Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

TUGAS 2

SALMA URFA
NIM 857758403

UPBJJ SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
1. Definisi tunarungu dari berbagai sumber.
a. Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) tunarungu (hearing impairment) merupakan
satu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan
sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang dengar
(hard of hearing).
b. Ahli lain yaitu Frisina (Moores, 2001), mengemukakan bahwa orang yang tuli (a deaf
person) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar sedemikian
besar, yang menghambat pemahaman bicara melalui pendengarannya dengan atau
tanpa menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang yang kurang dengar (a hard
of hearing person) adalah seseorang yang mengalami kesulitan, tetapi tidak
menghambat pemahaman pembicaraan melalui pendengarannya, tanpa atau dengan
menggunakan alat bantu dengar.

Dari definisi oleh para ahli di atas tentangg tunarungu, dapat disimpulkan bahwa
tunarungu merupakan ketidakmampuan seseorang dalam hal indera pendengaran yang
sulit untuk menangkap suara atau bunyi tanpa bantuan alat dengar, sehingga dapat
menghambat pemahaman bicara.

Upaya mencegah terjadinya tunarungu pada keluarga.


a. Upaya yang dapat dilakukan pada saat sebelum nikah (pra nikah).
1) Menghindari pernikahan sedarah atau pernikahan dengan sudara dekat, terutama
pada keluarga yang mempunyai sejarah tunarungu.
2) Melakukan pemeriksaan darah.
3) Melakukan konseling genetika.
b. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu hamil.
1) Menjaga kesehatan dan memeriksakan kehamilan secara teratur kepada dokter
kandungan/bidan.
2) Mengkonsumsi gizi yang baik dan seimbang.
3) Tidak meminum obat sembarangan, karena dapat menyebabkan keracunan pada
janin.
4) Melakukan imunisasi anti tetanus.
c. Upaya yang dapat dilakukan pada saat melahirkan.
1) Pada saat melahirkan diupayakan tidak menggunakan alat penyedot
2) Apabila ibu tersebut terkena virus herpes simpleks pada daerah vaginanya, maka
kelahiran harus melalui operasi caesar.
d. Upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir (post natal).
1) Melakukan imunisasi dasar serta imunisasirubela yang sangat penting terutama
bagi wanita.
2) Apabila anak mengalami sakit influenza, harus dijaga/diobati jangan sampai
terlalu lama, karena virusnya dapat masuk ke rongga telinga tengah melalui
saluran eustaschius, dan dapat menyebabkan pandangan (otitis media).
3) Menjaga telinga dari kebisingan, seperti menggunakan pelindung telinga bagi
para pekerja di pabrik.

2. Kebutuhan khusus untuk anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi.
a. Kebutuhan khusus anak tunarungu
1) Layanan bina komunikasi
Merupakan suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak
yang terhambat, sebagai dampak dari kehilangan pendengarannya. Pengembangan
komunikasi didasari dengan pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara.
2) Layanan bina bicara
Merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam
mengucapkan bunti-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata, agar dapat
dimengerti atau diinterprestasikan oleh orang yang mengajak/diajak bicara.
Latihan bina bicara dikenal juga dengan latihan artikulasi.
3) Layanan membaca ujaran
Anak tunarungu mengalami kesulitan untuk menyimak pembicaraan melalui
pendengarannya. Oleh karena itu, ia dapat memanfaatkan pengelihatannya untuk
memahami pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimic si pembicara.
Kegiatan ini disebut membaca ujaran (speech reading).
Kemampuan membaca ujaran dapat dilatihkan membaca ujaran. Melalui latihan
pra membaca ujaran meliputi latihan meniru gerakan-gerakan yang besar terlabih
dahulu, seperti gerakan tangan, kemudian gerakan yang kecil seperti meniru
gerakan lidah dan bibir. Latihan membaca ujaran diberikan seperti dikte dengan
bahan membaca ujaran berupa vikal, suku kata, kata, serta kalimat.
4) Layanan bina persepsi bunyi dan irama (BPBI)
Layanan bina persepsi bunyi dan irama merupakan layanan untuk melatih
kepekaan/penghayatan anak tunarungu terhadap bunyi dan irama. Layanan bina
persepsi bunyi dan irama bertujuan agar kepekaan sisa pendengaran dan perasaan
vibrasi siswa semakin terlatih untuk memahami makna berbagai macam bunyi
bahasa.
b. Kebutuhan khusus anak gangguan komunikasi
1) Kebutuhan khusus anak dengan gangguan artikulasi
Anak dengan gangguan artikulasi yang disebabkan oleh gangguan persepsi
pendengaran, memiliki kebutuhan khusus: melatih pendengarannya untuk
membedakan berbagai fonem serta latihan pengucapan.
2) Kebutuhan khusus anak yang gagap antara lain:
a) Kesempatan anak untuk berkomunikasi dalam suasana yang tenang, nyaman,
dan santai, dengan tidak terlalu memperhatikan kegagapannya yang membuat
anak menyadari bahwa gagapnyaa adalah masalah besar.
b) Pada anak gagap yang kidal, perlu diberikan kebebasan untuk menggunakan
tangan kirinya secara dominan dalam berbagai aktivitasnya, jangan
memaksanya menggunakan tangan kanan secara dominan.
c) Kesabaran dari orang yang diajak bicara untuk mau mendengarkan, tanpa
memotong pembicaraan anak sewaktu ia belum selesai berbicara.
d) Lingkungan yang tidak banyak menuntut, agar tidak menimbulkan tekanan
yang akan memperberat kegagapannya.
3) Kebutuhan khusus anak yang mengalami keterlambatan dalam komunikasi verbal,
antara lain:
a) Stimulasi bunyi-bunyi bahasa dari lingkungannya dalam setiap kesempatan.
Stimulasi dapat diberikan melalui percakapan tentang apa yang dialaminya.
b) Perhatian yang penuh saat anak membuka komunikasi dan tanggapan yang
positif dari lingkungan atas bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan anak.
c) Latihan kontak mata.
d) Kesempatan untuk bereksplorasi dalam berkomunikasi, seperti dengan teman
sebaya.
e) Pengembangan kosakata.
f) Pengembangan kepercayaan diri.
4) Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis.
Anak dengan gangguan komunikasi yang disebbabkan autis memiliki kebutuhan
khusus untuk memperoleh layanan komunikasi yang sesuai dengan
kemampuannya.

3. Klasifikasi anak tunagrahita di Indonesia.


a. Tunagrahita ringan IQ-nya 50-70.
b. Tunagrahita sedang IQ-nya 30-50.
c. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30.

Dampak ketunagrahitaan secara umum.

a. Dampak terhadap kemampuan akademik


Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, terlebih mengenai hal-hal yang
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari pada
dengan pengertian. Dari hari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka
cenderung menghindar dari perbuatan berpikir. Mereka mengalami kesukaran
memusatkan perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat
lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek.
b. Dampak sosial/emosional
Dampak sosial dan emosional tunagrahita dapat berasal dari ketidakmampuannya
dalam menerima dan melaksanakan norma sosial dan pandangan masyarakat yang
masih menyamakan keberadaan anak tunagrahita dengan anggota masyarakat lainnya
atau masyarakat masih menganggap bahwa anak tungrahita tidak dapat berbuat
sesuatu karena ketunagrahitaanya. Dampak ketunagrahitaan dalam sosial dan
emosional adalah: anak tunagrahita memiliki ketidakmampuan untuk memahami
aturan sosial dan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Dalam pergaulan, anak
tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin diri. Ketika masih
muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah terperosok ke dalam tingkah
laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak
yang leih muda darinya.

4. Jika ada 2 orang tua murid datang ke sekolah, dengan 1 anak menderita tunagrahhita
ringan dan 1 anak menderita tunagrahita sedang langkah pertama yang perlu dijelaskan
adalah mengenai layanan khusus yang harus diberikan kepada kedua murid tersebut
menggunakan bahasa yang sesopan mungkin agar wali murid tidak merasa tersinggung.
Anak tunagrahita memiliki kebutuhan khusus, kebutuhan itu erat kaitannya dengan berat
dan ringannya ketunagrahitaan. Seperti kebutuhan fisik dan kesehatan, kemungkinan
tidak dibutuhkan oleh anak tunagrahita ringan tetapi sebaliknya hal itu dibutuhkan bagi
anak tunagrahita sedang dan berat. Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah tempat
yang khusus terutama bagi yang sedang dan berat, sedangkan tunagrahita ringan dapat
ditempatkan di sekolah umum dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan
keadaan anak tersebut.
Setelah menjelaskan hal tersebut kepada wali murid, dapat disimpulkan bahwa yang
dapat masuk ke tempat SDN tempat saya mengajar adalah anak yang menderita
tunagrahita ringan saja sedangkan untuk anak tunagrahita sedang, saya akan
merekomendasikan kepada wali murid dengan tanpa menyinggung untuk memasukkan
anak tersebut ke sekolah khusus. Karena dilihat dari sumber dayanya sekolah tempat saya
mengajar belum memenuhi standar layanan khusus untuk anak tunagrahita sedang.

Anda mungkin juga menyukai