Anda di halaman 1dari 4

Nama : Neng Mila Mirnawati

NIM : 20010014049

Kelas : BK 2020A

Mata Kuliah : Konseling ABK

TUNARUNGU

1. Latar Belakang
Anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengaran akibatnya individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa
disebut tunawicara. Cara berkomunikasi seseorang yang menyandang tunarungu
dengan individu lainy aitu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah
dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di
setiap negara.
Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan
pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau
bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada
satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama sekali. Walaupun sangat sedikit,
masih ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa dioptimalkan pada anak
tunarungu tersebut.
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu
tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu memiliki entelegensi
normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu seringkali lebih rendah daripada
prestasi anak normal karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu
dalam mengerti pelajaran yang diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak
diverbalkan, anak tunarungu memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan
anak normal. Prestasi anak tunarungu yang rendah bukan disebabkan karena
intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat memaksimalkan
intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang bersumber pada verbal
seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan
motorik akan berkembang dengan cepat.
2. Faktor Penyebab Tunarungu
Kehilangan pendengaran bisa disebabkan oleh faktor genetik, infeksi pada ibu
seperti cacar air selama kehamilan, komplikasi ketika melahirkan, atau penyakit awal
masa kanak-kanakseperti gondok atau cacar air. Banyak anak sekarang ini dilindungi
dari kehilangan pendengarandengan vaksinasi seperti untuk mencegah infeksi.
Tanda-tanda masalah pendengaran adalah mengarahkan salah satu telinga
ke pembicara, menggunakan salah satu telinga dalam percakapan, atau tidak
memahami percakapan ketika wajah pembicara tidak dapat dilihat indikasi lain
adalah tidak mengikuti arahan, sering kali meminta orang untuk mengulang apa
yang mereka katakan, salah mengucapkan kata atau nama baru, atau tidak
mauberpartisipasi dalam diskusi kelas (Anita, 2004 : 608).
Sebab-sebab kelainan pendengaran atau tunarungu juga dapat terjadi sebelum anak
dilahirkan, atau sesudah anak dilahirkan. Menurut Sardjono mengemukakan
bahwa faktor penyebab ketunarunguan dapat dibagi dalam:
a. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal)
1) Faktor keturunan Cacar air
2) Campak (Rubella, Gueman measles)
3) Terjadi toxaemia (keracunan darah)
4) Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar
5) Kekurangan oksigen (anoxia)
6) Kelainan organ pendengaran sejak lahir
b. Faktor-faktor saat anakdilahirkan (natal)
c. Faktor Rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis
1) Anak lahir pre mature
2) Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang)
3) Proses kelahiran yang terlalu lamad.
d. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal)
1) Infeksi
2) Meningitis (peradangan selaput otak)
3) Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
4) Otitismedia yang kronis
5) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan.
Peneliti menyimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya tuna rungu
wicara yaitu pre natal (keturunan), natal (bawaan dari pihak ibu), post natal (otitis
media).

3. Dampak Tunarungu
a. Perkembangan bahasa
Anak yang memiliki tunarungu memiliki masalah yang besar dalam
perkembangan bahasa. Semakin parah tingkat kerusakan pendengaran dan
semakin dini usia awal munculnya kerusakan, maka semakin sulit perkembangan
bahasa anak tunarungu (Hallahan & Kauffman, 2006). Kirk, Gallagher, Coleman,
dan Anastasiow (2009) mengajukan strategi yang bisa dilakukan untuk
perkembangan pendengaran dan bahasa anak tunarungu, yaitu dengan berbicara
lebih keras atau lebih jelas, mengurangi kebisingan, meningkatkan kemampuan
mempelajari bahasa, dan meningkatkan perhatian anak terhadap bahasa.
b. Perkembangan intelektual dan prestasi akademik
Pembentukan konsep dan kemampuan berpikir abstrak pada anak tunarungu pada
soal-soal yang tidak mengandalkan bahasa faktanya sama dengan anak normal
(Suran & Rizzo, 1979, dalam Mangunsong, 2009). Secara umum, IQ dari anak
tunarungu tidak berbeda dengan anak normal bila dites menggunakan
performance test yang diadministrasi secara tertulis daripada menggunakan tes
verbal (Hallahan & Kauffman, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa anak
tunarungu dengan orang tua yang tunarungu memiliki prestasi membaca dan
kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada yang orang tuanya bisa
mendengar, karena orang tua tunarungu lebih dapat berkomunikasi dengan
anaknya menggunakan bahasa isyarat (Hallahan & Kauffman, 2006).
c. Perkembangan sosial dan emosional
Perkembangan sosial dan kepribadian manusia sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya untuk berkomunikasi dan hal ini berlaku juga pada anak
tunarungu yang memiliki masalah dalam komunikasi (Mangunsong, 2009). Anak
tunarungu biasanya memiliki masalah dalam berkomunikasi dengan anak normal
di sekolah inklusi (Kluwin, Stinson, & Colarossi, 2002, dalam Hallahan &
Kauffman, 2006) dan anak tunarungu merasa lebih nyaman untuk berkomunikasi
dengan anak tunarungu lain yang bisa diajak berkomunikasi (Stinson & Whitmire,
1992, dalam Hallahan & Kauffman, 2006). Tetapi hal in tidak selalu terjadi karena
bergantung prevalensi dari tingkat keparahan ketuliannya.

Dampak langsung dari ketunarunguan adalah terhambatnya komunikasi


verbal/lisan, baik secara ekspresif (berbicara) maupun reseptif (memahami
pembicaraan orang lain), sehingga sulit berkomunikasi dengan lingkungan orang
mendengar yang lazim menggunakan bahasa verbal sebagai alat komunikasi.
Hambatan dalam berkomunikasi tersebut, berakibat juga pada hambatan dalam proses
pendidikan dan pembelajaran anak tunarungu. Namun demikian anak tunarungu
memiliki potensi untuk belajar berbicara dan berbahasa. Oleh karena itu anak
tungarungu memerlukan layanan khusus untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa dan berbicara, sehingga dapat meminimalisi dampak dari ketunarunguan
yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai