Anda di halaman 1dari 16

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Faisya, balita berusia 4 tahun menggunakan alat bantu dengar sejak usia 2 tahun
atas rekomendasi dokter. Orang tuanya baru menyadari Faisya mengalami masalah
pendengaran saat usia 3 bulan karena Faisya tidak merespon pada sebagian besar
sumber bunyi. Selain itu Faisya berkomunikasi dengan menggunakan isyarat dan
gesture karena tidak bisa berbicara.
JAWABAN NO.1
Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh faisya maka bisa di identifikasi
faisya mengalami tunarungu karena beberapa faktor yang jelas ditimbulkan dan
dirasakan oleh faisya. Terutama pada masalah yang berikaitan dengan
permasalahan mendengar. Perlu dipahami bahwa dengan mendengar seseorang
akan dapat belajar berbicara, berbahasa, dan berkomunikasi, selanjutnya
kemampuan berkomunikasi tersebut digunakan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan, mempelajari norma dan nilai-nilai kehidupan, dan bersosialisasi
dengan masyarakat sekitarnya yang akhirnya dapat digunakan untuk
menyejahterakan dirinya dan orang lain. Dari penjelasan diatas dapat saya
simpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan kerusakan
fungsi pendengaran baik sebagian atau seluruhnya sehingga membawa dampak
kompleks terhadap kehidupannya.
Tidak semua manusia dilahirkan mendengar, beberapa diantaranya lahir
dengan gangguan pendengaran atau dikenal dengan tunarungu atau setelah lahir
menjadi tunarungu. Tunarungu secara awam identik dengan ketulian, secara
akademis, tunarungu atau gangguan pendengaran meliputi tuli dan kurang dengar.
Dengan begitu, bisa jadi faisya mengalami gangguan pendengaran atau
tunarungu sejak lahir. Hal ini diperkuat de ngan alasan Ketunarunguan yang
diderita sejak lahir atau yang terjadi pada masa perkembangan akan menimbulkan
berbagai permasalahan yang menyangkut seluruh hidup dan penghidupan
penyandangnya. Boothroyd (1982: 5) lebih rinci memprediksikan masalah yang
akan muncul akibat ketunarunguan tersebut antara lain (1) dalam hal perseptual, (2)
komunikasi dan bahasa, (3) bidang kognitif dan intelektual, (4) bidang pendidikan,
(5) bidang emosi, (6) bidang sosial, (7) hal memperoleh pekerjaan atau vokasional,
dan (8) masalah bagi orang tua dan masyarakat.
Hal ini diperkuat dengan alat bantu yang digunakan oleh faisya, balita
berusia 4 tahun sejak usia 2 tahun atas rekomendasi dokter. Orang tuanya baru
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

menyadari Faisya mengalami masalah pendengaran saat usia 3 bulan karena


Faisya tidak merespon pada sebagian besar sumber bunyi sehingga
perkembangan bicaranya terhambat. kesulitan berkomunikasi yang dialami oleh
faisya mengakibatkan memiliki kosa kata yang terbatas, sulit mengartikan
ungkapan-ungkapan dan mengartikan kata-kata abstrak serta kurang
menguasai irama dan gaya bahasa.
Seperti halnya yang terjadi pada faisya, Bahasa sebagai alat yang terbaik
dalam dalam berkomunikasi dengan seseorang untuk mengekspresikan ide atau
perasaan melalui tulisan ataupun lisan bagi orang–orang yang memiliki
pendengaran dan kemampuan berbicara yang baik sedangkan bahasa isyarat bisa
disebut sebagai alat dasar komunikasi bagi orang-orang yang kemampuan
mendengar serta berbicara kurang normal, namun ada juga orang-orang yang
normal menggunakan bahasa isyarat dalam bekomunikasi untuk menyampaikan
pesan–pesan yang sangat rahasia. Sebaliknya bagi orang-orang yang kurang normal
atau mengalami tunarungu bahasa isyarat tersebut sebagai dasar yang sangat
fundamen dalam komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, faisya menggunakan
Bahasa isyarat dan gesture sebagai alat komunikasi yang posisinya sama dengan
bahasa lisan dan tulisan bagi orang-orang tertentu.
a. Beberapa faktor yang kemungkinan besar menjadi penyebab hambatan
pendengaran yang dialami Faisya berdasarkan waktu terjadinya!
Jawab :
Sebab-sebab kelainan pendengaran atau tunarungu dapat terjadi sebelum anak
dilahirkan, atau sesudah anak dilahirkan. Menurut Sardjono(1997:10-20)
mengemukakan bahwa faktor penyebab ketunarunguan dapatdibagi dalam :
1) Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal)
a. Faktor keturunan Cacar air,
b. Campak (Rubella, Gueman measles)
c. Terjadi toxaemia (keracunan darah)
d. Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar
e. Kekurangan oksigen (anoxia)
f. Kelainan organ pendengaran sejak lahir
2) Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal)
a. Faktor Rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis
b. Anak lahir pre mature
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

c. Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang)


d. Proses kelahiran yang terlalu lama
3) Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal)
a. Infeksi
b. Meningitis (peradangan selaput otak)
c. Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
d. Otitis media yang kronis
e. Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan.
Menurut Trybus (1985) dalam Somat dan Hernawati (1996:27) mengemukakan
enam penyebab ketunarunguan yaitu :
a) Keturunan
b) Penyakit bawaan dari pihak ibu
c) Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran
d) Radang selaput otak (mengikis)
e) Otitis media (radang pada bagian telinga tengah)
f) Penyakit anak-anak berupa radang atau luka-luka
Dari pendapat di atas saya menyimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya
tunarungu yang dialami oleh faisya berdasarkan prediksi penulis yaitu pre natal
(keturunan), natal (bawaan dari pihak ibu), post natal (otitis media).
b. Bagaimana dampak kebutuhan khusus yang dialami Faisya tersebut dalam
kemampuan komunikasi dan sosialnya!
Jawab :
a) Kemampuan dari segi bahasa dan bicara
Kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dan berbicara berbeda dengan
anak normal pada umumnya karena kemampuan tersebut sangat erat
kaitannya dengan kemampuan mendengar. Dikarenakan anak tunarungu tidak
bisa mendengar bahasa, maka anak tunarungu mengalami hambatan dalam
berkomunikasi. Perlu diketahui, bahasa merupakan alat dan sarana utama
seseorang dalam berkomunikasi. Alat komunikasi terdiri dan membaca,
menulis dan berbicara, sehingga anak tunarungu akan tertinggal dalam tiga
aspek penting ini. Di SDN 09/XI Kelurahan Pasar Sungai Penuh Anak
tunarungu memerlukan penanganan khusus dan lingkungan berbahasa
intensif yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya seperti yang
terjadi di SDN 09/XI Kelurahan Pasar Sungai Penuh yang saya temui berupa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

implan koklea yang ditanamkan pada telinga salah satu siswa yang bernama
Rima (Siswi Kelas 3) melalui pembedahan/ Operasi di Instansi terkait.
Kemampuan berbicara anak tunarungu juga dipengaruhi oleh kemampuan
berbahasa yang dimiliki oleh anak tunarungu. Kemampuan berbicara pada
anak tunarungu akan berkembang dengan sendirinya namun memerlukan
upaya terus menerus serta latihan dan bimbingan secara profesional. Oleh
karena itu, Dengan cara yang demikian banyak dari mereka yang belum bisa
berbicara seperti anak normal baik suara, irama dan tekanan suara terdengar
monoton berbeda dengan anak normal.
b) Kemampuan dari segi emosi dan sosial
Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan lingkungan dalam
kehidupa sehari-hari. Keterasingan yang merupakan keadaan sosial yang
berat dialami oleh anak tunarungu tersebut akan menimbulkan beberapa efek
negatif seperti : egosentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai
perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan terhadap
orang lain, perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya memiliki sifat
yang polos dan tanpa banyak masalah, dan lebih mudah marah dan cepat
tersinggung.
1) Egosentrisme yang melebihi anak normal
Sifat ini disebabkan oleh anak tunarungu memiliki dunia yang kecil akibat
interaksi dengan lingkungan sekitar yang sempit. Karena mengalami
gangguan dalam pendengaran, anak tunarungu hanya melihat dunia sekitar
dengan penglihatan. Penglihatan hanya melihat apa yang di depannya saja,
sedangkan pendengaran dapat mendengar sekeliling lingkungan. Karena
anak tunarungu mempelajari sekitarnya dengan menggunakan
penglihatannya, maka aka timbul sifat ingin tahu yang besar, seolah-olah
mereka haus untuk melihat, dan hal itu semakin membesarkan
egosentrismenya karena daerah pengamatan mereka hanya terbatas pada
kemampuan pengelihatan saja.
2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas
Perasaan takut yang menghinggapi anak tunarungu seringkali disebabkan
oleh kurangnya penguasaan terhadap lingkungan yang berhubungan
dengan kemampuan berbahasanya yang rendah. Keadaan menjadi tidak
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

