Anda di halaman 1dari 23

Journal reading

ILMU KESEHATAN JIWA

Disusun oleh:

Abdi Ridha – 1102012002


Tia Aprilia Anjarnegara – 1102014264
 

Pembimbing:
AKBP. dr. Karjana, Sp.KJ
 
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 2 September 2019 – 5 Oktober 2019
Pendahuluan
Gangguan kejiwaan dapat timbul setelah
melahirkan karena wanita mengalami banyak
perubahan pasca melahirkan seperti perubahan
kebiasaan dan perilaku sebelum dan setelah
melahirkan.

Hal ini dapat mempengaruhi hubungan ibu


dan bayi . Deketksi dini sangat dibutuhkan
untuk mendapatkan penanganan dan
membutuhkan perawatan.
Gangguan ini dapat di dibedakan
menggunakan pedoman diagnostik
DSM IV dan ICD 10

onset berlangsung mendadak dan dapat


timbul post partum dan dapat di klasifikasikan
menjadi gangguan jiwa post partum.
Epidemiologi
1 sampai 2 kejadian menunjukan gejala dua sampai tiga
hari post partum.

Gejala yang dapat timbul berupa penurunan fungsi


kognitif, suasana perasaan, gangguan proses berfikir dan
perilaku.

Post partum depression (PPD) menyerang 10 – 13 % ibu


yang baru memiliki anak dan menderita baby blues
syndrome sebanyak 50 – 75 % post partum.
Etiologi
1. Perubahan biologis
• Penurunan progesteron dan esterogen post partum dapat
menyebabkan ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin
dapat mempengaruhi afek dan menimbulkan gejala psikotik

2. Faktor psikososial
• Perubahan biologis yang terjadi dapat menimbulkan stresor bagi
kehidupannya
mis. Perubahan bentuk tubuh pasca melahirkan, status
sosial dan tanggung jawab terhadap anak.

3. Faktor resiko lainnya


• primigravida, kehamilan yang tidak diinginkan,depresi, penyakit
psikotik, stress pasca trauma.
Klasifikasi

Post partum blues Post partum depresi

Post partum dengan gejala Gangguan post partum


psikosis pasca trauma

Gangguan Obsesi kompulsif


Gangguan cemas pada
terhadap bahaya yang
masa nifas
dapat mengancam anak
Gejala Klinis 1
Post partum blues

Dikenal sebagai “ baby blues” syndrome ditandai


dengan emosi yang tidak stabil dan cemas dapat
berlangsung selama 3 sampai 5 hari setelah
melahirkan. Gejala ini timbul 40 – 85% timbul pada 10
hari pertama pasca melahirkan. Umumnya tidak
mengganggu fungsi sosial tetapi dapat bertahan
selama 2 minggu dan dapat menimbulkan gangguan
mood
Gejala Klinis 2
Depresi Post partum
onset berlangsung selama 2 sampai 3 bulan
pertama setelah melahirkkan. 10 – 15%
Terdapat pola pikir negatif berkaitan dengan bayi
baru yang dilahirkan tetapi terdapat episode
depresi, gangguan tidur, cemas, muncul
perasaan bersalah.
Gejala Klinis 3
Post partum dengan gejala psikotik

Memiliki onset yang tiba tiba dan termasuk dala


emergensi psikiatri karena terdapat ganggua
psikotik yang dapat berpengaruh pada anak
yang baru di lahirkan. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya riwayat gangguan jiwa, seperti
bipolar dan skizofrenia.
Gejala Klinis 4

Gangguan post partum pasca trauma

5,6 penelitian ditandai dengan gangguan pola


pikir yang dapat berlangsung selama beberapa
bulan sebelum melahirkan.
Gejala Klinis 5
Gangguan cemas pada masa nifas

rasa takut yang berlebihan akan kematian pada


bayi yang baru dilahirkan, kewaspadaannya
meningkat ditandai dengan memperhatikan
pernapasan bayi secara berlebihan dan
menimbulkan kecemasan pada ibu tersebut.
Gejala Klinis 5
Gangguan Obsesi kompulsif terhadap bahaya
yang dapat mengancam anak

