Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

SPEECH DELAY

Disusun oleh:
Octavina Nurul Fadila
1102015174

Pembimbing:
DR. dr. Elsye Souvriyanti, Sp. A

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


UNIVERSITAS YARSI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Berbicara adalah tindakan berkomunikasi dengan ekspresi


artikulasi verbal. Bicara diciptakan oleh serangkaian gerakan yang
kompleks dan terkoordinasi dari sistem pernapasan, laring,
velopharyngeal, dan oral. Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab
melibatkan kemapuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan
lingkungan di sekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara
tanpa dukungan dari lingkungannya.1,2,3
Keterlambatan dalam berbicara adalah suatu kecenderungan
dimana anak sulit dalam mengekspresikan keinginan atau perasaan pada
orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, dan
kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak tersebut berbeda
dengan anak lain sesusianya. Keterlambatan bicara merupakan salah
satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan
pada anak terutama usia pra sekolah. Sekitar 5-8% anak usia pra sekolah
mengalami keterlambatan bicara atau bahasa.Prevalensi keterlambatan
bicara pada anak usia 2-7 tahun di Amerika Serikat berkisar antara 2,3-
19%.Keterlambatan bicara 1,5 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-
laki. Masalah keterlambatan bicara pada anak merupakan masalah yang
cukup serius yang harus segera ditangani karena merupakan salah satu
penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada
anak. Keterlambatan bicara dapat diketahui dari ketepatan penggunaan
kata, yang ditandai dengan pengucapan yang tidak jelas dan dalam
berkomunikasi hanya dapat menggunakan bahasa isyarat, sehingga
orang tua maupun orang yang ada disekitarnya kurang dapat memahami
anak.4,5,6
Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,
etiologi, penegakkan diagnosis, dan tatalaksana mengenai keterlambatan
bicara (speech delay).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif.


Semenjak anak masih bayi sering kali dengan menggunakan bahasa
tubuh dapat memenuhi kebutuhannya. 7
Keterlambatan dalam berbicara adalah suatu kecenderungan
dimana anak sulit dalam mengekspresikan keinginan atau perasaan pada
orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, dan
kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak tersebut berbeda
dengan anak lain sesusianya.Pada usia dini anak yang mengalami
gangguan keterlambatan bicara harus dengan cepat diberikan intervensi
berupa kegiatan terapi sebagai usaha preventif alam masa tumbuh
kembangnya.4,8

2.2 Epidemiologi

Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun di


Amerika Serikat berkisar antara 2,3-19%.Keterlambatan bicara 1,5 kali
lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Di Klinik khusus Tumbuh
Kembang, RS Harapan Kita Jakarta (2008-2009), pasien yang datang
dengan keluhan utama keterlambatan bicara sebagian besar (69,6%)
terdiagnosis pada usia antara 13-36 bulan, lebih banyak (71,2%) pada
anak laki-laki.4

Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orang tua (di luar


gangguan pendengaran serta celah pada palatum), maka angka
kejadiannya adalah 0,9 % pada anak di bawah umur 5 tahun dan 1,94 %
pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi langsung
terhadap anak usia sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari
yang berdasarkan hasil wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan
gangguan bicara dan bahasa pada anak adalah sekitar 4-5 %. 1

2.3 Etiologi

Perkembangan kemapuan berbicara yang terlambat terjadi karena


faktor-faktor berikut :

1. Masa sebelum lahir (antenatal) : Adanya kelainan genetik


(Sindroma Down, Turner), gizi ibu hamil yang tidak adekuat
kekurangan makronutrien dan atau mikronutrien, dan infeksi
TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes),
serta penggunaan obat-obatan tertentu. 10,12
2. Masa persalinan (natal) : Asfiksia yang terjadi karena gangguan
pada plasenta dan tali pusat, kesukaran persalinan, infeksi,
trauma lahir, dan tindakan pada persalinan patologik. 10,12,13
3. Masa pasca persalinan (post natal) :Infeksi susunan saraf,
trauma kepala, kejang, hipotiroid, dan konsumsi obat-obatan
tertentu.10,12,13
4. Keterlambatan berbicara pada anak juga bisa disebabkan oleh
anatomi oral-motor yang tidak sempurna. Seperti gangguan
pada langit-langit mulut, frenulum yang pendek. Semua hal
tersebut dapat menghambat pergerakan lidah untuk
menghasilkan kata.13,14
5. Masalah pendengaran. Seorang anak yang memiliki kesulitan
mendengar mungkin mengalami kesulitan untuk mendengar dan
meniru bahasa serta pembicaraan lingkuna anak tersebut .
Infeksi telinga yang biasanya menjadi penyebab adalah infeksi
telinga kronis. Infeksi telinga akut yang ditangani secara cepat
dan adekuat seharusnya tidak menimbulkan gangguan atau
keterlambatan berbicara.12,13
6. Faktor sosial dan ekonomi juga menjadi pencetus terjadinya
keterlambatan berbicara pada anak. Disinilah pola asuh orang
tua dan peran lingkungan berperan penting. Karena interakasi
anak dengan orang tua merupakan suatu bentuk stimulus yang
dapat merangsang perkembangan anak, termasuk
perkembangan berbicara. Kebiasaan-kebiasaan tertentu juga
mengakibatkan anak cenderung menjadi pasif dan kurang
mendapatkan rangsangan, seperti menonton TV. Menurut
penelitian, orang tua yang bekerja juga meningkatkan
prevalensi keterlambatan berbicara pada seorang anak, hal ini
dihubungkan pula dengan kurangnya stimulus untuk anak. 11,12
7. Retardasi mental merupakan etiologi sekaligus diagnosis
banding pada kasus keterlambatan bicara. Prevalensinya
mencapai 50 % kasus. Pada retradasi mental selain gangguan
keterlambatan berbicara biasanya disertai dengan gangguan
kognitif atau gangguan mimik. Hal ini dapat disertai dengan IQ
yang rendah.12,14
8. Keterlambatan Maturasi (Maturation delay)
Keterlambatan maturasi sering dijumpai pada anak dengan
keterlambatan berbicara, disebut juga late talker. Hal ini
disebabkan oleh keterlambatan maturasi proses neurologis
yang dibutuhkan otak untuk dapat berbicara. Biasanya ini
dijumpai pada anak laki-laki dan pada keluarga ditemukan
riwayat keterlambatan berbicara. Status neurologis normal dan
interaksi sosial masih baik. Prognosis pada anak ini sangat baik
dan umumnya anak dapat berbicara normal pada saat anak
memasuki usia sekolah.12,14
9. Gangguan bicara ekspresif (Expressive language disorder)
Anak tidak bisa berbicara sebagaiamana kemapuan anak
seusianya. Anak biasanya mempunyai kemapuan intelegensia
normal, pendengaran normal, hubungan emosi yang baik, dan
kemampuan artikulasi normal.12
Gangguan utama berupa disfungsi otak yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk mengubah ide yang ada menjadi bentuk
perkataan.Keadaan ini sering sulit dibedakan dengan
maturation delay. Cara membedakannya adalah pada anak
dengan keterlambatan maturasi akan berkembang dengan
sendirinya sedangkan anak dengan gangguan ini tidak akan
membaik tanpa intervensi.Anak dengan gangguan ini,
mempunyai risiko untuk mengalami disleksia dikemudian hari
sehingga intervensi aktif pada anak-anak ini sangat
menentukan.12
10. Bilingual
Penggunaan dua bahasa atau lebih dirumah dapat
memperlambat anak menguasai kedua bahasa tersebut. Pada
anak dengan keterlambatan bicara yang disertai penggunaan
beberapa bahasa dirumah, akan menghambat kemajuan anak
tersebut dalam tata laksana selanjutnya, sehingga bilingual
harus dihilangkan pada anak yang mengalami keterlambatan
bicara.12
11. Autisme
Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan
pervasive yang berdasarkan DSM-IV. Gangguannya berupa
gangguan interaksi sosial ( gangguan perilaku non verbal,
kontak mata, ekspresi wajah, tidak berteman dengan
sebayanya, tidak berbagi kesenangan dengan orang lain, tidak
ada respon timbal balik, tidak mau meniru), Gangguan
komunikasi ( keterlambatan bicara atau tidak bicara, bicara
tidak lama, pengulangan kata atau kalimat, bicara tidak dapat
dimengerti), Perilaku atau minat yang terbatas atau diulang-
ulang ( minat tidak sesuai dengan umurnya, gerakan aneh
berulang-ulang-flapping, berputar-putar, terpaku pada objek
tertentu, sangat suka televisi atau iklan. 11,12
2.4 Patofisiologi

Perkembangan bicara yang terlambat biasanya disertai dengan


perkembangan sensorik- motorik, perseptual motoric yang terlambat pula.
Karena bicara dan berbahasa berhubungan erat dengan system motoric,
yang diatur oleh system syaraf pusat. Sistem syaraf pusat (Central
Nervous System) mengatur perkembangan system sensorik, Sensorik-
motorik, persepsi motorik dan kognisi.8

Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi: pertama, aspek


sensorik (input bahasa), yang melibatkan telinga dan mata, dan kedua,
aspek motorik (output bahasa), yang melibatkan vokalisasi dan
pengaturannya.15

Urutan proses komunikasi-input bahasa dan output bahasa adalah


sebagai berikut:
a) sinyal bunyi mula-mula diterima oleh area auditorik primer yang
nantinya akan menyandikan sinyal tadi dalam bentuk kata-kata

b) kata-kata lalu diinterpretasikan di area Wernicke

c) penentuan buah pikiran dan kata-kata yang akan diucapkan juga


terjadi di dalam area Wernicke

d) penjalaran sinyal-sinyal dari area Wernicke ke area Broca melalui


fasikulus arkuatus

e) aktivitas program keterampilan motorik yang terdapat di area Broca


untuk mengatur pembentukan kata

f) penjalaran sinyal yang sesuai ke korteks motorik untuk mengatur


otot-otot bicara.

Apabila terjadi kelainan pada salah satu jalannya impuls ini, maka akan
terjadi kelainan bicara.

2.5 Skrining perkembangan

Skrining perkembangan melibatkan penggunaan alat skrining


standar dan evaluasi singkat dengan membandingkan kemampuan
perkembangan anak dengan populasi untuk mengidentifikasi anak yang
memerlukan pemeriksaan diagnostic lebih lanjut. The American Academy
of Pediatric merekomendasikan penggunaan alat skrining standar yang
tervalidasi pada tiga kali kunjungan kesehatan rutin yaitu pada usia 9
bulan, 18 bulan, dan 30 bulan.16

Beberapa instrumen dapat digunakan untuk skrining


perkembangan bicara yaitu Mac Arthur Communicative Development
Inventory, Denver II, Early Languge Milestone scale 2 (ELM scale 2),
Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale (CLAM scale) dan
Sentence Repetition Screening Test. 17

Pemeriksaan skrining dibagi atas pemeriksaan skrining umum


mencakup semua domain perilaku dam pemeriksaaan skrinng spesifik
focus pada satu area perkembangan. Denver Developmental Screening
Test II biasanya digunakan oleh dokter anak umum. Denver II menilai
perkembangan anak dari lahir sampai usia 6 tahun dalam 4 domain:1 6

1. Personal-sosial

2. Motoric halus dan adaptif

3. Bahasa

4. Motorik kasar
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai
dengan usia anak yang terbagi menjadi empat sektor yang dinilai, yaitu :
Personal Social, Fine Motor Adaptive, Language, Gross Motor. Pada
setiap item soal, pemeriksa wajib memasukan skor nilai di setiap soal
pada semua sektor. Dimana Nilai P = Pass/Lulus, Nilai F = Fail/Gagal,
Nilai R = Refusal/Menolak, Nilai NO = No Opportunity/Tak Ada
Kesempatan. 18