jelas karena anak tunarungu tidak mampu menyatukan dan menguasai


situasi yang baik.
3) Ketergantungan terhadap orang lain
Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa yang sudah
dikenalnya dengan baik, merupakan gambaran bahwa mereka sudah putus
asa dan selalu mencari bantuan serta bersandar pada orang lain.
4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan
Sempitnya kemampuan berbahasa pada anak tunarungu menyebabkan
sempitnya alam fikirannya. Alam fikirannya selamanya terpaku pada hal-
hal yang konkret dan belum mampu berpikir ke arah abstrak. Jika sudah
berkonsentrasi kepada suatu hal, maka anak tunarungu akan sulit dialihkan
perhatiannya ke hal-hal lain yang belum dimengerti atau belum
dialaminya sehingga dapat dikatakan bahwa Anak tunarungu lebih miskin
akan fantasi dengan hal-hal yang bersifat baru dalam kehidupannya.
5) Umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah
Hal ini disebabkan karena anak tunarungu tidak bisa mengekspresikan
perasaannya dengan baik. Anak tunarungu akan jujur dan apa adanya
dalam mengungkapkan perasaannya. Perasaan anak tunarungu biasanya
dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa perbedaan.
6) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung
Hal ini disebabkan karena banyak merasakan kekecewaan akibat tidak
bisa dengan mudah mengekspresikan perasaannya, anak tunarungu akan
mengungkapkannya dengan kemarahan. Semakin luas bahasa yang
mereka miliki semakin mudah mereka mengerti perkataan orang lain,
namun semakin sempit bahasa yang mereka miliki akan semakin sulit
untuk mengerti perkataan orang lain sehingga anak tunarungu
mengungkapkannya dengan kejengkelan dan kemarahan.
Berdasarkan karakteristik dan kemampuan anak tunarungu dari beberapa
aspek yang sudah dibahas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai dampak
dari ketunarunguannya tersebut hal yang menjadi perhatian adalah kemampuan
berkomunikasi anak tunarungu yang rendah. Intelegensi anak tunarungu umumnya
berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan tinggi, namun prestasi anak tunarungu
terkadang lebih rendah karena pengaruh kemampuan berbahasanya yang rendah.
Maka dalam pembelajaran di sekolah anak tunarungu harus mendapatkan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

penanganan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik yang


dimiliki. Anak tunarungu akan berkonsentrasi dan cepat memahami kejadian yang
sudah dialaminya dan bersifat konkret bukan hanya hal yang diverbalkan. Anak
tunarungu membutuhkan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
berbahasanya yaitu metode yang dapat menampilkan kekonkretan sesuai dengan
apa yang sudah dialaminya. Metode pembelajaran untuk anak tunarungu haruslah
yang kaya akan bahasa konkret dan tidak membiarkan anak untuk berfantasi
mengenai hal yang belum diketahui.
Solusi cara mengajar anak dengan pendengaran terganggu (tunarungu)
seperti yang dialami oleh faisya yaitu dapat melalui media pembelajaran dengan
menunjukkan foto-foto, video, kartu huruf, kartu kalimat, anatomi telinga, miniatur
benda, finger elphabet, model telinga, torso setengah badan, puzzle buah-buahan,
puzzle binatang, puzzle konstruksi, silinder, model geometri, menara segitiga,
menara gelang, menara segi empat, atlas, globe, peta dinding, miniatur rumah adat.
Anak tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar,
memerlukan media pembelajaran yang berupa media visual. Adapun cara
menerangkannya dengan bahasa bibir/gerak bibir. Media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk anak tunarungu ketika saya mengajar di SDN 09/XI Kelurahan
Pasar Sungai Penuh berupa:
a. Media stimulasi visual :
1) Cermin artikulasi
2) Benda asli maupun tiruan
3) Gambar
4) Pias kata
5) Gambar disertai tulisan
b. Media stimulasi auditoris
1) Speech trainer, yang merupakan alat elektronik untuk melatih bicara
anak dengan hambatan sensori pendengaran
2) Alat musik, seperti: drum, gong, suling, piano/organ/harmonika, rebana,
terompet dan sebagainya
3) Tape recorder
4) Berbagai sunber suara lainnya, antara lain: a) Suara alam: angin
menderu, gemercik air hujan, suara petir; b) Suara binatang: kicauan
burung, gonggongan anjing, auman harimau,ringkikan kuda; c) Suara
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

yang dibuat manusia: tertawa, batuk, tepukan tangan, percakapan, bel,


lonceng, peluit; d) Sound system alat untuk memperkeras suara; e)
Media dengan sistem amplifikasi pendengaran, antara lain ABM,
Cochlear Implant, dan loop system.

2. Sekolah Dasar Mandiri Berdikari memiliki siswa berkebutuhan khusus tipe lamban
belajar, hambatan intelektual (tunagrahita) ringan, tunarungu-wicara, dan autism
spektrum ringan. Total siswa berkebutuhan khusus sekitar 20% dari keseluruhan
siswa. Mereka tersebar di berbagai kelas dan belajar bersama siswa lainnya.
Sekolah memiliki layanan di ruang khusus untuk memenuhi kebutuhan siswa yang
tidak bisa dipenuhi dalam kelas reguler.
a. Berilah penjelasan mengenai bentuk layanan pendidikan di sekolah tersebut
dilihat dari bergabung atau terpisahnya siswa berkebutuhan khusus dengan
siswa lainnya!
b. Jenis pelayanan pendidikan khusus apa yang dipraktikkan di sekolah tersebut,
jelaskan!
c. Temukan masing-masing minimal tiga (3) kelebihan dan kekurangan model atau
jenis layanan ini!
PEMBAHASAN :
Adapun Bentuk layanan pendidikan khusus diantaranya yaitu :
 Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi merupakan sistem pendidikan yang
terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan
khusus melalui sistem segresi maksudnya adalah penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan secara khusus dari terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak
berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan
khusus untuk anak berkebutuhan khusus, seperti sekolah luar biasa atau
sekolah dasar luar biasa, sekolah menengah pertama luar biasa, sekolah
menengah luar biasa. Sistem pendidikan segresi merupakan sitem pendidikan
yang paling tua. Pada awal pelaksanaan sistem ini diselenggarakan karena
adanya kekhawatiran atau keragaman terhadap kemampuan anak
berkebutuhan khusus untuk belajara bersama anak normal. Pelaksanaan
layanan pendidikan segregasi atau sekolah luar biasa, pada dasarnya
dikembangkan berlandaskan UU SPN no. 2/1989 yang bentuk
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

pelaksanaannya diatur melalui pasal-pasal dari PP No. 72/91. Pasal 4


menyebutkan bahwa Satuan Pendidikan Dasar berupa Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB),
serta Satuan Pendidikan Menengah adalah Sekolah Menengah Luar Biasa
(SMLB). Berkenaan dengan lamanya pendidikan dari tiap-tiap satuan
pendidikan luar biasa sesuai dengan PP no. 72 pasal5, yaitu:
a) Sekolah Dasar Luar Biasa sekurang-kurangnya enam tahun
b) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa sekurang-kurangnya tiga
tahun
c) Sekolah Menengah Luar Biasa sekurang-kurangnya tiga tahun Pada pasal
6 PP No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa untuk Taman Kanak-kanak
Luar Biasa lamanya pendidikan satu sampai tiga tahun.
Dengan demikian maka jenjang dan lamanya pendidikan sama dengan
sekolah biasa. Mengenai kurikulum, sama dengan kurikulum biasa tetapi
boleh melakukan penyesuaian sesuai dengan jenis serta tingkat kelainan yang
dimiliki anak. Dengan kata lain dapat diasumsikan bahwa TKLB, SDLB,
SLTPLB, dan SMLB terdiri dari berbagai jenis sesuai dengan kelainan
masing-masng. Hal ini diperlukan untuk memudahkan program 14
pembelajaran. Jenis-jenis satuan pendidikan luar biasa yang dimaksud ,
terdiri dari SLB A,B,C,D,E, dan G. Adapun banyaknya siswa dalam satu
kelas dibatasi antara 5 sampai 10 siswa.
Kelas yang kecil jumlahnya dikarenakan setiap siswa memerlukan
program perorangan selain program bersama. Penddidikan segregasi ini
(TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMALB) dalam pelaksanaannya terbagi atas
dua jenis sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, yaitu : Sekolah
Khusus Harian atau Special Day School dan Sekolah Khusus Berasrama atau
Residential School
1) Sekolah Khusus harian (Special Day School), yaitu SLB (TKLB,
SDLB, SLTPLB, dan SMALB) yang dikunjungi anak setiap hari dari
rumahnya masing-masing selama jam sekolah penuh. Biasanya SLB ini
hanya menerima satu jenis kelainan dan semua program dikembangkan
oleh SLB yang bersangkutan.
2) Sekolah khusus berasrama (Residential School), yaitu sekolah yang
menampung anak-anak terpisah selama 24 jam dari lingkungan normal.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Sistem lembaga ini merupakan sistem lembaga yang tertua dari


