakna.
CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata
kecuali lesi-lesi dengan perkapuran.Pola enhancement biasanya homogen
tajam (intense) dan berbatas tegas.
Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif
spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. Di sekitar
lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense
semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan
enhancement heterogen yang kompleks.

B. GLIOMA

Glioma merupakan neoplasma intraserebral (intraaksial) yang


maligna.Gambaran infiltrat tumornya berbatas ireguler, tepinya bergerigi
(jagged-edged border).Tumor-tumor supra- tentorial dapat berasal dari
dalam korteks serebri dan meng- adakan ekstensi ke dalam korpus
kalosum, basal ganglia atau talamus.Gambaran patologi glioma bervariasi
dalam derajat kalsifikasi, nekrosis, perdarahan, pembentukan kista,
neovaskuler dan aplasia seluler di dalam individual gliomanya.
Neoplasma ini dapat diklasifikasikan sebagai astrositoma gradasi rendah,
astrositoma anaplastik atau glioblastoma multiforme.Klasifikasinya
dipersulit oleh 2 problem.Ke satu, per- bedaan regio dari suatu individual
glioma dapat mempunyai per- bedaan gambaran patologik yang khas.Ke
dua, glioma dapat memperlihatkan perubahan dengan waktu dan menjelma
menjadi maligna.
Gambaran CT :
Biasanya meretleksikan suatu lesi infiltratif dan patologi keganasan tumor
yang khas.
1. Astrositoma Gradasi Rendah :
Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk yang
iregulcr dan tepinya bergerigi. Astrositoma yang lain berbentuk bulat
atau oval dengan tepi yang tegas yang dapat disertai dengan kista.
Adanya tumor kistik akanlebih nyata bila ditemukan fluid level di
dalam lesi atau adanya kebocoran kontras media ke dalam tumornya.
Kalsifikasi tampak path 810% dan efek masa tampak pada
50%.Enhancement terlihat pada 50%, biasanya merata dan tidak
tajam.
2. Astrositoma Anaplastik
CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau dcnsitas
campuran yang heterogen. Enhancement media kontras tampak pada
78%, dapat berupa gambaran lesi yang homogen, nodulcr atau pola
cincin yang kompleks.
3. Glioblastoma Multiforme
Gambaran CT bervariasi, hal ini merefleksikan gambaran patologinya
yang heterogen. Pola yang khas, lesi berdensitas campuran yang
heterogen atau hipodens, yang pada pemeriksaan paseakontras
menunjukkan bentuk yang ireguler dengan pola enhancement cincin
yang ketebalannya bervariasi, dan biasanya ada efek masa.
Adanya penebalan dan pelebaran dari septum pelusidum yang
tampak path enhanced seansangat spesifik untuk neoplasma
intraaksial. Hal ini tampak pada glioma dan metastasis tetapi tidak
tampak pada meningioma atau adenoma hipofisis.
Diagnosis Diferensial :
Tanda khas glioma berupa lesi yang bentuknya ireguler,
berdensitas heterogen dengan enhancement cincin yang tebalnya
bervariasi biasanya dapat dibedakan dari suatu meningioma yang
bentuknya lebih reguler dan densitasnya lebih homogen (pada
pemeriksaan dengan media kontras).
Bila lesinya tunggal, tidak selalu dapat dibedakan antara glioma
dari metastasis, limfoma atau sarkoma.
Pada beberapa kasus, pola CT dari infark serebri dapat
menyerupai suatu glioma. Bila di ferensiasinya tidak dapat dibuat
pada CT polos, ulangan CT dapat dilakukan 7 10 hari kemudian.

Hal-hal penting dalam diagnosis diferensial suatu infark adalah :


- bentuknya reguler dibatasi vaskuler.
- efek masa kurang dibanding dengan glioma.
- pada umumnya menyebabkan gyral enhancement dan jarang
menunjukkanenhancement noduler atau cincin tipis di bagian
perifernya.
4. Thrombosed angioma.
CT menunjukkan gambaran lesi hiperdcns dengan per- kapuran-
perkapuran yang tersebar dan seringkali mempunyai pola
kurvilinier.Lesi ini seringkali tidak menunjukkan enhancement, dapat
juga memperlihatkan enhancement yang tubuler atau
serpiginous.Pola lebih lanjut adalah pembuluh darah yang abnormal,
efek masa yang minimal dan peicbaran ventrikuler dan sisterna di
dekatnya karena perubahan atrofi degenerasi yang disebabkan oleh
angioma.
C. METASTASE
Metastasis intrakranial dilaporkan terjadi pada 20% 30% penderita
dengan karsinoma sistemik. Metastasis intraserebralpada umumnya
berlokasi pada perbatasan substansia alba dan grisea atau di dalam kortek
superfisial. Nodul-nodul tumor biasanya tersebar dan hanya sedikit yang
disertai edema peritumoral yang ekstensif di sekitarnya. Deposit-deposit
metastasis ini merupakan basil dari penyebaran hematogen yang
mengikuti distribusi aliran darah dan paling sering berlokasi pada daerah
arteria serebri media; 80% berlokasi supratentorial dan 20%
infratentorial; 35% soliter dan 65% lesi-lesi yang multipel.
Metastasis intrakranial secara nyata dapat dideteksi oleh CT bahkan
pada diameter kurang dari 10 mm, lesi terkecil yang dapat dideteksi
adalah 5 mm.
Gambaran CT :
- Suatu lesi hipodens (disertai dengan edema peritumoral) dan gambaran
seperti daun pakis.
- Suatu nodul hiperdens kecil yang terletak perifer dan me- nunjukkan
enhancement pada pasea kontras.
- Suatu lesi hipodens (pada CT polos) dan enhancement cincin yang
kompleks pada pasea kontras. Gambaran ini dapat identik dengan
glioma.
- Suatu lesi kistik metastasis, berupa lesi hipodens bertepi tegas dengan
enhancement cincin di bagian perifernya. Lesi kistik non-metastasis
dapat memberikan gambaran yang identik.
- Suatu lesi hiperdens tidak berkapur dengan enhancement yang dens.
Pola ini dapat menyerupai meningioma.

Hal yang penting adalah melakukan pemeriksaan dengan media


kontras pada semua kasus yang dicurigai suatu metastasis intrakranial
karena lesi-lesi metastasis seringkali memperlihatkan gambaran isodens
path CT polos. Pemeriksaan kontras dengan double dose dan delayed
sean(misalnya 1 jam sesudah infus) dilakukan pada lesi-lesi yang tidak
tampak pada pemeriksaan biasa.
Dapat terjadi penderita dengan keluhan, pada permulaan pemeriksaan
CT masih negatif, tetapi pada ulangan pemeriksa- an CT 2 minggu
kemudian memperlihatkan lesinya. CT sangat membantu mendeteksi suatu
occult metastases pada suatu neo- plasma bronkogenik primer.Pada
penderita-penderita dengan dugaan suatu metastasis, penting mengadakan
evaluasi adanya perubahan atau destruksi tulang. Lesi-lesi maligna lain
yang memberikan gambaran identik dengan metastasis adalah limfoma,
sarkoma, plasmasitoma aura deposit leukemik

