Anda di halaman 1dari 6

ANAK AUTISME

“Review Journal Internasional”

Dosen Pengampu :
Dr. Rahmatrisilvia, M.Pd

Disusun Oleh
Rahmita Juliandori (22003207)

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
Artikel 1
Judul Artikel “Collaboration between teachers and parents of children with ASD on issues of
education”. Volume 55, (2016)
Penulis Christine K. Syriopoulou-Delli, Dimitrios C. Cassimos, Stavroula A.
Artikel Polychronopoulou,
Journal Research in Developmental Disabilities
Vol & Hal Volume 55, Halaman 330-345
Tahun 2016
Link Artikel https://doi.org/10.1016/j.ridd.2016.04.011.
Tanggal 07 Desember 2023
Reviewer Rahmita Juliandori
Abstrak Utuh Bahasa Inggris
This study examines the views of teachers and parents on critical
issues concerning their collaboration in the education of children with
ASD. For the purposes of this study, a total of 171 teachers and 50
parents of children with ASD, attending mainstream or special primary
school units, were randomly selected in Greece in order to respond to a
structured questionnaire. The majority ofteachers and parents were found
to be ofthe opinion that communication and collaboration between
teachers and parents are rendered as critical [n = 165 teachers (96.5%), n
= 50 parents (100%)]. Postgraduate academic studies and working
experience with children with ASD are seen to be the most important
factors shaping the attitudes of teachers towards collaboration with
parents. On the other hand, the types of working unit teachers were
employed in are seen to rank in lower importance.

Bahasa Indonesia
Penelitian ini mengkaji pandangan guru dan orang tua
mengenai isu-isu kritis mengenai kolaborasi mereka dalam pendidikan
anak-anak dengan ASD. Untuk tujuan penelitian ini, total 171 guru dan
50 orang tua dari anak-anak penderita ASD, yang bersekolah di unit
sekolah dasar umum atau khusus, dipilih secara acak di Yunani untuk
menanggapi kuesioner terstruktur. Mayoritas guru dan orang tua
berpendapat bahwa komunikasi dan kolaborasi antara guru dan orang tua
dianggap penting [n = 165 guru (96,5%), n = 50 orang tua (100%)]. Studi
akademis pascasarjana dan pengalaman kerja dengan anak-anak penderita
ASD dipandang sebagai faktor terpenting yang membentuk sikap guru
terhadap kolaborasi dengan orang tua. Di sisi lain, jenis unit kerja yang
mempekerjakan guru dinilai memiliki tingkat kepentingan yang lebih
rendah.
Pendahuluan Jurnal menyatakan bahawa jumlah individu yang didiagnosis
dengan GSA semakin meningkat beberapa tahun terakhir. Menurut
Benson (2008) tingkat keterlibatan orangtua dan anak GSA berhubungan
langsung dengan jumlah dan kegiatan anak, karena parahnya perilaku
anak ditemukan memiliki efek pada tingkat keterlibatan orang tua. Tujuan
penulis dalam penulisan artikel adalah untuk mempelajari, menyelidiki
dan mengevaluasi secara kritis terkait pandangan-pandangan utama
mengenai kolabolasi antara guru dan orang tua dari anak GSA. Kajian
berfokus pada berbagai satuan pedidikan khusus diantaranya kelas
inklusi, SLB, sistem pendukung paralel lainnya. Pentingnya kolaborasi
guru dan orangtua anak GSA sudah diakui secara hukum dalam
kurikulum nasioal untuk siswa GSA sejak tahun 2004, tetapi penuis
mencoba memngisi sebagian kesenjangan dalam studi yang masih kurang
di teliti
Metode Penelitian Data : Mengumpulkan data 171 guru dan 50 orangtua anak GSA
Pengukuran : dilakukan dengan analisis statistik dari survei kuisioner
Prosedur : penyebaran kuisioner pada guru dan orantua di dataran yunani
dari mei 2012 hingga desember 2013
Analisis hasil : menggunakan paket statistik standar
Hasil dan Penulis memaparkan dan menjelaskan hasil penelitiannya
Pembahasan kedalam 10 aspek. Yaitu (1). Pandangan guru dan orangtua sebagian
besar sepakat kolaborasi guru-orangtua sangat diperlukan. Mereka
percaya bahwa kinerja anak menjadi lebih baik karena adanya
komunikasi dan kolaborasi tersebut. (2) Faktor yang mempengaruhi
komunikasi berupa cerita anak tentang hal yang terjadi dirumah kepada
guru karena lebih dari separuh sampel guru merasa dipercaya oleh anak
karena orangtua banyak yang mengaku tidak memberikan kesempatan
bercerita kepada anak. Anak anak sepenuhnya percaya pada pendapat
guru. (3) pandangan guru tentang kerjasama dengan orantua anak ASD
terkait pendidikannya (4). Faktor utama yang mendapat manfaat dari
Kolaborasi Guru-Orangtua ditemukan berbeda beda (5). Komunikasi
antara guru dan anak GSA mempengaruhi pandangan mereka terhadap
anak anak dalam menceritakan kejadian yang terjadi dirumah (6)
pandangan dan sikap orang tua dalam mengatasi kesulitannya berbeda
beda (7) frekuensi pemberian informasi kepada orangtua berkaitan
dengan satuan pendidikan tempat masingmasing guru mengabdi (8)
kesulitan yang sering dialami anak GSA dirumah berupa kemampuan
mandiri, masalah perilakum kesulitan kerja kelompok, adaptasi materi.
(9) aspek pendidikan dan perilaku yang mendapat manfaat dari kerjasama
orangtua berupa (bahasa, Komunikasi, Perilaku stereotip, Kepercayaan
diri, motivasi belajar, (10) faktor yang mempengaruhi presentasi di
sekolah tidak lepas dari jumlah guru dan pengalaman guru
Kesimpulan Kesimpulan luas yang dapat diambil dari temuan empiris
penelitian ini berkaitan dengan persepsi bahwa, meskipun guru dan orang
tua dari anakanak penderita ASD sepakat dalam isu-isu pendidikan
tertentu, masih terdapat kesenjangan tertentu dalam komunikasi mereka.
Baik guru maupun orang tua menyadari pentingnya gotong royong. Kerja
sama dipandang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
keterampilan sosial anak, dan pemahaman orang tua yang lebih baik
terhadap kebutuhan anak. Terjadi peningkatan komunikasi antara orang
tua dan anak, kolaborasi juga berkontribusi terhadap berkembangnya
sikap positif orang tua terhadap sekolah. Kerja sama tampaknya
meningkatkan komunikasi dan kepercayaan anak terhadap guru.
Pada akhurnya penulis menegaskan bahwa penelitian ini memiliki
keterbatasan tertentu. Terlepas dari kekhawatiranpenulis, hasilnya cukup
menggembirakan, penyelidikan lebih lanjut terhadap pandangan orantua
mangenai kolaborasi dan komunikasi dengan guru akan memberikan
banyak titik terang mengenai cara kedua belah pihak dapat bekerja sama
dan berkontribusi secara bertahap terhadap pendidikan anak anak dengan
GSA

Artikel 2
Judul Artikel “Parents’ Perspectives of Collaboration with School Professionals: Barriers
and Facilitators to Successful Partnerships in Planning for Students with
ASD”
Penulis Vanessa Tucker, Ilene Schwartz
Artikel
Journal School Mental Health 5
Vol & Hal Volume 5, Halaman 3-14
Tahun 2013
Link Artikel https://doi.org/10.1007/s12310-012-9102-0
Tanggal 07 Desember 2023
Reviewer Rahmita Juliandori
Abstrak Utuh Bahasa Inggris
Bahasa Inggris
Both parents and school professionals (e.g. teachers, administrators,
related service providers) are stakeholders in the Individualized Education
Plan (IEP) process. Despite the fact that the inclusion of parents as full
members in the process has been mandated by the Individuals with
Disabilities Education Act since it was originally passed in as PL 94-142 in
1975, parents continue to report encountering barriers to equitable
participation. To probe the barriers and facilitators to full team
membership, we administered a mixed-methods survey study to parents of
students with autism spectrum disorder (ASD) (n = 135) exploring the
nature of their perceptions of collaboration. Common barriers to
collaboration included opportunities to provide input, communication
difficulties with school teams, and negative perceptions of school
professionals. School administrator actions identified as facilitators of
collaboration included attendance at IEP meetings, quick response to
phone calls, and assistance with acquiring resources. Parents reported low
levels of perceived disability-specific staff knowledge regarding ASD.
Quantitative findings from this survey sample indicate that a large number
of parents of children with ASD reported experiencing difficulty and/or
were not included in the special education collaborative process.
Implications and recommendations for school administrators and teams are
discussed

Bahasa Indonesia
Baik orang tua maupun profesional sekolah (misalnya guru,
administrator, penyedia layanan terkait) merupakan pemangku kepentingan
dalam proses Individualized Education Plan (IEP). Terlepas dari kenyataan
bahwa penyertaan orang tua sebagai anggota penuh dalam proses ini telah
diamanatkan oleh Undang-Undang Pendidikan Penyandang Disabilitas
sejak pertama kali disahkan sebagai PL 94-142 pada tahun 1975, orang tua
terus melaporkan adanya hambatan dalam partisipasi yang adil. Untuk
menyelidiki hambatan dan fasilitator terhadap keanggotaan tim penuh,
kami melakukan studi survei metode campuran kepada orang tua siswa
dengan gangguan spektrum autisme (ASD) (n = 135) yang mengeksplorasi
sifat persepsi mereka tentang kolaborasi. Hambatan umum terhadap
kolaborasi mencakup peluang untuk memberikan masukan, kesulitan
komunikasi dengan tim sekolah, dan persepsi negatif terhadap profesional
sekolah. Tindakan administrator sekolah yang diidentifikasi sebagai
fasilitator kolaborasi mencakup kehadiran di pertemuan IEP, respons cepat
terhadap panggilan telepon, dan bantuan dalam memperoleh sumber daya.
Para orang tua melaporkan rendahnya tingkat pengetahuan staf khusus
disabilitas mengenai ASD. Temuan kuantitatif dari sampel survei ini
menunjukkan bahwa sejumlah besar orang tua yang memiliki anak ASD
dilaporkan mengalami kesulitan dan/atau tidak dilibatkan dalam proses
kolaboratif pendidikan khusus. Implikasi dan rekomendasi bagi
administrator dan tim sekolah dibahas
Pendahuluan Penulis melibatkan orantua sebagai mitra dalam proses pendidikan khusus
dan rencana pendidikan individual. Partisipasi orantuaadla salah astu dari
enam prinsip utama IDEA dan sering disebut sala satu komponen UU yang
paling penting. Tetapi peran orangtua kurang dirasakan dan juga terdapat
sejumlah faktor kurang jelas yang mempengaruhi kolaborasi tersebut yaitu
logistik, komunikasi dan kurangnya pemahaman sekolah. Untuk
menjembatani kolaborasi, bidang pendidikan harus mengkaji persepsi para
pemangku kepentingan. Kemudian penulis memaparkan tujuan dari artikel
ini yaitu membahas 2 hal, (1) apa saja yang diidentifikasi oleh orangtua
dari anak anak penderita GSA sebagai isu terkait kolaborasi dan konflik
dalam proses PPI. (2) faktor yang memfasilitasi kepuasan orantua terhadap
prses perencanaan pendidikan yang melibatkan anak dengan kebutuhan
khusus
Metode Data : merancang instrumen mengenai kolaborasi, praktik suportif dan
Penelitian perilaku profesional, konfil dan resolusi, kebutuhan layanan dan prioritas
pendidikan dan hasil. Instrumen berupa 36 pertanyaan diberikan secara
online
Sampel : sebanyak 135 responden orangtua menyelesaikan survei.
Orangtua dalam artikel ini meruju pada orangtua sah, kakek nenek
pengasuh anak GSA, orang tua asuh anak dan lainnya yang berhubungan
langsung terhadap anak GSA. Kemudian mereka diminta untuk
mengidentifikasi pertanyaan tersebut
Hasil dan Penulis menyatakan bahwa permasalahan dibahas dalam bingkai apa yang
Penjelasan memfasilitasi dan menghambat kemitraan kolaborasi. penulis mendapatkan
hasil bahwa sebagian berar orantua menilai komunikasi dengan anak GSA
sering dilakukan dan penting terhadap perkembangan anak, kemudian pada
bagian perilaku profesional persepsi orangtua terhadap sekolah yang
profesional dapat membantu memahami hambatan hubungan yang efektif.
Orangtua menghargai kehadiran profesional sekolah dalam pertemuan,
mereka menunjukkan dengan sifat terbuka dan jujur. Persepsi pengetahuan
orangtua terhadap pengetahuan disabilitas anak memerlukan lebih banyak
informasi untuk menginformasikan penulis. Kepercayaan diri orangtua
kurang terhadap kemampuan profesional sekolah. Aspek lain dari
menciptakan praktik kolaboratif adalah mencoba memahami apa yang
diinginkan orantua salah satunya adalah kebutuhan layanan akan
mengajarkan keterampilan sosial pada anak atau menciptakan peluang
inklusi baha anak mereka. Tim sekolah dan pimpinan perlu memahami
pendapat mereka.
Kesimpulan Penelitian ini berusaha memberikan lebih banyak informasi untuk
memperkuat dan menggambarkan pengalaman orang tua selama PPI
kolaborasi khususnya dengan guru dan sekolah. Dengan 2 permasalahan
sebagai tujuan artikel yang terdapat di pendahuluan, orangtua menanggapi
survei dan menyatakan mereka siap terlibat dalam kegiatan PPI anak
namun merasa kesulitan melakukannya karena hambatan yang mereka
rasakan dari sekolah. Beberapa hambatan tersebutberupa komunikasi,
perselisihan tentang program, dan mispersepsi darii pihak sekolah.
Orangtua juga memberi masukan tentang kemungkinan solusi untuk
mengatasi masalah tersebut. Hasil ini menunjukkan pendidikan khusus
harus mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
pandangan orangtua dan harapan mereka menjadi informasi yang lebih
berguna

Anda mungkin juga menyukai