DEPARTEMEN SURGICAL
DISUSUN OLEH :
150070300113018
PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
A. Anatomi dan Fisiologi Otak
Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak kepala adalah satu struktur Otot tulang yang
terdiri atas tulang-tulang kecil yang pipih yaitu tulang tulang muka dan
tulang-tulang kranium.Tulang-tulang muka membentuk kerangka muka
dan melindungi organ-organ pancaindra seperti penglihatan, penciuman
dsb ,serta merupakan perlekatan otot-otot fasial untuk ekspresi
muka.Tulang-tulang kranium melingkupi dan melindungi otak yang
rapuh, di samping untuk melekat otot-ototkepala dan leher .
Ototsuperfisialkepalayangbergunauntukekspresimukaadalah
ototmukadanototkulitkepala.Ototototekspresimukaadalahistimewa
karena salahsatu perlekatannya adalah kulit atau otot yang lain.
Bentuknya sangatbervariasidankekuatannya berbedabeda.Dibawah
kulitkepalaototyangutamaadalahepicranius.Ototiniterdiriatasotot
frontal didaerah dahi (musculus frontalis) dan otot oksipital didaerah
belakang kepala (musculus occipitalis),keduanya dihubungkan oleh
aponeurosis cranial (bangunan lebar, liat terdiri atas jaringan fibreus)
yangdisebutgaleaponeurotica.Kesampingkehilangansifatliatnyadan
melanjut ke fascia otot temporal. Galea melekat erat ke kulit kepala
denganperantaraan jaringan lemak yang padat. Otot kepalayang lain
adalah otot temporal (musculus temporalis), berbentuk kipas yang
menutupidaerahtemporal,sebagianfrontaldanparietaltulangtengkorak
kepala. Otot ini bersama dengan otot masseter (musculus masseter)
merupakanototpengunyahdanberfungsimengatupkanrahang.
Otakdibagikedalamlimakelompokutamayaitu:
2. Diensefalon(interbrain)yangterbagimenjadiepitalamus,thalamus,
subtalamus, dan hipotalamus. Thalamus berperan dalam stasiun
pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap
sensasi,beberapatingkatkesadaran,berperandalamkontrolmotorik.
Hipotalamus berperandalammengaturbanyakfungsihomeostatik,
misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan
makanan. Penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin,
sangatterlibatdalamemosidanpolaperilakudasar.
Systemsirkulasiotak
Kebutuhanenergioksigenjaringanotakadalahsangattinggiolehkarena
itualirandarahkeotakabsoluteharusselaluberjalanbaik.Suplaidarah
keotaksepertiorganlainpadaumumnyadisusunoleharteri-arteridan
venavena.
1. Arterikarotis
Arterikarotisinternadanarterikarotiseksternabercabangdari
arterikarotiskomuniskitakirasetinggitulangrawancarotid.Arteri
karotiskirilangsungbercabangdariarkusaorta,tetapiarterikarotis
komunis kanan berasal dari arteri brakiosefalika. Arteri karotis
eksternamendarahiwajah,tiroid,lidahdanfaring.Cabangdariarteri
karotis eksternayaituarteriameningea media, mendarahistruktur
struktur dalam didaerah wajah dan mengirimkan satu cabangyang
besarke daerah duramatter. Arterikarotis interna sedikit berdilatasi
tepat setelah percabangannya yang dinamakan sinus karotikus.
Dalam sinus karotikus terdapat ujungujung saraf khusus yang
beresponterhadapperubahantekanandaraharteria,yangsecarareflex
mempertahankansuplaidarahkeotakdantubuh.
Arteri karotis interna masuk keotak dan bercabang kirakira
setinggikiasmaoptikum,menjadiarteriaserebrianteriordanmedia.
Arteri serebri media adalah lanjutan langsung dari arteri karotis
interna. Segera setelah masuk ke ruang subaraknoid dan sebelum
bercabangcabang,arteri karotis interna mempercabangkan arteri
oftalmikayangmasukkedalamorbitadanmendarahimatadanisi
orbita lainnya. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada
strukturstruktur seperti nucleus kaudatus, putamen, bagianbagian
kapsula interna dan korpus kalosum dan bagianbagian lobus
frontalisdanparietalisserebri.Arteriserebrimediamenyuplaidarah
untukbagianlobustemporalis,parietalis,danfrontaliskorteksserebri
dan membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang
menyerupai kipas. Arteriini merupakan sumber darah utama girus
prasentralisdanpostsentralis.
2. Arteriverebrobasilaris
Arterivertebraliskiridankananberasaldariarterisubklaviasisiyang
sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri arteri
inomatasedangkanarterisubklaviakirimerupakancabanglangsung
dari aorta. Arterivertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medulla oblongata. Kedua
arteri tersebut bersatu membentuk arteri basilaris. Tugasnya
mendarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksifitalis dan
temporalis,apparatuskoklearis,danorganorganvestibular.
3. SirkulusArteriosusWillisi
Meskipun arteri karotis interna dan arteri vertebrobasilaris
merupakan dua system arteri terpisah yang mengalirkan darah ke
otak,tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah
anastomosisyangsirkulusarteriosuswillisi.
SelselpenyusunOtak
Otakdisusunolehneuronneurodanneuroglia.Neuronmerupakan
selsarafutamasedangkanneurogliaadalahselselpendukungneuron.Neuron
di otak tidak mengalami pertumbuhan lagi setelah dewasa, sementara
neurogliatetapmelakukanpembelahan.
1. Neuron Setiap neuron memiliki badan sel, dendrite dan akson serta
myelinyangmelapisiaksonaksonnya.Peranneurondalampenyampaian
impulsberkaitandengankemampuannyadieksitasi.Padakondisiistirahat
potensialmembraneneuronberkisarantara70mv.
2. Neuroglia
Neuroglia terdiri dari empat jenis sel yang mempunyai peran yang
berbedadalammenunjangsystemsaraf.
Astrositbentuknyasepertibintangmempunyaibeberapaperanyaitu:
a. Sebagaiperekatantarneuron
b. Sebagaitanggayangmenuntunneuronyangsedangtumbuhselamamasa
Janin.
c. Menginduksi perubahan anatomis dan fungsional pembuluhpembuluh
darahhalusdiotak.
d. Berperandalampembentukanjaringanparutotak.
e. Menunjang neuron secara metabolic,dengan menyerab glutamate dan
GABA.
f. MenyerapkelebihanK+dariCESotak.
Oligodendrosit: membentuk myelinyang merupakan insulator dan circuit
localyangmempercepattransmisiimpuls.
Selependimal:memberronggaronggainternalSSP.
Microglia:berperansebagaimakrofag,penyapubendaasingdiSSP.(8)
B. Definisi
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam
tulang tengkorak.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,
prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. (1)
C. Epidemiologi
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen)
dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51
sampai 60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai
kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari
135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang
dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi
karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2
persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak,
suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine
angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis
tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39-26%), sisanya
terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
(11)
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun
faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma.Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan.Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma
(neoplasma selaput otak).Pengaruh trauma pada patogenesis
neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.(10)
E. Klasifikasi
a. Berdasarkan gambaran histopatologi,klasifikasi tumor otak yang
penting
dari segi klinis :
Pada Anak-anak
Midline tumors
- Medulloblastomas
- Ependymomas
Tumors of cerebellar lobes
- Astrocytomas. (2)
F. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif.
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan
oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan
tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron.Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak.Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist
fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema
sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan.Obstruksi vena
dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.Peningkatan tekanan
intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf
otak ketiga.Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi
dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial
yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi), dan gangguan pernafasan. (9)
G. Gejala Klinis
Tumor serebri merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara
dini, karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang
menyesatkan dan meragukan tapi umumnya berjalan progresif.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
a. Gejala serebral umum : nyeri kepala, kejang
b. Gejala tekanan tinggi intracranial
c. Gejala tumor otak yang spesifik
*Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan
cepat
terjadi disertai dengan papil udem.
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi
menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya
batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan
pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak
terputus- putus.Untuk mengetahui gambaran edema papil
seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal
terlebih dahulu.Pe- nyebab edema papil ini masih
diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena
sentralis retinae.Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau
pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga
mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus.
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
Tumor Pinealis
Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur
jam biologis tubuh, terutama pada siklus normal diantara bangun dan
tidur.Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada
masa kanak-kanak dan seringkali menyebabkan pubertas dini.Tumor ini
bisa merusak pengaliran cairan di sekitar otak, sehingga terjadi
pembesaran otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak
yang serius.
K. Pemeriksaan Penunjang
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan
yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai
perubahan kepekaan neuron.
Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga
mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar
pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan
diagnosa.
Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-
daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak
mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan
akumulasi abnormal zat radioaktif
Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya
(ganas atau jinak).
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang
diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel
kanker.Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak
dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba
bisa menyebabkan herniasi.Pada herniasi, tekanan yang meningkat di
dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang
sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang
otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak
(pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami
gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan
kematian.
CT SCAN
L. NEOPLASMA SUPRATENTORIAL
A. MENINGIOMA
Pada umumnya terjadi di daerah yang banyak mengandung granulatio
arakhnoid yaitu zona parasagital, falk, lengkung serebral, sphenoid ridge
dan celah olfaktorius, Berlokasi ekstra- serebral (ekstraaksial) dan
berkapsel.Gambaran histologinya jinak dan biasanya tidak residif sesudah
ekstirpasi bedah yang lengkap. CT dapat mendeteksi meningioma yang
kecil 5 7 mm dan biasanya tumor-tumor ini ditemukan secara kebetulan.
Gambaran CT :
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup
spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pe- meriksaan angiografi dan
eksplorasi bedah.Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh
darah ke meningiomanyadan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri
dan venanya.
CT tanpa kontras :
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen
atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas.Bagian yang
hiperdens dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.
Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang
prominen apabila disertai dengan komponen kistik, nckrosis, dcgencrasi
lipomatous atau rongga-rongga CSF yang loculated.
Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang
biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan pa- renkim di sekitamya dan,
hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efck masa yang bermakna.
CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata
kecuali lesi-lesi dengan perkapuran.Pola enhancement biasanya homogen
tajam (intense) dan berbatas tegas.
Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif
spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. Di sekitar
lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense
semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan
enhancement heterogen yang kompleks.
B. GLIOMA
M. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai
menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu yaitu CT-Scan dan MRI.Dari anamnesis kita dapat mengetahui
gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan
gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.Misalnya ada tidaknya nyeri
kepala, muntah dan kejang.Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan
deficit lapangan pandang. (6)
N. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita
tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual (7)
O. Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif.
Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas,
sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal
berikut :
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik. (6)
P. Prognosis
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di
Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang
tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka
ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi
tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk,
berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah
sakit di Jakarta. (1)
Q. Terapi
Pengobatan tumor otak akan mencapai suatu hasil yang baik, bila hal itu
didasarkan pemeriksaan histopatologi yang dibuat sebelumnya. Biasanya
ahli bedah saraf atau ahli radioterapi menentukan pengobatan yang
terbaik bagi pasiennya berdasarkan basil pemeriksaan histopatologi; tapi
kenyataannya tindakan untuk mengambil contoh jaringan sering
mendapat kesulitan-kesulitan. Terlebih bila tindakan biopsi tersebut harus
melewati daerah penting seperti area motorik, juga bila dijumpai penyulit
lain seperti peningkatan tekanan di dalam kepala, atau pada lesi yang
banyak mengandung pembuluh darah.
INTERSTITIAL IRRADIATION
Penetrasi iradiasi ke dalam dinding kista hanya 600-900 um. Konsep
implantasi interstitial pada brachyterapi secara stereotaktik telah dikenal
lcbih dari 20 tahun yang lalu. Sumber-sumber radionuklid menghasilkan
distribusi yang isodose, dan dosis radiasi yang tinggi dapat diberikan pada
tumor, sedangkan efek radiasi pada jaringan otak sekitarnya minimal.
Saat ini yang sering dipakai di Bedah Saraf untuk radiasi interstitial ialah
125iodine dan 192iridium. Ada dua cara radiasi interstitial :
1) Implantasi permanen dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas
rendah.
2) Implantasi sementara dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas
yang tinggi, dan setelah radiasi selesai, sumber tersebut disingkirkan. (10)
PROSEDUR OPERASI
Tindakan operasi stereotaktik dilakukan dengan anestesi lokal kecuali
pada anak-anak. Tindakan ini morbiditas dan mortal itasnya sangat
rendah. Lesi di daerah pons dan brakhium pontin merupakan tantangan
bagi ahli bedah saraf, karena sulitnya prosedur diagnostik; dan tindakan
operasinya berdasarkan perkiraan gambaran CT Scan dan MRI, tanpa
contoh jaringan PA. Dalam hal ini penatalaksanaan dan pengobatan
pasiennya tidak adekuat karena tidak berdasarkan pemeriksaan histologi.
Tindakan operasi di daerah pons dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Suboccipital approach melalui ventrikel ke empat
2) Approach melalui suboccipital retromastoid
Kraniotomi melalui cerebellopontine angle
3) Subtemporal transtentorial technique
4) CT-guided stereotactic biopsy.
Biopsi stereotaktik melalui transeortical frontal trajector) approach atau
suboccipital transeerebellar approach temyata lebih efektif untuk
mendapatkan jaringan dalam menunjang diagnostik.
OPERASI
Pencntuan tindakan konservatif daripada tindakan operatif
dipertimbangkan bila ditunjang salah satu atau lebih dari hal-hal sebagai
berikut :
1) Daerah tersebut relatif sukar dicapai.
2) Menurut statistik jenis tumor tersebut sering terdapat pada daerah
tersebut.
3) Sering terjadi kesulitan reseksi tumor-tumor tersebut dan pengobatan
paliatif tidak ada manfaatnya.
4) Menurut statistik lesi-lesi tersebut dapat diobati dengan radiasi paliatif.
6. Terapi rehabilitasi
Orientasi pada tujuan untuk setiap penderita harus diseleksi
agar sesuai dengan kebutuhan penderita yang semuanya bisa
dikategorikan kepada : restoratif, bila penderita bisa diharapkan
kembali seperti keadaan semula; suportif bila penderita karena
penyakitnya menjadi cacat; paliatif bila karena penyakitnya keadaan
penderita semakin memburuk dari waktu ke waktu. Suatu program
rehabilitasi pada pasien dengan tumor haruslah dibuat untuk pegangan
dari sekian banyak anggota tim yang turut menangani keberhasilan
usaha yang berorientasi kepada tujuan yang tergantung dari sistim
pola rujukan, komunikasi diantara anggota tim (seperti; dokter
rehabilitasi medik, dokter onkologi, dokter saraf, perawat, keluarga
pasien, dan lainnya) serta efektivitas proses pelaksanaan rehabilitasi.
Hal-hal yang timbul akibat tumor otak baik primer atau metastase ke
otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi masalah pokok pada
rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan
bicara, gangguan koordinasi, gangguan sensorik dan kejiwaan). Untuk
menangani banyak masalah tersebut perlu kerja sama tim yang
terpadu.
a. Gangguan Lokomotor
Penyebab gangguan lokomotor yang paling umum adalah
hemiplegia motorik akibat gangguan pembuluh darah atau
paraplegia dan quadriplegia akibat penekanan pada sumsum
tulang belakang atau penyakit demyelinasi; masalah tersebut akan
memerlukan fisioterapi tergantung dari luasnya lesi saraf tersebut
apakah statis, memburuk atau membaik. Pertimbangan utama
adalah mobilisasi dan ketergantungan penderita; anggota gerak
yang sehat harus dipelihara kekuatannya dan anggota yang
lumpuh digerakkan secara pasif untuk memelihara gerakan sendi
yang normal jangan sampai kaku. Bila ada spastisitas, harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga fungsi untuk berjalan bisa
terpenuhi; baik dengan cold pack atau hot pack maupun dengan
vibrasi atau menggunakan refleks hambatan. Kadang-kadang
diperlukan suntikan lokal langsung pada saraf dengan phenol atau
alkohol yang bermanfaat untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, sehingga penderita telah dapat diperbaiki mobilitasnya.
b. Ketrampilan tangan
Sistim piramidalis sangat mempengaruhi kemahiran ketrampilan
tangan; walaupun proses penyakit telah sembuh namun dalam hal
ini selalu ada defisit. Walaupun kekuatan otot telah pulih, gerakan
sendi telah balk, pengendalian anggota gerak telah dikuasai
namun ketrampilan tangan ini masih bagian yang penting dalam
proses rehabilitasi. Sebagian dapat dikerjakan fisioterapist tetapi
lebih terperinci lagi oleh okupasi terapist. Ketrampilan dapat
dipulihkan melalui latihan terapi okupasi seperti menulis,
mengetik, memasukkan kancing baju, bertukang dan menjahit.
Akhirnya kemampuan yang semakin rumit sehubungan dengan
kebutuhan penderita dalam pekerjaannya, memerlukan latihan
yang lebih rumit pula.
c. Gangguan bicara
Gangguan berkomunikasi merupakan cacat penting yang bisa
disandang oleh penderita. Cacat demikian memerlukan evaluasi
yang teliti dan penanganan khusus.
e. Gangguan sensorik
Selain pendengaran, mengecap, penciuman dan penglihatan,
perasaan merupakan modalitas yang penting. Gangguan sensorik
ini dapat dibagi 3 yaitu:
1. Perasaan dalam (propriosepti}) :
Memberi perasaan posisi dan pergerakan badan, reseptor terletak
pada jaringan tubuh : otot, tendon, periost dan sendi juga memberi
informasi tegangan otot dalam setiap gerakan. Gangguan
proprioseptif akan mengganggu hubungan sensorik motorik.
2. Perasaan superfisial (eksterosepuf) :
Reseptor terletak pada kulit sangat penting untuk perabaan,
tekanan, panas dingin dan nyeri. Gangguan sensorik superfisial ini
akan menyebabkan mudah cedera pada kulit tanpa disadari.
3. Stereognosis
Perasaan ini adalah kemampuan mengenal benda tiga dimensi
dengan meraba, tampaknya merupakan kombinasi perasaan dalam
dan superfisial. Gangguan stereognosis ini menyebabkan
astereognosis atau hilangnya perasaan taktil-kinestetik.
Test yang penting secara praktis adalah :
a. Perasaan superfisial
b. Suhu
c. Nyeri
d. Perasaan dafam
e. Pembedaan ringan-berat
f. Stereognosis
g. Bentuk persepsi dsb.
Untuk mengatasi gangguan sensorik ini perlu latihan berulang-
ulang setiap rangsangan untuk memulihkan fungsi anggota gerak
misalnya untuk berdiri, jalan, ADL memasang kancing baju, sikat
gigi, makan dengan garpu dan sebagainya. Variasi rangsangan bisa
diberikan melalui permainan dengan bahan berlainan misalnya
balok-balok kayu, plastik dan tanah fiat. Latihan secara bertahap
dari ringan sampai berat sesuai dengan kemampuan yang telah
dicapai.
f. Gangguan kejiwaan
Gangguan kejiwaan yang timbul akan sangat menghambat usaha-
usaha rehabilitasi pemulihan fungsi-fungsi tubuh. Akibat
kerusakan otak bisa timbul hilangnya intelek, perubahan
kepribadian dan jadi agresif. Perlu pemeriksaan dan evaluasi oleh
psikiater. Depresi, cemas, kelelahan berlebihan, konsentrasi
pikiran yang rendah dan kurangnya ingatan bisa karena defisit
neurologik tetapi belum tentu karena kerusakan otak. Gambaran
gangguan jiwa dapat diobati sehingga penderita dapat diubah
keadaannya, program rehabilitasi dapat dimulai. (4)
DAFTAR PUSTAKA
Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-1472
Clar HE et al. Classification otot-otot tumor in the sellar using CT and
Enchenphatomography. Neuro chir 1979 (22):153-157
Ramsey RG. Neuroradiology with computed tomography. Philadelphia:WB,
Sounders, 1981
Weisberg MD et al. Cerebral computed tomography, a text atlas.
Philadelphia:WB, Sounders, 1984
Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990, 2967-2981
Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 207
Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 402
Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi
susunan saraf manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13
Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6, EGC.
Jakarta.2005. 1183-1189
Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. February, 15th
2010
Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com
February,16th 2010.
Goldman H. Organic Mental Disorders, Review of General Psichiatry,
Singapore: Maruzen Asia, 1984.