D. Tumor-tumor Supratentorial yang Lain


1. Gliosis dengan penyebab yang tidak diketahui.
Hal ini dapat terlihat pada perubahan reaktifitas yang non- spesifik dari
suatu jaringan misalnya pasea bedah, trauma, neo- plasma, infeksi, dan
lesi-lesi demielinisasi.Gliosis reaktif dapat terjadi pada bagian perifer
dari neoplasmanya atau pada daerahdemielinisasinya yang terjadi
spontan tanpa diketahui kausanya.
Gambaran CT :
- Suatu lcsi hipodens yang tidak menunjukkan enhancement.
-Suatu lesi berdensitas campuran dengan enhancement noduler, cincin
atau bentukserpiginous.
Gambaran CT suatu lesi dapat berubah dengan
meningginyaenhancement kontras pada pemeriksaan
berikutnya.Diagnosis pasti hanya dapat ditentukan secara biopsi dan
tidak diketahui mengapa resolusi spontan dari keadaan ini dapat
terjadi.Diagnosis gliosis hanya dapat ditentukan secara bedah atau
nekropsi patologis.
2. Sarkoma Sel Retikulum
Neoplasma ini biasanya terjadi pada penderita-penderita dengan
kelainan imunologi, dapat berupa lesi yang tunggal atau ganda,
berlokasi khas pada basal ganglia, talamus, korpus kalosum,
periventrikuler pada substansia alba dan vermis serebeli.
Gambaran CT :
Berupa lesi-lesi iso atau hiperdens, non-kalsifikasi dan dengan
enhancement noduler yang homogen.
3. Ependimoma
Ependimoma pada hemisferium serebri dapat memperlihatkan
gambaran kistik atau kalsifikasi. Biasanya memperlihatkan
enhancement kontras dengan densitas yang komplek, dan tidak dapat
dibedakan dari glioma yang lain.
4. Oligodendroglioma
Biasanya berlokasi di dalam hemisferium serebri.Tandapatologi yang
sangat khas adalah perkapuran peritumoral yang padat.
Gambaran CT :
Perkapuran di bagian perifer, linear atau pola globuler yang
padat.Dapat mempunyai gambaran hipodens di bagian sentral yang
merupakan nekrosis sentral, pembentukan kista atau degenerasi
mukoid gelatinosa.Oligodendroglioma biasanya memperlihatkan
enhancement yang lemah.Apabila ada perubahan anaplastik, maka
enhancement kontras yang intensif dapat terlihat. (2,3,4)

M. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai
menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu yaitu CT-Scan dan MRI.Dari anamnesis kita dapat mengetahui
gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan
gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.Misalnya ada tidaknya nyeri
kepala, muntah dan kejang.Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan
deficit lapangan pandang. (6)

N. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita
tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual (7)

O. Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif.
Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas,
sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal
berikut :
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik. (6)

P. Prognosis
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di
Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang
tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka
ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi
tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk,
berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah
sakit di Jakarta. (1)

Q. Terapi
Pengobatan tumor otak akan mencapai suatu hasil yang baik, bila hal itu
didasarkan pemeriksaan histopatologi yang dibuat sebelumnya. Biasanya
ahli bedah saraf atau ahli radioterapi menentukan pengobatan yang
terbaik bagi pasiennya berdasarkan basil pemeriksaan histopatologi; tapi
kenyataannya tindakan untuk mengambil contoh jaringan sering
mendapat kesulitan-kesulitan. Terlebih bila tindakan biopsi tersebut harus
melewati daerah penting seperti area motorik, juga bila dijumpai penyulit
lain seperti peningkatan tekanan di dalam kepala, atau pada lesi yang
banyak mengandung pembuluh darah.

Lesi-lesi tertentu di dalam kepala sering diobati dengan radiasi external


hanya berdasarkan gambaran klinis dan radiologi, tanpa didasarkan
pemeriksaan biopsi. Lesi-lesi tersebut termasuk tumor intrinsik dari
batang otak, lesi di daerah pineale dan posterior dari ventrikel ketiga, lesi
yang terletak pada susunan subkortikal yang dalam (terutama thalamus),
walaupun pengobatan tumor otak paling baik berdasarkan pemeriksaan
biopsi terlebih dahulu.

Untuk mendapatkan contoh jaringan dapat dilakukan dengan dua cara


yaitu dengan cara open surgery atau biopsi aspirasi. Biopsi aspirasi paling
baik dilakukan dengan cara stereotaktik. Tindakan ini mempunyai
keuntungan dibandingkan open surgery; persiapan pasien lebih mudah,
karena tindakan tersebut dapat dikerjakan dengan bius lokal (kecuali pada
anak-anak), terlebih pada pasien dengan risiko tinggi, seperti usia lanjut,
hipertensi dan sebagainya. Keuntungan lain ialah masa perawatan dan
masa operasinya singkat, lapangan operasinya Icbih kecil, serta biayanya
relatif lebih murah. Sedangkan pada open surgery, orientasi ahli bedah
akan berkurang dengan makin dalamnya letak tumor di bawah cortex,
dengan risiko tidak menemukan tumomya dan bahkan merusak susunan
saraf.

Sebagian ahli bedah saraf memilih open surgery daripada tindakan


stereotaktik pada Icsi-lesi sebagai berikut :
o Adenoma kistik
o Kista hipofisis non ncoplastik
o Abses intrasellar
o Tubereulous atau non tubereolous granuloma cell cysto-
blastoma
o Pituisitoma
o Ancurisma intrasellar
o Hemangioma kavcrnosa hipofisis
o Pelebaran sella tursika karena dilatasi bagian anterior
ventrikel ketiga
o Empty sella syndrome
BIOPSI STEREOTAKTIK
Instrumen untuk biopsi stereotaktik ada beberapa macam, tapi yang
paling populer ialah forsep yang mempunyai cup 1 mm atau side window
canule. Morbiditas dan mortalitas prosedur biopsi stereotaktik rendah,
morbiditasnya 4% dari 83 kasus (Appuso dan Sabshin). Menurut
Lunsford dan Martinez dari 98 kasusnya tidak ada yang mengalami
komplikasi, sedangkan PJ Kelly melaporkan dari 424 kasus, 2 pasien
mengalami defisit neurologi dan satu meninggal. Pemeriksaan dengan
cara ini menurut dia mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (98%).

ASPIRASI DAN PENGOBATAN LESI KISTIK


Aspirasi kista koloidal dapat dikerjakan secara stereotaktik. Hal ini dapat
digunakan untuk terapi paliatif pada pasien-pasien dengan keadaan umum
yang buruk, di mana tindakan kraniotomi tidak mungkin dikerjakan. Juga
dapat dikerjakan untuk pencegahan reakumulasi kista seperti pada
kraniopharingioma dan glioma dengan menyuntikkan beta-emitting
colloid.

INTERSTITIAL IRRADIATION
Penetrasi iradiasi ke dalam dinding kista hanya 600-900 um. Konsep
implantasi interstitial pada brachyterapi secara stereotaktik telah dikenal
lcbih dari 20 tahun yang lalu. Sumber-sumber radionuklid menghasilkan
distribusi yang isodose, dan dosis radiasi yang tinggi dapat diberikan pada
tumor, sedangkan efek radiasi pada jaringan otak sekitarnya minimal.
Saat ini yang sering dipakai di Bedah Saraf untuk radiasi interstitial ialah
125iodine dan 192iridium. Ada dua cara radiasi interstitial :
1) Implantasi permanen dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas
rendah.
2) Implantasi sementara dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas
yang tinggi, dan setelah radiasi selesai, sumber tersebut disingkirkan. (10)

PROSEDUR OPERASI
Tindakan operasi stereotaktik dilakukan dengan anestesi lokal kecuali
pada anak-anak. Tindakan ini morbiditas dan mortal itasnya sangat
rendah. Lesi di daerah pons dan brakhium pontin merupakan tantangan
bagi ahli bedah saraf, karena sulitnya prosedur diagnostik; dan tindakan
operasinya berdasarkan perkiraan gambaran CT Scan dan MRI, tanpa
contoh jaringan PA. Dalam hal ini penatalaksanaan dan pengobatan
pasiennya tidak adekuat karena tidak berdasarkan pemeriksaan histologi.
Tindakan operasi di daerah pons dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Suboccipital approach melalui ventrikel ke empat
2) Approach melalui suboccipital retromastoid
Kraniotomi melalui cerebellopontine angle
3) Subtemporal transtentorial technique
4) CT-guided stereotactic biopsy.
Biopsi stereotaktik melalui transeortical frontal trajector) approach atau
suboccipital transeerebellar approach temyata lebih efektif untuk
mendapatkan jaringan dalam menunjang diagnostik.

OPERASI
Pencntuan tindakan konservatif daripada tindakan operatif
dipertimbangkan bila ditunjang salah satu atau lebih dari hal-hal sebagai
berikut :
1) Daerah tersebut relatif sukar dicapai.
2) Menurut statistik jenis tumor tersebut sering terdapat pada daerah
tersebut.
3) Sering terjadi kesulitan reseksi tumor-tumor tersebut dan pengobatan
paliatif tidak ada manfaatnya.
4) Menurut statistik lesi-lesi tersebut dapat diobati dengan radiasi paliatif.

Terapi komprehensif terhadap pasien tumor otak diberikan secara


multimodalitas yang terdiri atas :
1. Terapi medikamentosa
Obat steroid seperti dexamethasone dan obat antikonvulsi digunakan
untuk pasien tumor otak, jika diperlukan. Steroid ini digunakan untuk
mengurangi peradangan jaringan serta pembengkakan yang terjadi di
sekeliling tumor otak. Obat anti konvulsi seperti phenytoin diberi
untuk mencegah serangan kejang dan biasanya diberi setelah
pembedahan. Obat-obatan lain yang mungkin juga diberikan antara
lain:
Obat diuretik osmosis seperti mannitol untuk mengurangi tekanan
intrakranial
Analgesik
Antasid atau penyekat histamin untuk mencegah ulser stres.
2. Terapi pembedahan
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan
pembedahan yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir
resiko deficit neurologic setelah operasi. Tujuan pembedahan : (1)
menghasilkan diagnosis histologic yang akurat, (2) mengurangi tumor
pokok, (3) memberikan jalan untuk CSF mengalir, (4) mencapai
potensial penyembuhan.
3. Radioterapi
Pengobatan terpilih tumor otak adalah ekstirpasi radikal, namun
apabila hal ini tidak dapat dilakukan maka dekompresi merupakan hal
yang harus dikerjakan semaksimal mungkin. Selanjutnya radiasi
diberikan sebagai pengobatan ajuvan setelah dilakukan pengangkatan
tumor tersebut. Tindakan ajuvan ini dilakukan pada astrositoma
(derajat keganasan II, III,IV), ependimoma, oligodcndroglioma,
kraniofaringioma, serta kordoma. Pada kasus-kasus yang tidak lagi
resektabel atau tidak layak operasi ataupun menolak operasi maka
radioterapi harus berperan sebagai modalitas tunggal. Kasus ini terjadi
pada tumor-tumor yang letaknya sentral, pada batang otak,ventrikel 3,
pada metastasis otak yang multipel. Sebagai terapi kombinasi maka
radioterapi pada pengobatan tumor-tumor intrakranial dilakukan
setelah pembedahan (radiasi pasca bedah), yakni bertujuan untuk
mengeradikasi sisa-sisa sel tumor yang masih tertinggal baik secara
mikroskopik dan bila mungkin juga untuk tumor yang masih tampak.
Untuk mencegah terjadinya udem yang mikroskopik pada parenkim
otak yang dapat menambah tinggi tekanan intrakranial maka
dianjurkan pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Dosis radiasi
ditentukan oleh jenis histologik, respons terhadap radiasi, lokasi
anatomik dan toleransi jaringan sehat disekitarnya. Luas lapangan
radiasi ditentukan oleh ekstensi tumor dan daerah-daerah potensial,
seperti halnya radiasi elektif yang dianjurkan diberikan pada
meduloblastoma. Usia merupakan faktor penting pada anak-anak usia
muda, pada umumnya tumor ini lebih sensitif, tetapi tingkat
toleransinya juga rendah.
Teknik radiasi seluruh otak (So; whole brain) serta sebagian otak
(parsial) atau hanya lokal pada lesi yang tampak, sampai saat ini
masih tetap kontroversial.
Efek samping yang terjadi tentunya sangat tergantung pada daerah-
daerah yang dilintasi oleh sinar pengion yakni kulit, subkutis, tulang
tengkorak, telinga, tulang sendi tempormandibular. Terjadinya cedera
akibat radiasi meliputi proliferasi intima vaskuler dan demielinisasi.
Pada kulit terjadi epilasi rambut setelah dosis 3000 cGy dan pada
umumnya bersifat reversibel, kecuali apabila dosis lebih dari 5000
cGy. Kerontokan rambut ini seringkali merupakan salah satu efek
samping yang ditakuti pasien terlebih pasien wanita. Eritema dan
deskuamasi kulit merupakan gejala ringan lain yang biasanya tidak
diperhatikan oleh pasien. Udema jaringan otak merupakan salah satu
efek samping akut radiasi yang tentunya akan memperburuk keadaan
klinis pasien. Nekrosis radiasi merupakan komplikasi yang seringkali
dilaporkan oleh berbagai peneliti, meskipun frekuensi terjadinya tidak
terlalu tinggi.
4. Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam treatment pasien dengan
malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata
pertahanan semua pasien tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya
bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi.
Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien
dengan lowgrade astrocytoma. Sebaliknya, kemoterapi disarankan
untuk pengobatan pasien dengan oligodendroglioma.
5. Immunoterapi
Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti
lebih lanjut. Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak
tumor, khususnya allograft, telah didemonstrasikan lebih dari 50
tahun yang lalu. Hal itu hanya sebuah contoh bagaimana sistem imun
dapat mengendalikan pertumbuhan tumor. Tumor umumnya
menghasilkan level protein yang berbeda (dibandingkan protein
normal) disekitar jaringan, dan beberapa protein mengandung asam
amino substitusi atau deletions, atau mengubah phosphorylation atau
glycosylation. Beberapa perubahan protein oleh tumor sudah
mencukupi bagi sistem imun untuk mengenal protein yang dihasilkan
tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun respon untuk
melawan protein-protein tersebut.

6. Terapi rehabilitasi
Orientasi pada tujuan untuk setiap penderita harus diseleksi
agar sesuai dengan kebutuhan penderita yang semuanya bisa
dikategorikan kepada : restoratif, bila penderita bisa diharapkan
kembali seperti keadaan semula; suportif bila penderita karena
penyakitnya menjadi cacat; paliatif bila karena penyakitnya keadaan
penderita semakin memburuk dari waktu ke waktu. Suatu program
rehabilitasi pada pasien dengan tumor haruslah dibuat untuk pegangan
dari sekian banyak anggota tim yang turut menangani keberhasilan
usaha yang berorientasi kepada tujuan yang tergantung dari sistim
pola rujukan, komunikasi diantara anggota tim (seperti; dokter
rehabilitasi medik, dokter onkologi, dokter saraf, perawat, keluarga
pasien, dan lainnya) serta efektivitas proses pelaksanaan rehabilitasi.
Hal-hal yang timbul akibat tumor otak baik primer atau metastase ke
otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi masalah pokok pada
rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan
bicara, gangguan koordinasi, gangguan sensorik dan kejiwaan). Untuk
menangani banyak masalah tersebut perlu kerja sama tim yang
terpadu.

a. Gangguan Lokomotor
Penyebab gangguan lokomotor yang paling umum adalah
hemiplegia motorik akibat gangguan pembuluh darah atau
paraplegia dan quadriplegia akibat penekanan pada sumsum
tulang belakang atau penyakit demyelinasi; masalah tersebut akan
memerlukan fisioterapi tergantung dari luasnya lesi saraf tersebut
apakah statis, memburuk atau membaik. Pertimbangan utama
adalah mobilisasi dan ketergantungan penderita; anggota gerak
yang sehat harus dipelihara kekuatannya dan anggota yang
lumpuh digerakkan secara pasif untuk memelihara gerakan sendi
yang normal jangan sampai kaku. Bila ada spastisitas, harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga fungsi untuk berjalan bisa
terpenuhi; baik dengan cold pack atau hot pack maupun dengan
vibrasi atau menggunakan refleks hambatan. Kadang-kadang
diperlukan suntikan lokal langsung pada saraf dengan phenol atau
alkohol yang bermanfaat untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, sehingga penderita telah dapat diperbaiki mobilitasnya.
b. Ketrampilan tangan
Sistim piramidalis sangat mempengaruhi kemahiran ketrampilan
tangan; walaupun proses penyakit telah sembuh namun dalam hal
ini selalu ada defisit. Walaupun kekuatan otot telah pulih, gerakan
sendi telah balk, pengendalian anggota gerak telah dikuasai
namun ketrampilan tangan ini masih bagian yang penting dalam
proses rehabilitasi. Sebagian dapat dikerjakan fisioterapist tetapi
lebih terperinci lagi oleh okupasi terapist. Ketrampilan dapat
dipulihkan melalui latihan terapi okupasi seperti menulis,
mengetik, memasukkan kancing baju, bertukang dan menjahit.
Akhirnya kemampuan yang semakin rumit sehubungan dengan
kebutuhan penderita dalam pekerjaannya, memerlukan latihan
yang lebih rumit pula.
c. Gangguan bicara
Gangguan berkomunikasi merupakan cacat penting yang bisa
disandang oleh penderita. Cacat demikian memerlukan evaluasi
yang teliti dan penanganan khusus.

Berbagai klasifikasi gangguan berkomunikasi, diantaranya yang


mudah dan praktis adalah klasifikasi Sehuell :
Gol. 1 : Afasia sederhana. Terdapat pengurangan semua bahasa,
tidak ada gangguan sensorik dan motorik, ada
disarthria.
Gol. 2 : Serupa dengan gol. 1 ditambah dengan gangguan visual
dan terdapat gangguan diskriminasi, pengenalan dan
pengungkapan simbol visual.
Gol. 3 : Afasia disertai gangguan proses pendengaran dan
sensorik-motorik.
Gol. 4 : Campuran gangguan pendengaran, penglihatan dan
motorik dan tanda-tanda kerusakan otak yang
menyeluruh.
Gol. 5 : Afasia, ireversibel dan hilangnya semua modalitas fungsi
berbahasa. Dari klasifikasi dapat diduga prognosisnya;
gol. 1 afasia sederhana adalah baik sedang gol. 5 afasia
ireversibel adalah jelek. Apapun golongan penderita ada
kemungkinan memberi bantuan komunikasi yang sesuai
oleh speech therapist.
d. Gangguan kordinasi
Gangguan kordinasi timbul akibat kerusakan pada serebellum.
Lesi serebellum, dan campuran lesi serebellum dan piramidal
mengakibatkan gangguan koordinasi dan kurangnya gerak
trampil. Suatu hal yang perlu diperhatikan apakah lesi bersifat
tetap, sembuh atau memburuk dan hubungannya dengan cacatnya
apakah permanen atau sementara. Gangguan kordinasi anggota
gerak atas dilatih dengan latihan sederhana dimulai dari gerakan
jari-jari sendiri-sendiri, ditingkatkan dengan antar jari, berarti
sudah ada kordinasi tangan dan mata. Sangat menolong adalah
rekreasi permainan benda kecil atau kerajinan tangan. Gangguan
kordinasi anggota gerak bawah, tidak perlu dipaksakan untuk
latihan jalan (walking gait); cukup dengan memulai yang
sederhana menempatkan kaki dalam berbagai posisi secara statik,
dilanjutkan dengan kordinasi pergerakan sendi. Sebelum berdiri
ada baiknya posisi tegak dilatih pada tilting table dulu, latihan
keseimbangan berdiri di lantai, baru latihan jalan dengan bantuan
terapis. Selanjutnya dapat dilatih dengan alat bantu seperti kruk,
tripod atau tongkat untuk berjalan sendiri. Gangguan kordinasi
karena defek pada ekstrapiramidal lebih sulit diatasi terutama
kalau bilateral. Selain kekuatan yang menghambat untuk bergerak,
ada kegagalan mulai bergerak walaupun penderita sudah mengerti
instruksi dan penerangan. Kadang-kadang bisa ditolong dengan
bantuan visual dan pendengaran; pasien dengan sindrom
Parkinson lebih sulit berjalan pada jalan yang rata daripada
berlekuk-lekuk karena rangsangan sensorik kerikil akan
memudahkan gerakan.

e. Gangguan sensorik
Selain pendengaran, mengecap, penciuman dan penglihatan,
perasaan merupakan modalitas yang penting. Gangguan sensorik
ini dapat dibagi 3 yaitu:
1. Perasaan dalam (propriosepti}) :
Memberi perasaan posisi dan pergerakan badan, reseptor terletak
pada jaringan tubuh : otot, tendon, periost dan sendi juga memberi
informasi tegangan otot dalam setiap gerakan. Gangguan
proprioseptif akan mengganggu hubungan sensorik motorik.
2. Perasaan superfisial (eksterosepuf) :
Reseptor terletak pada kulit sangat penting untuk perabaan,
tekanan, panas dingin dan nyeri. Gangguan sensorik superfisial ini
akan menyebabkan mudah cedera pada kulit tanpa disadari.
3. Stereognosis
Perasaan ini adalah kemampuan mengenal benda tiga dimensi
dengan meraba, tampaknya merupakan kombinasi perasaan dalam
dan superfisial. Gangguan stereognosis ini menyebabkan
astereognosis atau hilangnya perasaan taktil-kinestetik.
Test yang penting secara praktis adalah :
a. Perasaan superfisial
b. Suhu
c. Nyeri
d. Perasaan dafam
e. Pembedaan ringan-berat
f. Stereognosis
g. Bentuk persepsi dsb.
Untuk mengatasi gangguan sensorik ini perlu latihan berulang-
ulang setiap rangsangan untuk memulihkan fungsi anggota gerak
misalnya untuk berdiri, jalan, ADL memasang kancing baju, sikat
gigi, makan dengan garpu dan sebagainya. Variasi rangsangan bisa
diberikan melalui permainan dengan bahan berlainan misalnya
balok-balok kayu, plastik dan tanah fiat. Latihan secara bertahap
dari ringan sampai berat sesuai dengan kemampuan yang telah
dicapai.
f. Gangguan kejiwaan
Gangguan kejiwaan yang timbul akan sangat menghambat usaha-
usaha rehabilitasi pemulihan fungsi-fungsi tubuh. Akibat
kerusakan otak bisa timbul hilangnya intelek, perubahan
kepribadian dan jadi agresif. Perlu pemeriksaan dan evaluasi oleh
psikiater. Depresi, cemas, kelelahan berlebihan, konsentrasi
pikiran yang rendah dan kurangnya ingatan bisa karena defisit
neurologik tetapi belum tentu karena kerusakan otak. Gambaran
gangguan jiwa dapat diobati sehingga penderita dapat diubah
keadaannya, program rehabilitasi dapat dimulai. (4)
DAFTAR PUSTAKA

Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-1472
Clar HE et al. Classification otot-otot tumor in the sellar using CT and
Enchenphatomography. Neuro chir 1979 (22):153-157
Ramsey RG. Neuroradiology with computed tomography. Philadelphia:WB,
Sounders, 1981
Weisberg MD et al. Cerebral computed tomography, a text atlas.
Philadelphia:WB, Sounders, 1984
Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990, 2967-2981
Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 207
Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 402
Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi
susunan saraf manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13
Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6, EGC.
Jakarta.2005. 1183-1189
Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. February, 15th
2010
Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com
February,16th 2010.
Goldman H. Organic Mental Disorders, Review of General Psichiatry,
Singapore: Maruzen Asia, 1984.

Anda mungkin juga menyukai