lembagalembaga pendidikan ABK. Dewasa ini sekolah khusus
berasrama digunakan hanya bagi anak-anak berkelainan yang berat.
Anak-anak ini dapat mengunjungi keluarganya pada saat libur, juga
keluarga mereka dapat berkunjung pada waktu-waktu tertentu, terutama
waktu libur. Ada dua jenis pelaksanaan pendidikan segregasi di
Indonesia yaitu Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan
Sekolah Khusus Berasrama (Residential School).
 Bentuk layanan pendidikan Intergrasi/Terpadu yaitu sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap. Sistem
pendidikan integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu yakni sistem
pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana
keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat
menyeluruh, sebagian, keterpaduan dalam rangka sosialisasi. Pada sistem
keterpaduan secara penuh dan sebagian, jumlah anak berkebutuhan khusus
dalam satu kelas maksimal 10% dari jumlah siswa keseluruhan. Selain itu
dalam satu kelas hanya satu jenis kelainan. Hal ini untuk menjaga beban guru
kelas tidak terlalu berat, dibanding jika guru harus melyani berbagai macam
kelainan. Dengan demikian, dapat dikatakan Pendidikan Integrasi adalah
suatu sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk belajar dalam waktu tertentu
disekolah regular sesuai dengan kelas yang ada di Sekolah Luar Biasa
misalnya hanya dalam pelajaran kesenian atau olah raga. Jadi peserta didik
SLB bersama dengan peserta didik reguler berada dalam kelas yang sama.
 Bentuk layanan Pendidikan Inklusi. Menurut Baihaqi dan M.Sugiarmin
menyatakan bahwa hakikat inklusif adalah mengenai hak setiap siswa atas
perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus diberi
kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi
tersebut, sistem pendidikan harus dirancang dengan memperhitungkan
perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagi mereka yang memiliki
ketidak mampuan khusus dan/atau memiliki kebutuhan belajar yang luar
biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan
tepat. Selanjutnya, Daniel P. Hallahan mengemukakan definisi pendidikan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

inklusif sebagai pendidikan yang menempatkan semua peserta didik


berkebutuhan khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari. Dalam
pendidikan seperti ini, guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap peserta
didik berkebutuhan khusus tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka saya
mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan inklusif merujuk pada layanan
pendidikan untuk semua dengan fokus spesifik pada mereka yang rentan
terhadap marjinalisasi dan pemisahan yaitu ketika orang tua atau orang lain
yang diberikan tanggung jawab tidak dapat melaksanakan misalnya anak
yang berada dibawah konflik, bencana alam, anak jalanan, anak cacat, dan
anak-anak korban narkoba. Maka pendidikan inklusif tidak hanya bagi yang
menyandang kecacatan fisik, sensori atau intelektual saja. Inklusi merupakan
sebuah proses mengurangi atau menghilangkan hambatan untuk belajar dan
berpartisipasi. Strategi inklusi harus berfokus pada interaksi antara anak dan
lingkungannya. Ini merupakan proses untuk memenuhi dan merespon
keragaman kebutuhan semua anak. Hal ini akan mengakibatkan perubahan
dan modifikasi dalam isi, pendekatan, struktur, dan strategi belajar.
Diperlukan strategi yang menyeluruh untuk mengantarkan pendidikan di
Indonesia menuju inklusi yang melibatkan berbagai komponen yang ada di
masyarakat.
JAWABAN NO 3 :
a. Adapun bentuk layanan pendidikan berdasarkan soal di atas adalah model
integrasi. Pada model ini menyediakan pendidikan bagi ABK di sekolah yang
sama dengan anak normal. Model integrasi terdiri dari 3 jenis yaitu integrasi
fisik, sosial dan pembelajaran. Integrasi fisik berlangsung dalam bentuk
kebersamaan antara anak normal dan juga ABK, contonya mereka bersama-
sama dalam ruangan bermain, kantin atau ruangan lain. Mungkin interaksinya
tidak terjadi tapi paling tidak mereka menyadari bahwa mereka (anak normal
dan ABK) berada dalam satu ruangan bersama.Integrasi sosial terjadi jika
terjadinya komunikasi antara anak normal dan ABK, contohnya saling sapa
atau bermain bersama. Integrasi pembelajaran terjadi jika ABK dan anak
normal belajar bersama-sama.Durasi atau waktu untuk setiap jenis integrasi
tersebut bisa bervariasi sesuai dengan kemampuan setiap anak. Melalui model
pengintegrasian diharapkan kebutuhan pendidikan ABK bisa terpenuhi, baik
dari aspek sosialisasi dengan anak normal atauoun dari aspek kebutuhan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