Gambar 1. Lembar scoring untuk Denver II


Gambar 2. Instruksi untuk Denver II

Penilaian ELM scale 2 adalah penilaian sederhana yang dapat


digunakan untuk menilai perkembangan bahasa pada anak umur di
bawah 3 tahun dan tes difokuskan pada bahasa ekspresif, reseptif dan
visual. Dilakukan pencatatan data dasar pasien yang meliputi nama, usia,
tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat serta melakukan pemeriksaan fisis
pada semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pertama dilakukan uji
tapis Denver II yang dilanjutkan dengan uji tapis ELM scale 2. 17

Anak dikatakan gangguan bicara apabila dengan pemeriksaan


Denver II didapatkan adanya keter- lambatan bicara pada sektor bahasa
dan dengan metode lulus/gagal pada ELM scale 2 didapatkan gagal satu
atau lebih pada sektor auditori ekspresif (AE), auditori reseptif (AR) dan
visual. Penilaian perkembangan bahasa dinilai berdasarkan ELM scale 2
dengan penggunaan sistem point-scoring. Skor numerik atau skor baris
ditentukan untuk setiap aspek. Skor bahasa secara umum dihitung dari
jumlah total tiga aspek. Skor baris kemudian dikonversikan menjadi nilai
skor persentil untuk umur, skor standar ekuivalen dan usia kronologis
ekuivalen.17
Gambar 3. Lembar ELM Scale 2

Skrining Bahasa, berhubungan dengan perkembangan kognitif


pada usia dini. Rules of thumb perkembangan Bahasa yang menitik
beratkan pada produksi Bahasa (bicara ekspresif).Jika ditemukan
keterlambatan Bahasa, yang pertama kali perlu disingkirkan adalah
adanya gangguan pendengaran. Pelaksanaan skrining pendengaran
dapat mendeteksi kelainan pendengaran pada periode neonates sehingga
memungkinkan intervensi dini.16

Umur (tahun) Produksi Bicara Artikulasi Mengikuti


(Kata) (Jumlah kata perintah
yang bisa
dimengerti oleh
orang lain)
1 1-3 kata Perintah 1
langkah
2 Frase yang terdiri ½ Perintah yang
dari 2-3 kata terdiri dari 2
langkah
3 Menggunakan ¾
kalimat-kalimat
yang rutin
4 Menggunakan Hampir
kalimat yang rutin semuanya bisa
(mudah); hanya dimengerti
menjawab bila
ditanya
5 Kalimat yang Hampir
kompleks; semuanya bisa
mampu dimengerti
menggunakan
awalan, kata
keterangan, kata
benda

Tabel 1. Rules of thumb untuk skrining perkembangan

Delapan bunyi konsonan pertama yang berkembang adalah: m, b,


y, n, w, d, p, dan h, anak 2 tahun yang yang berkembang biasanya dapat
membuat ucapan yang masuk akal untuk orang dewasa yang tidak
dikenal setidaknya 50%,dan pada usia 3 tahun, setidaknya 75%. Anak-
anak mungkin terus mengalami kesulitan dalam mengucapkan beberapa
suara sampai sekitar usia 7 tahun. Delapan konsonan terakhir yang
biasanya diperoleh adalah sh, th seperti dalam kata "think," s, z, th seperti
pada kata "the," l, r, dan zh suara biasanya dieja sebagai s, seperti pada
kata "treasure . " Campuran konsonan seperti sp, tr, dan bl juga mungkin
tidak muncul sampai usia sekolah dini.3

2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
1. Riwayat ibu saat hamil (Infeksi TORCH, penyakit ibu, obat-
obatan), riwayat perinatal, infeksi, atau asfiksia, perdarahan
intrakranial)10,12
2. Riwayat penyakit dahulu (Infeksi susunan saraf, trauma
kepala, kejang, obat-obatan, pendengaran, dan
hipotiroid)10,12
3. Interaksi sosial dirumah dengan orang tua, kakak, dan
teman serta bahasa yang digunakan meliputi : apakah anak
mudah menengok saat dipanggil, dapatkah anak mendengar
dengan baik, apakah ada kecenderungan merusak, dan
apakah ada perilaku anak yang sering diulang-ulang. 11,12
4. Tanda bahaya gangguan perkembangan bicara dan bahasa
pada anak yaitu tidak beruara sama sekali sampai usia 6
bulan, tidak mengoceh babbling sampai usia 12 bulan, tidak
ada satu kata yang bukan mengoceh atau meniru ucapan
orang lain pada usia 16 bulan, tidak mampu menunjuk untuk
memperlihatkan ketertarikan terhadap benda pada usia 20
bulan, kurang mampu berbagi perhatian atau ketertarikan
dengan orang lain pada usia 20 bulan, tidak mampu
membuat frase yang bermakna setelah usia 24 bulan,
orangtua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30
bulan, sering mengulang ucapan orang pada usia 30 bulan,
respon yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
hilangnya kemampuan bicara yang sebelumnya telah
tercapai.19
b. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan
penyebab lain dari gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali,
anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William
(fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang
tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.Gangguan oromotor
dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan
mengunyah, menjulurkan lidah dan mengulang suku kata PA,
TA, PA-TA, PA-TA-KA. Gangguan kemampuan oromotor
terdapat pada verbal apraksia.20
b. Observasi
Mengamati anak saat bermain dengan alat permainan yang
sesuai dengan umurnya, sangat membantu dalam
20
mengidentifikasi gangguan tingkah laku.
c. Penilaian Pertumbuhan dan status gizi
2.7 Tatalaksana

Target utama terapi keterlambatan bicara adalah mengajarkan


anak strategi untuk memahami secara komprehensif bahasa yang
diucapkan orang lain dan menghasilkan sikap komunikasi yang baik, serta
membantu orang tua mempelajari cara mendorong keterampilan
komunikasi anak. Studi Wallace mendukung adanya efektivitas terapi
bicara (speech-language therapy), terutama pada anak dengan gangguan
bahasa ekspresif primer.4

Anak-anak yang memiliki gangguan bicara dan bahasa harus


sesegera mungkin dirujuk ke ahli patologi bicara dan bahasa sebelum usia
perkembangan bahasa, yaitu 2- 3 tahun. Periode 36 bulan pertama
kehidupan adalah periode kritis perkembangan bahasa. 4
Gambar 4. Langkah dan penanganan anak dengan keterlambatan
bicara dan gangguan Bahasa

Pada anak yang mempunyai perilaku agresif atau tantrum


sebaiknya diberikan lebuh dahulu terapi perilaku atau sensori
integrasi.Kadangkala perlu diberikan obat agar anak lebih tenang dan
dapat berkonsentrasi lebih baik. Bila anak sudah mulai berinteraksi
dengan baik barulah terapi wicara dapat dimulai. 6
Terapi yang diberikan disini bukanlah pengobatan sehingga hasil
terapi biasanya baru terlihat setelah anak menjalaninya beberapa waktu. 5
Perlu dilakukan evaluasi setiap 3-6 bulan untuk melihat hasil terapi yang
telah diberikan, apakah perlu ditambah, dikurangi, atau diubah, sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan anak tersebut. 6
Beberapa bentuk pola asuh yang orantua yang bisa diterapkan
pada anak speech delay salah satunya adalah membatasi penggunaan
gadget. Kedua, menerapkan diet makanan. Bentuk pola asuh yang ketiga,
yaitu mengawasi saat anak melakukan kegiatan. Hal ini karena anak
belum bisa mandiri dalam melakukan aktivitas Bentuk pola asuh yang
keempat yaitu saat anak meminta sesuatu harus ada syarat. Dimana
syarat yang diberikan tidak hanya berupa verbal, namun bisa non- verbal,
yang terpenting anak tidak langsung diberikan secara gratis terhadap hal
yang diinginkan. Kelima, membuat jadwal kegiatan harian yang dilakukan
anak dengan tujuan melatih konsep waktu, dan disiplin. Bentuk pola asuh
keenam yaitu melakukan aktivitas bersama anak. Ketujuh Orangtua
menerima, memberhatikan perkembangan kemampuan anak dan juga
memperhitungkan minat anak. Hal ini menyebabkan anak dapat
bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah, loyal, secara emosional
stabil dan gembira . Bentuk pola asuh yang kedelapan yaitu orangtua
membiarkan terlebih dahulu ketika anak sedang tantrum atau rewel.
Mengajarkan sosialisasi merupakan faktor dalam penerapan pola asuh .
Dilakukan dengan cara mengajak anak keluar rumah, mendaftarkan ke
sekolah inklusi, dan bermain dengan teman sebaya. 21

