2.1.1 Tunarungu
mulai belajar berbicara karena gangguan pendengaran, suara dan bahasa. Tuna
wicara adalah mereka yang menderita tunarungu sejak bayi atau sejak lahir
orang lain sangat membutuhkan bahasa dengan ucapan yang jelas sehingga
menggambarkan semua derajat dan jenis kondisi tuli (deafness) terlepas dari
mempengaruhi pilihan dan gaya hidup pada masa dewasanya terutama pada
tidak disertai dengan kecacatan lain pada dasarnya adalah permasalahan sosial.
Somad dan Herawati (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis utama
Penyandang tunarungu pada taraf ini masih dapat belajar bersama orang
menunjang aktifitas.
bahasa, mereka masih dapat mendengar bunyi klakson dijalan raya serta
Selain itu akibat penyakit yang diderita oleh ibu pada waktu kehamilan
sepeti penyakit campak, rubella, keracunan darah, penggunaan obat-
b) Faktor pada saat anak dilahirkan, antara lain disebabkan karena faktor
perbedaan Rhesus pada ibu dan bayi yang sejenis, bayi yang dilahirkan
satu sama lain. Secara fisik remaja dengan keadaan tunarungu tidak jauh
memiki karakteristik yang sedikit berbeda dalam segi bahasa dan cara bicara
berbeda pada segi bicara dan bahasa seperti kosa kata yang minim, kesulitan
dalam mengerti kata-kata abstrak dan bahasa yang memiliki arti kiasan, kurang
menguasai irama dan gaya bahasa, pemahaman yang sulit pada kalimat yang
rendah.
normal, takut pada lingkungan yang lebih luas, sering bergantung pada
orang lain, fokus terhadap hal yang sedang dilakukan, bersifat polos,
lingkungan sekitar.
c) Karakteristik dari segi bahasa dan bicara, kemampuan
dan berbicara, karena hal ini berkaitan erat dengan kemampuan dalam
anak normal karena perbedaan tekanan suara dan irama yang didengar
umumnya.
bahasa mereka.
bahasa non verbal seperti penekanan pada ekspresi wajah, gerakan tubuh,
bahasa isyarat sangat umum dikalangan mereka tapi sangat asing terlihat oleh
berkomunikasi. Beberapa orang normal yang tinggal dekat dengan atau sering
yang tidak menggunakan suara tetapi menggunakan bentuk dan arah tangan,
dapat menggantikan bahasa lisan secara harfiah (Tubbs dan Moss, 2008).
belakang budaya dan kebiasaan dimana orang tersebut tinggal dan berasal
(Gerkatin, 2016). Sama seperti bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris
dan bahasa lainnya, bahasa isyarat juga merupakan bahasa ibu dengan fungsi
yang sama pentinganya yaitu sama-sama menjadi salah satu cara yang
Bahasa isyarat yang ditetapkan diIndonesia ada dua yaitu Bahasa Isyarat
sedangkan SIBI adalah sistem hasil rekayasa dan ciptaan orang normal untuk
orang tunarungu dengan orang dengar, karena peran juru bahasa isyaratadalah
menerjemahkan dari atau ke bahasa verbal dari atau ke bahasa isyarat untuk
dapat dimengerti oleh orang normal pada ummnya, seperti pada pengungkapan
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, tidak adanya penyakit dan
kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan
merupakan keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
2012).
penentuan waktu untuk hamil, jumlah anak yang diinginkan, dan mengatur
jarak kelahiran, peningkatan peran dan tanggung jawab laki-laki akibat
basah bagi remaja laki-laki, perubahan secara fisik, mental, sosial dan
carahygiene sanitasinya.
b) Wanita, dimana pada wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia subur
osteoporosis.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi pada remaja
kesehatan reproduksi).
d) Fasilitas kesehatan.
e) Pelayanan Kesehatan.
pendekatan siklus hidup manusia yang antara lain, kesehatan ibu dan bayi baru
infertilitas, kanker pada usia lanjut dan osteoporosis, dan beragai aspek
melalui jalur formal dan non formal, dengan cara memberdayakan pendidik
dilihat dari luar, pada masa remaja juga terjadi perkembangan pada aspek
periode transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja cenderung berani
Banyaknya masalah yang ada pada remaja dipengaruhi oleh berbagai hal
dalam kehidupan mereka, baik dalam diri sendiri, biologi, psikologis, moral
menular seksual, kehamilan tidak diinginkan, pernikahan usia muda dan aborsi.
perilaku remaja disebabkan oleh karakteristik remaja itu sendiri, seperti emosi
berakibat negatif, dimana akibat faktor perilaku sebanyak 75% kematian pada
remaja.Akibat faktor perilaku remaja ada beberapa penyakit yang timbul antara
reproduksi. Hal ini bisa dilakukan melalui media cetak seperti koran, majalah
melalui media elektronik yaitu radio, televisi dan internet. Sumber informasi
sendiri, baik melalui media cetak, elektronik maupun teman sebaya yang
yang baik akan diikuti oleh pengetahuan kesehatan reproduksi dan praktik
(Mahda, 2015).
informasi dasar yang tepat dan akurat mengenai berbagai risiko berhubungan
seks yang tidak terlindungi atau tidak aman, menunda hubungan seksual dan
(Wilopo, 2005).
termasuk HIV, yang tentu dapat merusak sistem dan kesehatan organ
sehingga memunculkan rasa rendah diri, merasa dirinya pantas menjadi obyek
beresiko.
tumbuh kembang yang berhubungan dengan sistem dan fungsi reproduksi sama
dialami oleh remaja tunarungu, dimana remaja tunarung wicara juga memiliki
dipengaruhi hormon. Remaja tunarungu juga sama seperti remaja normal yang
dapat bergaul dengan teman sebaya baik sesama tunarunggu ataupun dengan
manusia karena adanya kebutuhan, tingkat kebutuhan hidup manusia ada lima
hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,
menjadi yaitu.
biologis. Kebutuhan ini sudah dibawa sejak lahir, jadi tanpa dipelajari,
kebutuhan biologi bersifat universal dan dimiliki oleh setiap individu baik
suka berdandan, tertarik pada remaja laki-laki dan begitu juga remaja
masalah hubungan seks, dan lain-lain. Hal ini berdampak pada masalah
terbatas.
yang dimiliki oleh setiap individu, kebutuhan tersebut dapat berupa akses
apa yang dilihatnya, dikatakan remaja jika mereka berusia 13-22 tahun. Karena
dalam menafsirkan kata-kata yang masih asing baginya. Namun tidak menutup
normal.
Remaja tunarungu pada penelitian ini adalah siswa SMPLB dan SMALB
reproduksi remaja, karena remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap
segala jenis masalah yang dapat merusak masa depan generasi penerus,
dengan baik dan benar dari sumber yang benar dan terpercaya.Dalam penelitian
kesehatan reproduksi bagi remaja tunarungu, hal penting lainnya adalah siapa
kemampuan yang ada pada siswa. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang
disusun secara sistematis baik tertulis amupun tidak tertulis sehingga tercipta
(Susilawati, 2016). Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur
yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang disesuaikan
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar.
Media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat
Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan disampaikan, seperti alat peraga,
khusus. Selain itu juga agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang
yang cukup lengkap dan terpadu untuk melihat dan mengukur kualitas hidup
Negeri Singaraja.
ada dua faktor yang dapat digunakan dalam membedakan masalah kesehatan
adalah yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku, dimana faktor perilaku
individu. Dalam hal ini Green membagi faktor perilaku menjadi tiga utama
penguat(reinforcing).
untuk dapat berperilaku. Faktor lingkungan dapat menjadi salah satu faktor
ataupun perubahan perilaku, dapat berupa regulasi, dukungan sosial dari orang
dukungan dari pihak terdekat ditambah dengan regulasi maka akan mendorong
reproduksi bagi siswa tunarungu di SLB B Negeri Singaraja dan mengacu pada
teori yang telah disusun maka model dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
PREDISPOSISI
- Pengetahuan
- Motivasi
- Harapan
- Sikap
Kebutuhan
PEMUNGKIN PendidikanKesehata
n Reproduksi Siswa
- Sarana /
prasarana Tunarungu
- Akses Informasi
PENGUAT
- Dukungan
sekolah
- Peran Keluarga
- Peran Guru
Gambar 2.1
keluarga, maupun teman sebaya baik yang normal maupun yang sesama
tunarungu.