Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tomi Cahyono

NIM : 1401418130
Presensi : 19

1. Anak Berkelainan Fisik


a. Karakteristik Anak Tunanetra
Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi
penglihatan yang dinyatakan dengan tingkay ketajaman penglihatan atau visus
sentralitas di atas 20/200 dan secara paedagosis membutuhkan layanan khusus dalam
belajarnya di sekolah.
Beberapa karakteristik anak-anak tunanetra adalah:
 Secara fisik anak-anak tunanetra nampak sekali adanya kelainan pada organ
matanya yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal pada
umumnya, hal ini terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang
merupakan umpan balik dari stimuli visual.
 Dilihat dari segi motorik anak tunanetra kurang mampu melakukan orientasi
lingkungan sehingga mereka harus belajar bagaimana berjalan dengan anak dan
efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai keterampilan orientasi dan
mobilitas.
 Anak tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, sehingga menunjukkan
perilaku yang tidak semestinya, misalnya sering menekan matanya, membuat suara
dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala dan badan atau berputar-putar.
 Pada dasarnya anak-anak tunanetra kemampuan akademiknya seperti anak normal
pada umumnya hanya saja pengaruhnya pada perkembangan keterampilan
akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis. Dengan kondisi yang
demikian maka tunanetra mempergunakan berbagai alternatif media atau alat untuk
membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Misalnya
menggunakan huruf braille atau huruf cetak dengan berbagai alternatif ukuran.
Dengan penilaian dan pembelajaran yang sesuai, tunanetra dapat mengembangkan
kemampuan membaca dan menulisnya seperti anak-anak lain yang dapat melihat.
 Anak tunanetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan perilaku sosial yang
benar. Hal ini akibatnya dari ketunanetraannya yang berpengaruh terhadap
keterampilan sosial, oleh sebab itu perlu mendapatkan latihan langsung dalam
bidang pengembangan persahabatan, menjaga kontak mata atau orientasi wajah,
penampilan postur tubuh yang bai, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi
wajah, mempergunakan inotasi suara atau wicara dalam mengekspresikan perasaan,
menyampaikan pesan yang tepat pada waktu melakukan komunikasi. Dengan
adanya keterbatasan pada anak tunanetra maka mengakibatkan dalam memperoleh
pengalaman sangat sedikit. Hal ini berpengaruh pada sikapnya, dimana ia selalu
curiga, mudah tersinggung dan terfantung pada orang lain dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari.

b. Katakteristik Anak Tunarungu


Tunarungu adalah anak yang memiliki kondisi ketidakfungsian organ pendengarannya
atau telinganya. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak normal lainnya. Adapun karakteristiknya diantaranya adalah;
 Anak tunarungu dari segi fisik berjalannya kaku, agak membungkuk, bernafasnya
pendek, tidak teratur dan cara melihatnya agak beringas.
 Anak tunarungubahasanya miskin akan kosa kata, sulit mengartikan kata-kata yang
mengandung ungkapan dan tata bahasanya kurang teratur.
 Anak tunarungu intelektualnya normal, namun akibatnya dari keterbatasannya
dalam berkomunikasi dan berbahasa makan perkembangannya menjadi lamban.
Hal ini mengakibatkan perkembangan akademiknya mengalami keterlambatan.
 Anak tunarungu dalam hubungan sosialnya denga orang lain sering merasa curiga,
bersikap agresif. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan orang lain akibat dari kelainan pada fungsi pendengarannya.

c. Karakteristik Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik atau cacat tubuh,
yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan anggota
gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelaianan yang ada di syaraf pusat atau
otak. Kelaianan seperti ini disebut dengan cerebral palacsy (CP), dengan karakteristik
sebagai berikut:
 Gangguan motorik meliputi motorik halus dan kasar yang meliputi kekakuan,
kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan
gangguan keseimbangan.
 Gangguan sensoriknya berupa gangguan pada penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman, dan perasa. Hal ini terjadi karena katidak seimbangan otat-otat mata
sebagai akibat kerusakan otak.
 Tingkat kecerdsan pada anak cerebral palcsy bervariasi mulai dari tingkat yang
paling rendah sampai giffed. Sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental, dan
35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan di atas rata-rata sedangkan
sisanya cenderung dibawah rata-rata.
 Anak cerebral palcsy mengalami gangguan wicara yanf disebabkan oleh kelainan
motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti lidah, bibir, dan
rahang bawah, ada pula yang disebabkan karena kurang terjadi proses interaksi
dengan lingkungan. Dengan kondisi seperti itu maka anak-anak cerebral palcsy
berbicara kurang jelas dan sulit diterima oleh orang lain.
 Emosi anak cerebral palcsy secara umum tidak jauh berbeda dengan anak-anak
normal pada umumnya, hal saja jika ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat
menyebabkanemosinya tidak terkendali. Selain itu dipengaruhi juga oleh sikap
masyarakat terhadap anak-anak yang kurang beruntung tersebut dapat
menimbulkan anak rendah diri, mudah tersinggung, menyendiri, kepercayaan
dirinya kurang, kurang dapat menyesuaikan diri dan kurang dapat bergaul dengan
lingkungannya.
2. Program pembelajaran individual untuk anak berkelainan fisik
1) Tunanetra Program khusus tunanetra,
proses seseorang menggunakan indra yang masih berfungsi dalam menentukan posisi
dengan obyek di sekitarnya, dengan kemampuan, kesiapan dan mudahnya bergerak
dalam suatu lingkungan.
Tujuannya adalah:
Agar tunanetra dapat mengenali dan memasuki setiap lingkungan dan obyek yang
sudah dikenal maupun lingkungan baru dengan aman, mandiri dan fl eksibel Ruang
Lingkup Orientasi Mobilitas Konsep ruang meliputi:
 Pembentukan konsep-konsep yang berhubungan dengan posisi, lokasi, arah dan
jarak.
 Orientasi ruang: keterampilan berpindah tempat dengan/tanpa alat, penggunaan alat
transportasi, aktivitas di luar sekolah (wisata), kesenian, dll.
2) Tunarungu
Pengembangan penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja
sehingga sisa-sisa pendengaran dan perasaan fi brasi yang dimiliki anak tunarungu
dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang
penuh bunyi.
Tujuannya adalah:
 Agar anak tunarungu, me minimalisir dari cara hidup yang selalu tergantung pada
daya penglihatan saja.
 Agar kehidupan emosi anak tunarungu, berkembang seimbang.
 Agar penyesuaian diri anak tunarungu menjadi le bih luas.
 Agar anak tunarungu dapat mengadakan kon tak/komunikasi lebih baik dengan
masyarakat yang mendengar.
 Agar anak tunarungu, dapat membentuk sikap yang lebih baik dan cara bicara lebih
jelas.

Ruang Lingkup Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama


a. Minat
 Minat terhadap bunyi latar belakang.
 Minat terhadap latihan bunyi.
 Minat terhadap penggunaan alat bantu dengar.
b. Persepsi Bunyi dan Irama
 Membedakan ada dan tidak ada bunyi
 Mengenal sumber bunyi
 Menghitung bunyi
 Membedakan sumber bunyi
 Mengikuti irama
 Memainkan alat musik
 Mengekspresi gerak
c. Persepsi Bunyi Bahasa
 Menyadari ada dan tidak ada suara
 Mengetahui arah suara
 Membedakan panjang-pendek suara
 Membedakan keras-lembut suara
3) Tunagrahita
Pengembangan Diri Suatu usaha memberikan perlakukan pada anak tunagrahita agar
mereka mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari (merawat, mengurus, menolong
diri, komunikasi, sosialisasi, ketermpilan, dan penggunaan waktu luang) sehingga
diharapkan dapat hidup mandiri.
Tujuannya adalah:
Untuk mengembangkan atau mengaktualisasikan kemampuan anak tunagrahita baik fi
sik, intelektual, sosial, dan emosi agar anak mampu melakukan keterampil an hidup
sehari-hari di masyarakat tanpa banyak bantuan orang lain.

Ruang Lingkup Pengembangan Diri


 Merawat diri: makan-minum, kebersihan badan;
 Mengurus diri: berpakaian, berhias;
 Menolong diri: menghindari dan mengendalikan bahaya;
 Komunikasi : memahami pesan, menjawab pertanyaan;
 Sosialisasi: keterampilan berinteraksi, bermain, dan partisipasi dalam kelompok;
 Keterampilan ( kegiatan di rumah, menggunakan uang);
 Penggunaan waktu luang: olahraga, seni, rekreasi, dll. Pengembangan Diri dan
Gerak Suatu usaha yang berupa latihan yang bertujuan untuk mengubah,
memperbaiki, dan membentuk pola gerak yang mendekati pola gerak wajar.

Pengembangan Diri dan Gerak

Suatu usaha yang berupa latihan yang bertujuan untuk mengubah, memperbaiki, dan
membentuk pola gerak yang mendekati pola gerak wajar.

Tujuannya adalah:

Untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak untuk
mengadakan partisipasi, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya
secara lebih wajar.
Ruang Lingkup Pengembangan Diri dan Gerak

 Melatih otot;
 Memperbaiki gerak pada persendian;
 Memperbaiki koordinasi gerak tubuh;
 Mengembangkan gerak melalui terapi (bermain, fi sik, psikis, okupasi ,dll);
 Melakukan gerak sesuai dengan fungsinya;
 Melakukan gerak serasi, wajar dan optimal, rasa percaya diri, keberanian
beraktivitas.
4) Bina Komunikasi dan Interaksi Sosial
Program pendidikan yang diberikan kepada anak autis agar dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi dan interaksi.
Ruang Lingkup Bina Komunikasi dan Interaksi Sosial
Kemampuan Komunikasi:
 Lisan
 Tertulis Kemampuan Sosialisasi:
 Tata tertib di rumah, sekolah, dan masyarakat
 Jujur, disiplin, bertoleransi, menjaga harmonisasi
 Memahami perbedaan dan persamaan dengan orang lain

Anda mungkin juga menyukai