pribadi. Alasan kuat karenan sekolah tersebut menerapkan sistem pendidikan


yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap sehingga disebut
dengan disebut juga sistem pendidikan terpadu yakni sistem pendidikan yang
membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak
normal.
b. Adapun jenis layanan pendidikan khusus adalah model ruang sumber. Pada
model ini, ABK akan belajar di kelas atau sekolah biasa yang dilengkapi
dengan ruang bimbingan khusus. ABK akan belajar bersama dengan anak
normal lainnya pada waktu tertentu. ABK meninggalkan kelas biasa dan
melanjutkan ke ruang sumber untk mendapat bimbingan dari guru pembimbing
khusus (GPK).
c. Kelebihan :
 Menekankan pada pengajaran remedial,
 GPK bisa berperan sebagai konsultan untuk guru-guru lain,
 Bimbingan khusus merupakan suplemen dari pelajaran di kelas biasa,
 GPK dapat menyediakan pelajaran individual bagi ABK, terutama
dalam bidang yang bermasalah bagi ABK,
 Mengurangi trauma.
 Dari sisi kurikulum, dengan menempuh pendidikan di sekolah umum,
anak tunarungu akan mendapatkan materi pelajaran yang sama dengan
siswa yang normal.
Kelemahan atau kekurangan:
 Permasalahan yang mungkin timbul akibat pengaturan jadwal,
 Ketidaksesuaian untuk melayani ABK yang mengalami kesulitan parah,
 Peran guru dan GPK yang mungkin memunculkan konflik internal di
sekolah.

3. Salah satu tugas guru bagi anak berkebutuhan khusus adalah menyusun rencana
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak. Hasil asesmen menunjukkan
seorang siswa berkesulitan membaca di kelas 3 SD sudah bisa mengeja semua
alphabet, namun mengalami kesulitan dalam merangkai huruf menjadi kata,
terutama untuk kata yang mengandung kombinasi huruf yang mirip dan kata yang
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

mengandung konsonan rangkap. Intervensi kesulitan membaca pada kasus tersebut


akan dirancang melalui teknik Fernald¸ dengan panduan sebagai berikut :
a. Jelaskan secara singkat prinsip dari teknik Fernald!
b. Susunlah prosedur pelaksanaan intervensi ‘merangkai huruf menjadi kata’
dengan teknik Fernald dalam 4 tahapannya, serta contoh aktivitas kongkrit
dengan memperhatikan kasus anak tersebut!
JAWABAN NO 3:
a. Tekhnik Fernald
Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multi
sensori yang sering dikenal pula sebagai metode VAKT (Visual Auditori
Kinestetik Taktil), metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari
kata-kata yang diucapkan oleh anak dan tiap kata diajarkan secara utuh. Metode
ini memiliki empat tahapan, tahapan pertama, guru menulis kata yang hendak
dipelajari di atas kertas dengan krayon. Selanjutnya anak menelusuri tulisan
tersebut dengan jarinya (taktil kinestetik), pada saat ini menulusuri tulisan
tersebut, anak melihat tulisan (visual), dan mengucapkannya dengan keras
(auditori). Proses semacam ini diulang-ulang sehingga anak dapat menulis kata
tersebut dengan benar tanpa melihat contoh. Jika anak telah dapat menulis dan
membaca dengan benar, bahan bacaan tersebut disimpan, pada tahapan kedua
anak tidak terlalu lama diminta menelusuri tulisan-tulisan dengan jari, tetapi
mempelajari tulisan guru dengan melihat guru menulis, sambil
mengucapkannya. Anak-anak mempelajari kata-kata baru pada tahapan ketiga,
dengan melihat tulisan di papan tulis atau tulisan cetak, dengan mengucapkan
kata tersebut sebelum menulis. Pada tahapan ini anak dimulai membaca tulisan
dari buku. Pada tahapan keempat, anak mampu mengingat kata-kata yang
dicetak atau bagian-bagian dari kata yang telah dipelajari.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Abdurahman (1999) yang menyatakan
bahwa metode Fernald merupakan pendekatan multisensoris untuk mengajar
membaca, menulis dan mengeja. Secara singkat, langkah-langkah yang harus
dilaksanakan oleh guru saat mengajar di Kelas 3 tersebut berdasarkan soal diatas
sebagai berikut : 1) Anak diberitahukan bahwa mereka akan mempelajari kata-
kata dan didorong untuk memilih sendiri kata yang ingin dipelajari; 2) Guru
menulis kata yang dipilih oleh anak di atas selembar kertas berukuran 4 x 10
inci. Ketika anak memperhatikan tulisan tersebut, guru membacakan secara oral;
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3) Anak menelusuri bentuk kata dengan jarinya, mengucapkan kata tersebut


berulang kali, kemudian menuliskan di kertas lain sambil mengucapnya pula; 4)
Selanjutnya anak menuliskan kata tersebut dari ingatannya, tanpa melihat tulisan
aslinya. Jika anak dapat melakukannya, tambah dengan kata lain dengan
mengikuti prosedur yang sama dengan sebelumnya. Jika anak juga berhasil,
simpan hasil tulisan anak ke dalam kotak. Jika kata-kata tersebut sudah cukup
banyak, selanjutnya dapat disusun menjadi suatu cerita; 5) Pada tahap terakhir,
anak tidak lagi menelusuri bentuk kata dengan jarinya. Anak hanya dapat
melihat kata yang ditulis oleh guru, mengucapkan kata tersebut, dan kemudian
menulisnya. Selanjutnya, anak hanya melihat kata yang paling akhir, hanya
dengan melihat saja.
Sedangkan menurut Yusuf (2003) empat tahapan metode Fernald sebagai
berikut : 1) Tahap pertama, anak memilih kata yang akan dipelajarinya, guru
menuliskannya besar-besar. Anak kemudian menelusuri kata dengan jarinya.
Sambil menelusuri, anak mengucapkan kata itu keras-keras. Di samping itu,
anak juga melihat kata dan mendengarkan suaranya sendiri saat membaca. Jika
anak membuat kesalahan, ia harus mengulanginya dari depan lagi. Jika sudah
benar, kata itu akan disimpan dalam bank kata anak. Anak dapat membuat cerita
dari kata yang sudah dikuasainya; 2) Tahap kedua, anak tidak lagi menelusuri
kata. Ia belajar dengan melihat kata yang ditulis guru, mengucapkannya, dan
menyalinnya. Anak terus didorong menyusun cerita dan mempertahankan bank
kata; 3) Tahap ketiga, guru tidak lagi harus menulis kata. Anak belajar membaca
dari kata-kata atau kalimat yang sudah dicetak. Ia melihat kata,
mengucapkannya, dan menyalinnya. Guru harus memantau apakah semua kata
masih diingatnya; 4) Tahap keempat, anak sudah mampu mengenal kata-kata
baru dengan membandingkannya dengan kata-kata yang sudah dipelajarinya.
Anak dapat dimotivasi untuk memperluas materi bacaan.
b. Susunlah prosedur pelaksanaan intervensi ‘merangkai huruf menjadi kata’
dengan teknik Fernald dalam 4 tahapannya, serta contoh aktivitas kongkrit
dengan memperhatikan kasus anak tersebut!
1) Tahap Satu
Pada tahap ini siswa memilih kata-kata yang dipelajari, tiap kata dituliskan
dengan krayon pada kertas dengan tulisan miring. Siswa menelusuri kata
dengan jari dan membunyikan tiap bagian kata sesuai dengan perjalanan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

selusur. Penelusuran diulangi berkali-kali sampai siswa dapat menulis kata


pada secarik atau beberapa kertas lain tanpa melihat contoh. Kata yang telah
dipelajari dimasukan ke dalam file sesuai dengan alfabetnya. Setelah
mempelajari beberapa kata diharapkan siswa menyadari bahwa dirinya
dapat membaca dan menulis. Pada saat itu diperkenalkan cara menulis
cerita. Sebelum cerita dapat ditulis oleh siswa, ia harus mempelajari
kembali kata demi kata dengan teknik selusur. Sesudah belajar kata dan
menuliskan cerita, kemudian siswa membaca cerita dan menyimpan kata
pada file kata.
2) Tahap Dua
Siswa masuk tahap ini jika sudah terbukti tidak memerlukan selusur lagi.
Kata yang dipelajari berasal dari kata-kata yang tidak dikenal yang telah
ditulis oleh siswa. Siswa mempelajari kata-kata cukup dengan melihat dan
mengatakannya berkali-kali. Proses ini berlangsung sampai siswa dapat
menuliskan kata dari ingatan.
3) Tahap Tiga
Pada tahap ini siswa mempelajari kata dengan melihat dan
mengucapkannya. Mereka boleh membaca kata yang mereka kehendaki.
Apabila menemukan kata yang belum mereka ketahui, siswa hendaknya
diberi tahu. Pada tahap ini siswa mempelajarinya langsung dari buku
bacaan. Kata-kata baru tidak perlu lagi ditulis pada kartu. Siswa melihat
kata-kata tercetak, kemudian mengucapkannya berkali-kali dan
mengingatnya lalu menuliskannya.
4) Tahap Empat
Siswa diharapkan mengenal kembali kata-kata baru dan memahaminya
setiap kata itu muncul. Kata-kata dapat dipelajari dari konteks atau dari
keseluruhan kata atau bagian-bagian dari kata. siswa diminta menuliskan
kata yang sulit baginya sebagai latihan. Pada fase ini siswa didorong sampai
kepada satu paragraf untuk memperjelas makna dari kata-kata yang belum
dikenal sebelum mulai membaca.

