B. JENIS-JENIS ABK
5. Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh
di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial.
9. Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, meliputi
gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imaginatif, yang
mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun, bahkan anak yang
termasuk autisme infantil gejalanya sudah muncul sejak lahir.
C. KARAKTERISTIK ABK
1. Tunanetra
2. Tunarungu
Menurut Sutjihati (2006), karakteristik anak yang
mengalami tunarungu adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik
Cara berjalannya kaku dan sedikit bungkuk, gerakan
matanya cepat, agak beringas, gerakan tangan dan kakinya
cepat atau lincah, pernafasannya pendek dan agak terganggu.
b. Karakteristik intelegensi
Secara potensial anak tunarungu tidak berbeda dengan
intelegensi anak normal pada umumnya. Namun demikian
secara fungsional intelegensi anak tunarungu di bawah anak
normal disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu dalam
memahami bahasa karena terbatasnya pendengaran. Anak-anak
tunarungu sulit dapat menangkap pengertian yang abstrak,
sebab untuk dapat menangkap pengertian yang abstrak
diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun
bahasa tulisan. Tidak semua aspek intelegensi anak tunarungu
terhambat, yang mengalami hambatan hanya bersifat verbal,
misalnya dalam merumuskan pengertian, menarik kesimpulan,
dan meramalkan kejadian.
c. Karakteristik emosi
Emosi anak tunarungu selalu bergolak, di satu pihak karena
kemiskinan bahasanya dan di lain pihak karena pengaruh-
pengaruh dari luar yang diterimanya. Keterbatasan yang terjadi
dalam komunikasi pada anak tunarungu mengakibatkan
perasaan terasing dari lingkungannya. Anak tunarungu mampu
melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu untuk
memahami dan mengikutinya secara menyeluruh sehingga
menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan
kurang percaya diri.
d. Karakteristik sosial
Dalam pergaulan anak tunarungu cenderung memisahkan
diri terutama dengan anak normal, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan untuk melakukan komunikasi secara
lisan.
e. Karakteristik bahasa
Miskin dalam kosakata, sulit dalam mengartikan
ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit
mengartikan kata-kata abstrak, kurang menguasai irama dan
gaya bahasa. Hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat
antara bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran,
mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil proses peniruan
sehingga para anak tunarungu sangat terbatas dalam segi
bahasa.
3. Tunadaksa
a. Karakteristik Kognitif/Akademik
Tingkat kecerdasan anak Tunadaksa sangat bervariatif.
Pada umumnya anak dengan kecacatan fisik mempunyai IQ
yang normal dan bisa berinteraksi dengan anak-anak normal
lainnya. Untuk anak Cerebral palsy, Hardman (dalam
Astati;1990) melakukan kajian, ia menemukan bahwa 45 %
anak Cerebral Palsy mengalami keterbelakang mental atau
Tunagrahita (. Sisanya mempunyai IQ normal dan sedikit di
bwah normal.
Kebanyakan anak cerbral palsy mengalami gangguan
persepsi, kognisi, dan simbolisasi. Problem tersebut disebabkan
karena saraf penghubung dan jaringan saraf ke otak mengalami
kerusakan, sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus
merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris,
kemudian ke otak mengalami gangguan.
Kemampuan kognisi terbatas disebabkan karena adanya
kerusakan otak sehingga mengganggu fungsi kecerdasan,
penglihatan, pendengaran, bicara, dan rabaan. Gangguan pada
simbolisasi disebabkan karena adanya kesulitan dalam
menerjemakhan apa yang didengar dan dilihat. Kesemua
problem tersebut akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan
belajar anak-anak.
b. Karakteristik Sosial dan Emosi
Sama halnya dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang
lain, anak Tunadaksa hampir mayoritas (tidak semuanya),
mengalami perasaan-perasaan negatif, seperti merasa rendah
diri, tidak berguna, dan lain-lain. Akhirnya perasaan-perasaan
negatif tersebut mempengaruhi emosi dan perkembangan sosial
anak. Namun ada beberapa anak Tunadaksa yang tidak
terpengaruh. Mereka yang tidak terpengaruh dengan kondisi
fisik ini, bisa survive hingga mampu mempengaruhi
lingkungan sekitar. Salah satu contohnya adalah motivator
handal asal jepang bernama Horotada Ototake.
c. Karakteristik Fisik
Anak Tunadaksa mengalami kecacatan fisik. Kondisi ini
mempengaruhi aspek-aspek yang lain, dalam kehidupan sehari-
hari. Pegaruh tersebut terlihat dalam melakukan aktivitas ADL
(Activity daily Living), problem penglihatan, gangguan bicara,
dan lain-lain.
Anak Cerebral Palsy mengalami ganguan turunan yang
paling banyak. Mereka kebanyakan mengalami gangguan
bicara. Gangguan bicara disebabkan karena kelainan motorik
alat bicara, seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga
mengganggu dalam pembentukan artikulasi yang benar. Ketika
mereka berbicara, rata-rata lawan bicara mengalami kesulitan
untuk memahami.