Pikiran yang dapat mengganggu keadaan


psikologis pasien berupa obsesi yang berlebihan
terhadap anak dapat terjadi selama kehamilan
dan setelah kelahiran yang bersifat
membahayakan bagi anak.
DIAGNOSIS
• Postpartum psychiatric disorders (PPD) sebagian
besar telah dapat didiagnosis, bisa dilihat dari
faktanya bahwa skrining rutin selama kunjungan
klinik postpartum merupakan bagian integral dari
penilaian. Penggunaan alat skrining populasi
tertentu seperti “Edinburgh Postnatal Depression
Scale,” dan “Mood Disorder Questionnaire” dapat
meningkatkan perhatian penyediaan layanan
kesehatan dan membantua dalam menegakkan
diagnosis dini Postpartum psychiatric disorders.
DIAGNOSIS 1
• Penelitian yang menggunakan prosedur
skrining telah mengalami peningkatan yang
cukup besar dalam mendiagnosis Postpartum
psychiatric disorders.
• Ada beberapa kondisi dimana mengarah ke
arah Postpartum psychiatric disorders seperti s
frontotemporal dementia or frontal lobe
tuberculoma, and Sheehan syndrome
DIAGNOSIS 2
Dapat dilakukan beberapa tes yang penting
seperti :
• Darah lengkap, elektrolit , nitrogen urea darah,
kreatini, glukosa, vitamin B12, asam folat, tes
fungsi tiroid, kalsium, urinalisi, dan kultur urin
pada pasien demam.
• Evaluasi neurologi yang dapat dilakukan seperti
CT scan otak, untuk melihat adanya stroke
iskemik atau perdarahan.
PENATALAKSANAAN
• Pengobatan umumnya secara menyeluruh,
termasuk: dukungan keluarga, dukungan
sosial, psikoedukasi, dan dalam beberapa
kasus psikoterapi dan farmakoterapi dapat
membantu pengobatan.
PENATALAKSANAAN 1
Terapi non farmakologi:
• Psikoterapi individual merupakan terapi utama, terutama bagi
perempuan yang kesulitan menyesuaikan diri untuk menjadi
ibu atau kekhawatiran terhadap tanggung jawab baru.
• Psychoeducation dan dukungan emosional dari pasangan dan
anggota keluarga sangat penting.
• Pasien dan keluarganya harus terlibat dalam rencana terapi.
• Respite care direkomendasikan pada malam hari untuk
meminimalisir gangguan tidur pada pasien.
• pemisahan ibu dengan bayi bisa dilakukan.
PENATALAKSANAAN 2
Terapi Farmakologi:
• Anti depresan (sertraline, paroxetine, fluvoxamine)
• Anti psikotik (Olanzapine, Quetiapine) dosis rendah.
• Litium (litium profilaksis lebih baik bagi pasien degan
riwayat postpartum psikosis (PP) di bandingkan dengan
pasien gangguan bipolar yang memiliki episode mood dan
riwayat postpartum
• Anti konsvulsan ( asam valproat atau karbamazepin dapat
digunakan dalam untuk pasien postpartum psikosis, karena
kompetibel dengan menyusui.
• Benzodiazepin ( lorazepam dan haloperidol im dapat
digunakan sampai pasien stabil dan di ganti oral, namun
tidak di rekomendaikan utnuk terapi postpartum psikosis.
• Electroconvulsive therapy (ECT)
PENATALAKSANAAN 3
Breast Feeding
• Perempuan dengan postpartum psikosis
disarankan untuk tidak menyusui bayinya, atau
mengasuh bayi di malam hari karena
berpengaruh pada kurangnya waktu tidur yang
dapat menyebabkan peningkatan
ketidakstabilan susasana hati terutama pada
pasien gangguan bipolar.
PROGNOSIS
• Prognosis gangguan postpartum umumnya
baik, jika didiagnosis lebih awal dan diobati
secara adekuat.
• Pasien yang mengalami postpartum psikosis
yang timbul karena gangguan bipolar,
prognosisnya baik : 75-86% tetap bebas dari
gejala setelah satu episode PP.
• Tingkat kekambuhan pada kehamilan
berikutnya: 25-40%.
KESIMPULAN
• Periode postpartum adalah masa peningkatan
resiko timbulnya eksaserbasi ketidakstabilan
suasana hati terutama pada wanita dengan
gangguan bipolar.
• Identifikasi dini dari perempuan pada risiko tinggi
untuk terjadi PP dan inisiasi dari pendekatan terapi
yang tepat waktu, yang terdiri dari kombinasi
strategi farmakologis dan pendekatan psikoterapi,
adalah faktor kunci keberhasilan pengelolaan PP.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai