BAB I
PENDAHULUAN
fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang
dari keadaan fisiknya saja. Melainkan kita harus melihat dari sisi lain.
tidak dimiliki oleh orang lain yang mempunyai keadaan fisik yang
sebagai alat pengecap, kulit untuk merasakan, dan telinga berfungsi untuk
mendengar.
terdapat dua orang atau lebih maka akan terjadi interaksi antara mereka
1
2
bahasa dengan aturan yang sama, mulai dari pengambilan makna kata
mempergunakannya.
merefleksikan dengan baik ide-idenya dalam satu kata, padahal satu kata
jelas-jelas terdiri dari beberapa kumpulan bunyi bahasa. Satu bunyi bahasa
dimilikinya.
memahami bahasa yang diucapkan oleh orang lain, dan karena mereka
tidak dapat mengerti bahasa secara lisan atau oral maka mereka tidak dapat
bicara.
1
T.Somantri Sutjihati.Psikologi Anak Luar Biasa.(Bandung:Refika Aditama.2006)h.93
3
tunarungu.
tunarungu yang bisa berbicara layaknya orang normal. Hal itu memang
benar adanya, karena ada anak yang mengalami ketunarunguan dari sejak
lahir dan ada pula yang dikarenakan beberapa faktor misalnya kecelakaan.
Anak yang menderita tunarungu dari sejak lahir, akan mengalami kesulitan
berbicara memang bisa dilatih untuk berbicara tetapi hal itu tidak bisa
terjadi begitu saja melainkan harus menjalani terapi bicara atau yang
sering disebut terapi wicara. Meskipun begitu, anak tunarungu tetap tidak
akan bisa berbicara secara lancar layaknya orang normal pada umumnya
2
Somatri T Sutihadi.Psikologi Anak Luar Biasa. (Bandung : Refika Aditama.2006)h.97
4
3
Somatri, T Sutjihadi.Identifikasi Anak Luar Biasa.(Jakarta:Dikdasmen.2004)h.105
5
sehari-hari.
maupun reseptif. Untuk itu pembelajaran teknik Bina Persepsi Bunyi dan
Bunyi dan Irama ini, dilandasi oleh pandangan para ahli pendidikan luar
akan menunjang daya ingatan anak, selanjutnya daya ingatan akan besar
dalam proses bina persepsi bunyi dan irama ini terapis menginginkan agar
menggunakan ABM.
4
Rahmat Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.1991)h.11
7
dari TK, SD, SMP, dan SMA. Dalam satu Sekolah Luar Biasa Negeri
yang jumlahnya kurang lebih 40 siswa. Dalam satu kelas hanya berisi 3-7
siswa dan tidak boleh lebih dari 8 siswa dalam satu kelas.
hari. Dan ketika siswa SMA siswa diharapkan sudah mampu berbicara
secara berirama.
dilakukan oleh tenaga bina persepsi bunyi dan irama kepada anak
orang lain.
B. Rumusan Masalah
bina persepsi bunyi dan irama dengan siswa tunarungu yang tidak
9
pembelajaran berkomunikasi ?
C. Tujuan Penelitian
Pasuruan.
teknik bina persepsi bunyi dan irama dengan siswa tunarungu yang
pembelajaran berkomunikasi.
sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis
b. Secara praktis
penelitian.
E. Batasan Masalah
bina persepsi bunyi dan irama dengan siswa tunarungu yang tidak
2. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa, guru kelas dan
Kepala Sekolah.
11
F. Definisi Konseptual
tingkatan abstraksi dari konsep semakin sulit untuk diamati dan diukur.
dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.5 Dalam
dengan orang lain, dan mereka dapat menerima informasi sama seperti
5
Rahmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi.(Bandung: PT.Remaja Rosydakarya.1991)h.253
12
terhambat.
membahasakannya.
G. Sistematika Pembahasan
persepsi bunyi dan irama bagi siswa penderita tunarungu, dan penerapan
Pandaan Pasuruan.
teknik bina persepsi bunyi dan irama dengan siswa tunarungu yang tidak
14
berkomunikasi.