Kondisi di atas salah satunya bisa disebabkan karena
Aphasia sensoris, artinya ketidakmampuan bicara karena organ
reseptor anak terganggu fungsinya. Selain itu juga disebabkan
karena Aphasia motorik, yaitu kondisi di mana anak CP bisa
menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui inra
pendengaran, tetapi ia tidak mampu melakukan timbal
balik/merespon.
Anak Cerebral Palsy juga mengalami kerusakan
pada pyramidal tract dan extrapyramidal(jaringan saraf bagian
dari sistem motorik) yang berfungsi mengatur sistem motorik.
Karena kondisi atau probelm tersebut mereka mengalami
kekakuan, problem keseimbangan, tidak dapat mengendalikan
gerakan, dan lain-lain.
4. Anak Berbakat
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik,
sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.
a. Karakteristik akademik
Roe, seperti dikutip oleh Zaenal Alimin (1996)
mengidentifikasikan karakteristik keberbakatan akademik
adalah (a) memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
(b) keranjingan membaca, (c) menikmati sekolah dan belajar.
Sedangkan Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh
Mulyono Abdurrahman (1994) mengemukakan karakteristik
keberbakatan bidang akademik adalah (a) memiliki perhatian
yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus, (b)
memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep,
metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus, (c)
mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang
akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas
bidang lain, (d) kesediaan mencurahkan sejumlah besar
perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi
dalam suatu bidang akademik, (e) memiliki sifat kompetitif
yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang
tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan (f) belajar dengan cepat
dalam suatu bidang akademik khusus. Salah satu contoh yang
digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa Seorang anak berbakat
berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal
membaca sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan
berhitung sama dengan usia 11 tahun. Anak ini memiliki
keberbakatan dalam membaca.
b. Karakteristik sosial/emosi
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan
sosial, yaitu (a) diterima oleh mayoritas dari teman-teman
sebaya dan orang dewasa, (b) keterlibatan mereka dalam
berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan
positif dan konstruktif, (c) kecenderungan dipandang sebagai
juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan
oleh teman sebayanya, (d) memiliki kepercayaan tentang
kesamaan derajat semua orang dan jujur, (e) perilakunya tidak
defensif dan memiliki tenggang rasa, (f) bebas dari tekanan
emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga
relevan dengan situasi, (g) mampu mempertahankan hubungan
abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa, (h) mampu
merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan (i)
memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi
situasi sosial dengan cerdas, dan humor. Dicontohkan pula oleh
Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal sosial dan emosi,
bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan
kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang,
bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan
tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang
mampu, dan akrab dalam bermain). Sikapsikap yang
diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16
tahun.
c. Karakteristik fisik/kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a)
memiliki penampilan yang menarik dan rapi, (b) kesehatannya
berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal
Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986). Dicontohkan pula oleh
Kirk bahwa Seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki
tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang
menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama
dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga
memperlihatkan sifat rapi. Karakteristik anak berbakat secara
umum, seperti yang dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam
Sisk, 1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness)
menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu (a)
kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas
tinggi dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap
tugas (task commitment).
Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan.
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai
inteligensia tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah
ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap
tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk tekun dan
ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan
karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya
sendiri.
5. Tunagrahita
a. Intelektual
b. Sosial
Kemampuan bidang sosial anak Tunagrahita mengalami
keterlambatan. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan anak
Tunagrahita yang rendah dalam hal mengurus, memelihara,
dan memimpin dirinya sendiri sehingga acap kali tidak
mampu bersosialisasi dengan orang lain.
c. Fungsi Mental
Anak Tunagrahita mengalami kesukaran dalam
memusatkan perhatian, jangkauan perhatiannya sangat sempit
dan cepat beralih sehingga kurang mampu menghadapi tugas.
6. Lamban Belajar
a. Karakteristik Akademik:
Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan
sekolah yang buruk. Akibatnya, dalam belajarnya
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Karakteristik Sosial
(1) Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:
2) Karakteristik Emosional
Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, misalnya
tekanan batin dan rasa cemas
Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan
dan sifat perasa/sensitif
Jannah, Miftakhul & Darmawanti, Ira. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini &
Deteksi Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya: Insight Indonesia,
2004.
https://pijarpsikologi.org/mental-retardation-tuna-grahita-menghadapi-
anak-dengan-retardasi-mental/ diakses pada Selasa, 18 September 2018
pukul 14.27 WIB.
Shaw, S.R. 2010. Rescuing Students from the Slow Learner Trap. National
Association of Secondary School Principal. Diambil pada tanggal 31 Januari 2017
dari https://www.nasponline.org/Documents/Resources%20and%20Publications/
Handouts/Families%20and%20Educators/Slow_Learners_Feb10_NASSP.p df