Anda di halaman 1dari 30

konsep dasar

psikologi anak
berkebutuhan
khusus
Dosen Pengampu : Antoni Saputra.
S.S., M.A., Ph.D
Kelompok 1
Audrey Listya Marpaung (22003085)
Rahmita Juliandori (22003207)
Ratu Syarifa Aura (22003209)
Rika Amelia (22003051)
Viona Afrianti (22003159)
Wahdinaa Rahma Annisa (22003221)
Pengertian
Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus
(Heward, 2002) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.
Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat
luas. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus,
keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar
belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-
beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memiliki
kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda beda
pula.
Jenis
Tunanetra
Tunanetra merupakan salah satu tipe anak berkebutuhan
khusus (ABK), yang mengacu pada hilangnya fungsi indera
visual seseorang.
Klasifikasi Tunanetra menurut Ardhi :
Tunanetra Ringan (defective vision/low vision)
Tunanetra Setengah Berat (partially sighted)
Tunanetra Berat (totally blind)
Tunarungu
Tunarungu merupakan salah satu tipe anak berkebutuhan
khusus (ABK), yang mengacu pada hilangnya fungsi indera
pendengaran seseorang.
Klasifikasi Tunarungu
Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40 dB)
Gangguan pendengaran ringan (41-55 dB)
Gangguan pendengaran sedang (56-70 dB)
Gangguan pendengaran berat (71-90 dB)
Gangguan pendengaran ekstrem/tuli (diatas 91 dB)
Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang mengalami
kesulitan dan keterbatasan perkembangan mental-intelektual
dan ketidakcakapan dalam komunikasi sosial di bawah rata-
rata, sehingga mengalami hambatan dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya.
Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak yang tidak mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungan sosial atau bertingkah laku
menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat
sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan
sosial atau keduanya sehingga merugikan dirinya sendiri
maupun lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
CIBI
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-
kemampuan yang unggul dalam segi kecerdasan (inteligensi),
kreativitas, teknik, sosial, estetika, fisik dan tanggungjawab
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal
seusianya, sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi
prestasi yang nyata memerlukan penyesuaian pelayanan
khusus
Tunadaksa
Anak tunadaksa yaitu anak yang mengalami kelainan atau
kecacatan yang ada pada sistem tulang, otot, tulang dan
persendian. Tunadaksa ini disebabkan oleh berbagai hal yaitu
kelainan bawaan, kecelakaan atau kerusakan otak.
Jenis Tunadaksa :
Tunadaksa taraf ringan
Tunadaksa taraf sedang
Tunadaksa taraf berat
Autis (GSA)
Autisme yaitu gangguan pada perkembangan neurobiologis
yang kompleks dan berlangsung sepanjang hidup seseorang.
Autisme biasanya memiliki masalah dengan interaksi sosial
dan komunikasi, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk
berbicara, atau mereka tidak focus saat berkomunikasi.
ADHD
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat
disimpulkan “sebagai gangguan aktivitas dan perhatian
(gangguan hiperkinetik) adalah suatu gangguan psikiatrik
yang cukup banyak ditemukan dengan gejala utama inatensi
(kurangnya perhatian), hiperaktivitas, dan impulsivitas
(bertindak tanpa dipikir) yang tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan anak, remaja, atau orang dewasa”
Karakteristik
Tunanetra
Kognitif Akademik
Ketunanetraan secara langsung Karakteristik Sosial
berpengaruh pada perkembangan dan Karakteristik Perilaku
belajar dalam hal yang bervariasi.
Dengan mengidentifikai keterbatasan
yang mendasar pada anak dalam tiga
area yang meliputi tingkat dan
keanekaragaman pengalaman,
kemampuan untuk berpindah tempat,dan
interaksi dengan lingkungan.
Tunarungu
Inteligansi Bahasa dan Bicara
Intelegensi anak tunarungu tidak Intelegensi anak tunarungu tidak
berbeda dengan anak normal yaitu berbeda dengan anak normal yaitu
tinggi, rata-rata dan rendah. Pada tinggi, rata-rata dan rendah. Pada
umumnya anak tunarungu memiliki umumnya anak tunarungu memiliki
intelegensi normal dan rata-rata. intelegensi normal dan rata-rata.
Prestasi anak tunarungu seringkali lebih Prestasi anak tunarungu seringkali lebih
rendah daripada prestasi anak normal rendah daripada prestasi anak normal
karena dipengaruhi oleh kemampuan karena dipengaruhi oleh kemampuan
anak tunarungu dalam mengerti anak tunarungu dalam mengerti
pelajaran yang diverbalkan pelajaran yang diverbalkan
Emosi dan Sosial
egosentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut
akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan terhadap orang lain,
perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya memiliki sifat yang
polos dan tanpa banyak masalah, dan lebih mudah marah dan cepat
tersinggung
Tunagrahita
Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga indikator, yaitu:
keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah
rata-rata,
Ketidakmampuan dalam perilaku sosial/adaptif, dan
Hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia 13
perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun
Tunalaras
Kelainan perilaku dan masalah intrapersonal yang dialami anak secara
ekstrim, sehingga anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan perilakunya
dengan norma umum yang berlaku di masyarakat. Anak tunalaras yang
mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis
perbuatan, yaitu senangsedih, lambat cepat marah, dan rileks-tekanan.
CIBI
Cerdas istimewa berbakat istimewa ini dapat dilihat dari berbagai area seperti:
kemampuan intelektual secara umum, akademis yang khusus, berfikir kreatif,
kepemimpinan, seni, dan psikomotor. Seorang anak dapat dikatakan berbakat
apabila ia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata, memiliki komitmen
terhadap tugas yang tinggi dan juga kreatif.
Tunadaksa
Gangguan yang terjadi pada penyitas tunadaksa biasanya berpengaruh pada
kecerdasan, komunikasi, gangguan gerak, perilaku dan cara beradaptasi
Autis
Interaksi sosial Komunikasi
(1) Ditandai penurunan dalam penggunaan 1) Keterlambatan atau kurangnya
beberapa perilaku nonverbal seperti tidak melihat perkembangan bahasa lisan. 2)
lawan biacaranya, ekspresi datar, dan lain -lain. 2) Penurunan kemampuan untuk memulai
Kurang menguasai cara untuk mengembangkan atau mempertahankan percakapan
hubungan dengan teman sebaya yang sesuai dengan orang lain 3) Mengulang bahasa
dengan tingkat perkembangannya. 3) Kuranngnya atau bahasa istimewa; 4) Permainan
spontanitas terhadap segala hal yang terjadi khayalan spontan atau permainan imitatif
seperti ketika lawan bicara bersedih autisme sosial yang kurang sesuai untuk tingkat
memberi respon datar. 4) Kurangnya timbal balik perkembangan
sosial atau emosional.
Perilaku stereotip
1) Keasyikan dengan satu atau lebih yang tidak normal baik dalam intensitas
maupun fokus 2) Kepatuhan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas
atau ritual khusus yang tidak memiliki fungsi yang penting 3) Menggerakan
anggota tubuh secara berulang seperti menepuk tangan secara terus
menerus. 4) Keasyikan dengan bagian benda tertentu
ADHD
Inatensi Hiperaktif
Penyebab
Pesrpektive Biologis
Perspektive Psikologis
Perspektive Keluarga, Sosial, Budaya
Kebutuhan
Pendidikan
Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai
perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Sebutan anak berkebutuhan khusus tidak selalu
merujuk pada kecacatan yang dialami, namun merujuk pada layanan khusus yang dibutuhkan karena
mengalami suatu hambatanatau kemampuan diatas rata-rata. Meskipun jenis anak berkebutuhan
khusus sangat beragam, namun dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia anak berkebutuhan
khusus di kategorikan dalam istilah anak tunanetra, anak tunarungu, anak tunagrahita, anak tunadaksa,
anak tunalaras, dan anak cerdas dan bakatistimewa.Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki
karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Layanan untuk anak berkebutuhan
khusus tidak dapat disamakan antara satu dengan yang lain, akantetapi perlu diberikan sesuai dengan
karakteristik kebutuhan dan kemampuan mereka. Untuk mendapatkan layanan yang sesuai dengan
karakteristik kebutuhan dan kemampuannya, perlu dilakukan identifikasi dan asesmen terhadap anak
berkebutuhan khusus. Berbagai bentuk layanan perlu diberikan untuk menunjang kebutuhan mereka,
tidak hanya pada bidang pendidikan namun layanan non akademik juga sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka menjadi lebih baik dan mandiri.
Daftar Pustaka
Anidar, Jum. 2016. “Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.” Jurnal Al-Taujih
2(2):12–28.
Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. “Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.” Psikosain 1–100.
EVA, NUR. 2015. “PSIKOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.” Fakultas Pendidikan Psikologi
(FPPsi).
Kristiani, Ika Febrian. 2016. “BUKU AJAR PSIKOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.” UNDIP
Press Semarang.
Minawarti, M. P., and M. S. H., Dr. Amka. 2019. “Pendidikan Anak ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder).” Deepublish 1–75.
Nisa, Khairun, Sambira Mambela, and Luthfi Isni Badiah. 2018. “KARAKTERISTIK DAN
KEBUTUHAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.” Jurnal Abadimas Adi Buana 2(1):33–40. doi:
10.36456/abadimas.v2.i1.a1632.
Pitaloka, Asyharinur Ayuning Putriana. 2022. “KONSEP DASAR ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS.” MASALIQ: Jurnal Pendidikan Dan Sains. Retrieved February 11, 2024
(https://press.umsida.ac.id/index.php/umsidapress/article/view/978-602- 5914-75-
1/928).
Terimakasih
Semoga bermanfaat dan dapat dipahami
dengan jelas

Anda mungkin juga menyukai