4. Carilah satu kasus anak berusia antara 6 sampai 15 tahun yang menunjukkan gejala
kebutuhan khusus di kelas atau di lingkungan sekitar, atau analisis kasus dari media
massa (media sosial, website pada internet, koran, televisi, dan sebagainya),
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

kemudian lakukan asesmen terhadap anak dalam kasus yang ditemukan.


Berdasarkan aktivitas tersebut, jawablah pertanyaan berikut ini:
a. Deskripsikan hasil identifikasi kebutuhan khusus anak dari kasus yang Anda
temukan!
b. Deskripsikan secara singkat dan jelas hasil asesmen dari minimal dua aspek
kemampuan anak (fisik-motorik, kognisi, bahasa, komunikasi, emosi-sosial)
yang muncul pada kasus!
JAWABAN NO 4 :
a. Dari hasil identifikasi yang saya temukan dari lingkungan sekitar, yaitu saya
mnedapati seorang anak dengan gejala atau ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri
anak tunarungu dan gangguan komunikasi. Ia berinisial AM, Berjenis kelamin
laki-laki dan Usianya 13 tahun. Saat ini statusnya adalah seorang siswa di salah
satu SLB di Kota Sungai Penuh.
Dari hasil identifikasi yang saya lakukan juga saya mengetahui bahwa tuna
rungu (tuli) yang ia alami adalah bawaan dari lahirnya, bahkan didalam
keluarganya juga terdapat anggota keluarga yang lain yang memiliki kondisi
yang sama. Tuna rungu (tuli) yang ia alami inilah yang akhirnya menyebabkan
ia juga mengalami gangguan komunikasi (bisu). Selain dari tuna rungu dan
gangguan komunikasi yang ia miliki, semua anggota tubuh dan indranya lainnya
berfungsi dengan baik. Ia juga tidak memiliki gangguan bentuk fisik lainnya,
sehingga jika dilihat sekilas ia nampak seperti anak normal lainnya yang sehat
secara jasmani dan rohani, dan juga berkat dukungan dari kedua orang tua dan
keluarganya serta lingkungan sekitarnya sehingga ia mampu untuk melakukan
aktifitas secara mandiri dan mampu untuk bersekolah di SLB Kota Sungai
Penuh.
b. hasil asesmen dari dua aspek kemampuan anak:
1) fisik-motorik
AM merupakan anak yang sehat jika dilihat dari fisiknya (selain tuli dan
bisu). Ia juga merupakan anak yang aktif, dalam kesehariannya ia melakukan
aktifitas layaknya anak normal lainnya. Seperti rutinitas pagi bangun tidur,
mandi, sarapan, berangkat ke sekolah, siangnya pulang sekola lalu membantu
ayah ibunya di warung miliknya, sorenya ia bermain di sekitar rumahnya
dengan anak-anak sebayanya lalu pulang untuk mandi, malam hari ia makan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

malam bersama keluarga dan tidur. Hal Ini menandakan kondisi fisik dan
motoriknya sangat baik.
2) Komunikasi-bahasa
AM tidak memakai alat bantu dengar, AM melakukan komunikasi dengan
memakai bahasa isyarat dan tulisan. Karena ia adalah siswa SLB di Kota
Sungai Penuh jadi ia sudah diajari untuk berkomunkikasi lewat tulisan
walaupun tidak selancar tulisan anak normal lainnya. Kalimat yang
digunakan juga masih kaku. Ia juga mahir menggunakan HP ataupun
smartphone dan alat elektronik lainnya, nah ketika saya mencoba chating via
pesan whastapp dengannya saya mengetahui bahasa yang ia gunakan masih
sedikit kaku walaupun saya mengerti maksud dari pesan yang ia sampaikan
tetapi saya tetap takjub dan terkesan. Menurut saya AM ini adalah sosok anak
ABK yang cerdas dan terampil.

Anda mungkin juga menyukai