2.8 Komplikasi

Dampak jangka panjang keterlambatan bicara:22

1. Gangguan bahasa berpengaruh pada luaran akademik dan


pekerjaan
a. Kesulitan belajar
b. Kesulitan pemahaman, mengakibatkan anak sangat rentan
dalam kaitannya dengan Pendidikan
c. Gangguan bahasa (dibandingkan gangguan bicara) sejak dini
(Batita) jelas berhubungan dengan kesulitan melanjutkan
sekolah sampai dewasa
d. Anak dengan gangguan bahasa berisiko untuk mempunyai
masalah membaca dan perilaku, apalagi gangguan perilaku ini
berhubungan dengan ketidakmampuan anak untuk membaca
e. enurunan berbahasa yang bermakna secara klinis terdapat
pada 50% remaja dengan perilaku menantang dan ada
hubungan antara kemampuan berbahasa lisan pada awal
kehidupan dengan risiko terjadinya perilaku menantang pada
remaja

2. Gangguan bahasa berhubungan dengan peningkatan risiko


ansietas sosial

a. Remaja dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai


kadar kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan rekannya yang
normal
b. Anak dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai
peluang lebih besar untuk mengalami ketakutan berlebihan saat
sosialisasi di usia 19 tahun dan gejala kecemasan akibat
kegiatan bersosialisasi di usia 31 tahun

3. Gangguan bahasa berdampak pada partisipasi sosial

a. Anak dengan gangguan bahasa mempunyai kualitas


persahabatan dan partisipasi aktivitas sosial yang lebih rendah
dibandingkan anak dengan perkembangan normal
b. Masalah dengan teman sebaya diteliti selama lebih dari 9 tahun
pada 171 anak berusia 7-16 tahun dengan riwayat gangguan
bahasa, anak dengan gangguan bahasa lebih berisiko
menunjukkan kesulitan hubungan dengan teman sebaya
2.9 Prognosis

Anak-anak usia 2 tahun dengan keterlambatan bahasa ekspresif, 2-


5 kali lebih berisiko gangguan bahasa menetap pada akhir pra- sekolah
sampai sekolah dasar dibandingkan anak tanpa keterlambatan bahasa
ekspresif.3 Gangguan perhatian dan kesulitan berinteraksi sosial lebih
sering terjadi pada anak dengan gangguan bicara dan bahasa yang
menetap sampai melewati usia 5,5 tahun. Anak dengan gangguan bicara
dan bahasa pada usia 7,5 sampai 13 tahun terbukti memiliki gangguan
keterampilan menulis, kesulitan pengejaan, dan penggunaan tanda baca
dibandingkan anak-anak tanpa gangguan bicara dan bahasa. 4

2.10 Pencegahan
Orangtua perlu mengetahui tonggak perkembangan bicara anak,
agar penanganan kasus terlambat bicara dapat dilakukan sedini mungkin,
dan penanganan sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter tumbuh
kembang anak, bukan hanya terbatas pada menyekolahkan anak saja. 22

Orangtua perlu membawa anaknya ke Puskesmas untuk pemeriksaan


skrining, terutama untuk anak usia dibawah 2 tahun, untuk mengetahui
apakah perkembangan anaknya sudah sesuai dengan umurnya, atau ada
penyimpangan perkembangan sehingga perlu konsultasi lanjutan. 22
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. 2018. Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak,


dalam I.G.N.Gde Ranuh (ed): Tumbuh Kembang Anak.
EGC:Surabaya
2. Dewanti, A. dkk. 2012. Karakteristik Keterlambatan Bicara di Klinik
Khusus Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan
Kita Tahun 2008 – 2009. Sari Pediatri Vol.14, No. 4
3. Heidi M. 2005. Evaluation and and Management of Language and
Speech disorders in preschool Children. Pediatric in review: Vol.26
No.4

4. Surya, W. 2018. Deteksi Keterlambatan Bicara dan Bahasa pada


anak. CDL-266/vol.45 no.7
5. Anggraini W. 2012. Keterlambatan Bicara (Speech Delay) pada
anak. Fakultas Ilmu Pendidikan UNS: Semarang
6. Humas Sardjito. 2019. Keterlambatan bicara. Available online [
https://sardjito.co.id/2019/09/30/keterlambatan-bicara/ ] (diakses
tanggal 26 April 2020)
7. Setiyaningrum E. 2017. Buku ajar Tumbuh kembang anak usia 0-
12 tahun. Indomedia Pustaka:Sidoarjo

8. Fitriyani, dkk. 2018. Gambaran Perkembangan berbahasa pada


anak dengan keterlambatan bicara (speec delay): study kasus
pada anak usia 9 tahun kelas 3 SD di SDS Bangun Mandiri.
Prosiding Semintar dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar:
Jakarta
9. Sunderajan, T. et al. 2019. Speech and language delay in children:
Prevalence and risk factors. J Family Med Prim Care: India.
Available online
[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6559061/] (diakses
tanggal 25 April 2020)
10. Feldman, HM. 2005. “Evaluation and Management of Language
and Speech Disorders in Preschool Children”. Pediatrics in Review
26 (4).
11. Thomas, F. et al. 2003. Risk Factor For Speech Delay Of Unknown
Origin in 3 year old children. Child development
12. Hardiono, D. dkk. 2010. A Journey To Child Neurodevelopment :
Application in Daily Practice ; UKK Neurologi IDAI dan Ikatan
Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta: Jakarta
13. Lesley, B. et al. 2010. Recommending Intervention for Toddlers
With Specific Language Learning Difficulties: We May Not Have All
the Answers, But We Know a Lot. University of Washington:Seattle.
14. .Marry, A. 2014. Guidelines Children Referred for speech delays ;
Evaluation, assessment and intervention guidance for service
providers and families of young children whose delays in
communication are a primary concern. Dept. of Children and
Families and Interagency Coordinating Council.
15. Guyton, A. et al. 2014. Neurofisiologi Motorik dan Integratif, dalam
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
16. Karen, J. et al. 2014. Nelson Ilmu Kesehata Anak Esensial Edisi
Keenam. IDAI

17. Maddeppungeng, M. 2007. Penilaian Early Language Milestone


Scale 2 (Elm Scale 2) Pada Anak dengan Keterlambatan Bicara.
Sari Pediatri Vol.9, No.2

18. Ivantoni, R. 2015. Aplikasi Penentuan Tingkat Tumbuh Kembang


Anak Menggunakan Tes Denver II. SNImed: Yogyakarta
19. Catherine, M. 2017. Mencegah terlambat bicara pada anak. IDAI.
Available online [http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-
anak/mencegah-terlambat-bicara-pada-anak] (diakses tanggal 26
April 2020 )
20. Adelia J. 2017. Gangguan Bicara dan Bahasa. FKUNTAD: Palu

21. Pawestri R. 2019. Pola asuh orang tua yang memiliki anak speec
delay. Fakultas Psikologi UMS: Surakarta
22. Jenni, K. 2017. Dampak Jangka Panjang Keterlambatan Atau
Gangguan Bicara-Bahasa, Hal Yang Perlu Diketahui Orangtua.
IDAI. Available online
[http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/dampak-
jangka-panjang-keterlambatan-atau-gangguan-bicara-bahasa-hal-
yang-perlu-diketahui-orangtua] (diakses tanggal 25 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai