Anda di halaman 1dari 10

Review Jurnal

Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak


Di TK Anak Ceria

Disusun Oleh :

Siti Ramadhani
15.860.0384

Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area
T.A 2017/2018
Abstrak

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa penting


peran orang tua dalam memperngaruhi pendidikan anak di TK Anak Ceria.
Keterlibatan dan peran orangtua adalah hal yang sangat penting untuk menunjang
prestasi anak dalam proses dan pengalaman pendidikan pada anak (Jeynes, 2005
dalam Hornby & Witte, 2010). Menurut Hornby (2005) keterlibatan dan peran
orangtua dibagi menjadi dua piramida besar, yaitu pariental contribution
(information, collaboration, resource, policy) dan pariental needs
(communication, liaison,education, support). Di sisi lain faktor faktor yang
mempengaruhi keterlibatan orangtua antara lain adalah motivational beliefs,
parent's perception of invitations to involvement from other, dan parent's
perception of life context variables yang mengacu pada Hoover Dempsey &
Sandler, dkk (2007). Tetapi dampak yang dihasilkan berbeda beda tergantung
dengan penelitian apa yang ingin dilakukan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada lima orangtua (ayah atau
ibu) yang memiliki anak usia pra sekolah di TK Anak Ceria. Penggalian data dan
informasi dilakukan dengan melakukan wawancara dengan panduan umum dan
observasi dengan panduan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Teknik
analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis tematik dengan theory
driven. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima subjek menampakkan
bentuk tingkatan (level) keterlibatan yang berbeda satu sama lain. Khusus pada
tingkatan policy (kebijakan), kelima subjek sama sama tidak menunjukkan
keterlibatan. Akan tetapi kelima subjek menampakkan bentuk collaboration
(kolaborasi) dan liaison (kepenghubungan). Faktor parental self efficacy
(keyakinan diri orangtua) dan faktor ketersediaan waktu dan energi.
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan inklusif adalah perkembangan dari model pendidikan integrasi
yang bertujuan untuk membantu anak yang berkebutuhan khusus seperti anak
yang normal (Purwanta, 2002). Pemerintah mendefinisikan pendidikan inklusif
sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
seluruh siswa yang memiliki kelainan serta memiliki kecerdasan atau bakat yang
istimewa untuk mengikuti pembelajaran lingkungan secara bersama dengan siswa
yang normal lainnya (Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2011). Dalam
praktiknyasering sekali di temukan dalam bidang penddidikan terdapat berbagai
kendala, hambatan serta tantangan (Sunanto, 2009). Bahkan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sunardi (2009 dalam Sunaryo, 2009) menemukan
bahwa terdapat lima kelompok permasalahan tentang pendidikan inklusif.
Indonesia di tingkat sekolah, yaitu kebijakan sekolah, proses pembelajaran,
kondisi guru, support sistem, serta pemahaman dan implementasi pendidikan
inklusif yang dilakukan di lapangan.

Sunaryo (2009) berpendapat, terdapat peran yang sangan penting dari


dalam penyiapan serta perkembangan anak saat di sekolah. Albrecht, dkk (2001)
menyatakan bahwa support sistem menyatukan berbagai elemen yang dibutuhkan
individu untuk dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari dalam masyarakat serta
mampu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dalam kehidupan. Support sistem
juga memiliki fungsi yaitu sebagai alat bantu serta motivasi yang di dapat dari
orang lain untuk individu yang bersangkutan. Rusyani (2009) berpendapat
terdapat pihak-pihak yang ada di dalam support sistem dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif, yaitu :
1. Sekolah dan guru ramah
2. Pusat Sumber (Resource Center) dan sarana dan prasarana
3. SLB (Sekolah Luar Biasa)
4. Lembaga lembaga terkait (Dinas Kesehatan, Depsos/Dinsos,
Depag, Perindustrian, Hukum dan HAM)
5. Orangtua
6. Pemerintah.

Orangtua memiliki peran penting dalam mensukseskan pelaksanaan


pendidikan inklusif di tingkat sekolah. Orangtua adalah orang yang pertama dekat
dengan anak serta yang paling mengetahui tentang perkembangan dan
pertumbuhan apa saja yang terjadi pada anaknya serta bagaimana kondisi anak
mereka, apa yang disuka dan apa yang tidak disukai oleh anak, apa kelebihan dan
kebutuhan anak, bagaimana gaya berbicara anak, hobi anak, apa cita cita mereka
dan apa yan di impikan oleh anak. (BCACL, 2006).
Keterlibatan orangtua yang aktif serta dukungan keluarga diidentifikasi
sebagai kunci kesuksesan dalamprogram pendidikan inklusif sejak dini. Bahkan
faktor penting di dalam kesuksesan sekolah inklusif adalah keterlibatan dan peran
orangtua dalam pendidikan anaknya, khususnya bagi siswa yang memiliki
kelainan atau siswa berkebutuhan khusus (Hornby, 1995 dalam Hornby dan itte,
2010), karena keterlibatan orangtua terbukti sangat efektif dalam meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan anak dalam hal belajar serta memodifikasi
tingkah laku mereka (Hornby, 2005).
Hornby (2005) berpendapat tentang teori model keterlibatan orangtua
merupakan penyesuaian dan adaptasi dari model-model terdahulu (seperti
Bastiani, 1989; Kroth, 1985; Lombana, 1983; Wolfendale, 1992, dalam Hornby,
2005) serta kumpulan respon yang diberikan oleh beberapa kelompok orangtua
dan guru. Model keterlibatan orangtua dari penyesuaian dan adaptasi dari Hornby
(2005) terdiri dari dua piramida yang menjelaskan tingkat kebutuhan orangtua
(parental needs) dan tingkatan kekuatan (parental contributions) yang harus
dimiliki orangtua dan bisa diberikankepada anak mereka. Dimana kedua piramida
menunjukkan perbedaan dari level kebutuhan dan kontribusi orangtua.

Tingkat kebutuhan orangtua terdiri dari :


1. Support (dukungan), orangtua juga membutuhkan dukungan, untuk
membahas serta mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi pada
anak mereka.
2. Education (pendidikan), orangtua membutuhkan pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan serta memotivasi kelebihan yang dimiliki
oleh anak, atau mampu merubah tingkah laku anak menjadi lebih baik.
3. Liaison (kepenghubungan), terdapat hubungan antara orangtua dan
guruserta sangat diperlukan karena orangtua dan guru saling berdiskusi
mengenai perkembangan anak mereka di sekolah.
4. Communication (berkomunikasi), guru dan orangtua saling berkomunikasi
sat sama untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan apa saja
yang terjadi pada anak di sekolah.
Sedangkan kontribusi orangtua terdiri dari :
1. Policy (kebijakan), dalam hal ini terlihat jarang sekali orangtua yang mau
berkontribusi, seperti menjadi anggota persatuan orangtua murid.
2. Resource (sumber belajar), orangtua sebagai sumber belajar untuk anak
dan hal tersebut sangat membantu sekolah dan guru dalam memahami
kondisi anaknya dan memberikan efek balik yang positif bagi orangtua.
3. Collaboration (kolaborasi), kebanyakan dari orangtua dapat
melakukannya dengan cara berkolaborasi antara guru melalui program di
rumah yang mempu menjadi suatu pembelajaran di sekolah.
4. Information (informasi), yaitu tingkatan yang paling sering dilakukan
orangtua seperti memberikan informasi-informasi yang berhubungan
dengan anak.

Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dapat mempengaruhi perubahan


sikap anak terhadap pembelajaran yang di berikan guru disekolah. Menurut hasil
riset yang dilakukan bahwa semakin orangtua menunjukkan sikap positif terhadap
ilmu pengetahuan, maka akan semakin baik pula anak akan mendapatkan ilmu
pengetahuan serta informasi yang berhubungan dengan matapelajaran.
Kebanyakan orangtua di PAUD Anak Ceria hanya sekedar mengetahui bahwa
tempat anak mereka disekolahkan adalah sekolah penyelenggara inklusif yang
menggabungkan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal.

Tetapi orangtua menyekolahkan anaknya di PAUD Anak Ceria karena dekat


dari rumah dan kebanyakan orangtua di lingkungan tempatnya tinggal juga
menyekolahkan anaknya di sana karena agar mampu mengawasi anak mereka saat
berada disekolah. Keterlibatan orangtua di PAUD Anak Ceria masih sangat
terbatas. Berdasarkan hasil pre studi yang dilakukan oleh peneliti, keterlibatan
orangtua di PAUD Anak Ceria sebagian besar hanya berfokus untuk berusaha
memantau perkembangan dan pendidikan anaknya melalui membaca buku harian
yang berisi tentang laporan kegiatan anak di sekolah, bertanya kepada guru dan
anak tentang kegiatan yang dilakukan di sekolah serta ikut terlibat dalam
pembelajaran anak disekolah. Bahkan terdapat orangtua yang tidak terlibat dalam
pendidikan anaknya dikarenakan harus membagi waktu antara bekerja dan
(mengurus) anak. Dalam hal ini sudah membuktikan bahwa rendahnya perhatian
orangtua dalam pendidikan anak mereka. Dari hal yang dipaparkan di atas, telah
menginspirasi penulis untuk meneliti keterlibatan orangtua di dalam pendidikan
inklusif.
Terutama mengenai keterlibatan orangtua di dalam pendidikan anak di TK
Anak Ceria. Masih banyak orangtua yang memliliki sedikit keterlibatan dan
terkadang tidak peduli dengan pendidikan anaknya. Penulis ingin mengetahui
seberapa besar keterlibatan orangtua dalam pendidikan anaknya di lingkungan TK
Anak Ceria. Dengan berfokus pada penelitian: Bagaimana keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak di TK Anak Ceria
Sub question sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan orangtua di TK Anak
Ceria?
2. Apa dampak keterlibatan orangtua di dalam pendidikan anaknya di TK
Anak Ceria?
BAB II
PEMBAHASAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekat kualitatif dan paradigma yang


digunakan penulis dalam penelitian ini adalah fenomenologis/interpretif. Fokus
studi kasus menurut Cresweel (1998, dalam Kusmarni, 2010) adalah spesifikasi
kasus dalam suatu kejadian yang mencakup individu, kelompok budaya, atau
suatu potret kehidupan. Tipe penelitian studi kasus intrinsik dipilih dalam
penelitian ini karena penelitian ini dilakukan berdasarkan ketertarikan peneliti
terhadap kasus tertentu dan peneliti berupaya memahami secara lebih mendalam
(Stake dama Denzin & Lincoln, 1994 dalam Salim, 2006). Kriteria subjek dalam
penelitian ini adalah :

1. Orangtua dengan anak usia pra sekolah


2. Memiliki tingkat keterlibatan tinggi, rata rata, dan rendah.

B. HASIL PENELITIAN

Dari kedelapan bentuk keterlibatan orangtua Hornby (2005) yang paling


sering dimunculkan oleh kelima subjek adalah bentuk keterlibatan collaboration
(kolaborasi) dan liaison (kepenghubungan). Hanya satu bentuk keterlibatan yang
tidak muncul sama sekali, yaitu policy (kebijakan) karena kebijakan pihak sekolah
untuk tidak melibatkan orangtua di dalamnya. Bagi kelima subjek, faktor parental
self-efficacy (keyakinan diri orangtua) dan faktor ketersediaan time and energy
(waktu dan tenaga) adalah faktor pendorong untuk membuat kelima subjek ikut
terlibat di dalam pendidikan anak. Sedangkan dampak yang diberikan ketika
orangtua terlibat di dalam pendidikan anak sangat beragam bagi tiap-tiap subjek.

C. MODEL KETERLIBATAN ORANG TUA

Hornby (2005) berpendapat bahwa dalam piramida orangtua mampu


berkontribusi secara langsung melalui berbagi informasi (information) dengan
guru di sekolah. Subjek 2 sangat aktif memberikan informasi kepada pihak
sekolah mengenai perkembangan anaknya. Selain itu melalui bentuk kolaborasi
(collaboration) dengan pihak sekolah subjek 1 dan 3 membantu anak
mengerjakan PR di rumah, sedangkan subjek 2 beserta suami menerapkam
kembali kebiasaan-kebiasaan di sekolah untuk dilakukan di rumah.
Bagi subjek 4 hanya kadang-kadang saja mengulang kembali materi
pembelajaran dari sekolah dan bagi subjek 5 memberikan kegiatan yang
dianjurkan oleh pihak sekolah untuk memperbaiki kekurangan anak. Sebagai
sumber belajar (resource) subjek 1, 2, 4 dan 5 mendapat pengalaman dalam
kegiatan orangtua mengajar yang diadakan oleh pihak sekolah dengan membuat
materi pembelajaran berdasarkan pada tema atau berkreasi sendiri. Sedangkan
untuk kontribusi kebijakan (policy), kelima subjek tidak melibatkan orangtua.
Bagi subjek 1 dan 5 dengan mengikuti kegiatan tersebut untuk mengetahui
kekurangan anak dan bagaimana cara memperbaikinya. Subjek 2, kegiatan
tersebut mampu menambah infromasi tentang perkembangan anak dan menjadi
tempat untuk berdiskusi dengan guru dan orangtua lainnya. Bagi subjek 4 cukup
untuk mendengarkan laporan mengenai perkembangan anak yang disampaikan
oleh guru kelas dan bagi subjek 5 bisa mengetahui perkembangan anak melalui
guru kelas. Dengan bertanya pada guru kelas, subjek 1, 2, 4, dan 5 merasa
mendapat dukungan (support) dari pihak sekolah dan tidak merasa perlu untuk
berkonsultasi kepada pihak lain karena sekolah sudah memberikan yang terbaik
bagi anak-anak mereka.

D. FAKTOR KETERLIBATAN ORANGTUA

Persepsi orangtua terhadap ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang mereka


miliki (skill and knowledge) untuk membuat suatu ide serta bentuk-bentuk
aktivitas keterlibatan orangtua dalam memperhatikan pendidkan anaknya
(Hoover-Dempsey, dkk, 1995, 2005 dalam Hoover-Dempsey, dkk, 2007) juga
menjadi faktor pendorong bagi subjek 1, 2, 4, dan 5 membuat materi
pembelajaran ketika mengikuti kegiatan orangtua mengajar di sekolah. Mereka
mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan tema yang ditentukan oleh
sekolah atau berkreasi dengan ide mereka sendiri. Bagi kelima subjek
ketersediaan waktu dan tenaga (time and energy) merupakan faktor terpenting di
dalam keterlibatan mereka. Kelima subjek selalu memiliki waktu untuk terlibat di
dalam bentuk-bentuk kegiatan yang mendukung pendidikan dan perkembangan
anak, seperti menghadiri kegiatan rutin Parent's Class, outbond, hingga
membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah. Menurut Hornby (2005) orangtua
yang bekerja, tidak akan mampu membagi waktu dan tenaga untuk kepentingan
sekolah anak mereka.

E. DAMPAK KETERLIBATAN ORANGTUA

Bagi kelima subjek, dampak yang diberikan ketika terlibat di dalam


pendidikan anak sangat beragam. Bagi subjek 1, anak mendapatkan treatment
yang tepat, bagi subjek 2 orangtua terfasilitasi melakukan tanggungjawabnya,
bagi subjek 3 orangtua mendapat tambahan pengetahuan, bagi subjek 4 orangtua
bisa berbagi pengetahuan baru dengan anak, dan bagi subjek 5 bisa mempererat
hubungan dengan anak.
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan di atas, kesimpulan yang
dapat diambil adalah tidak semua kedelapan tingkatan atau level keterlibatan
orangtua akan muncul dalam kehidupan sehari-hari Hornby (2005). Khususnya
pada tingkatan policy (kebijakan), kelima subjek tidak menunjukkan, karena
adanya kebijakan sekolah untuk tidak melibatkan orangtua dalam tingkatan ini.
1. Subjek 1, berpendapat dampak keterlibatan orangtua dalam pendidikan
anak anak akan mendapatkan treatment yang sesuai dengan kebutuhan
anak dan bisa mempererat hubungan antara orangtua dan anak.
2. Subjek 2, berpendapat dampak orangtua terlibat dalam pendidikan anak,
yaitu orangtua dapat memenuhi tanggungjawab sebagai orangtua ketika
mengikuti kegiatan dan program yang melibatkan orangtua dari pihak
sekolah.
3. Subjek 3 ketika orangtua terlibat di dalam pendidikananak, maka orangtua
akan mendapatkan tambahan pengetahuan tentang perkembangan dan
pendidikan anak.
4. Subjek 4 ketika orangtua terlibat dalam pendidikan anak, orangtua menjadi
lebih dekat dengan anak dan orangtua bisa memberikan ilmu pengetahuan
baru yang belum pernah diketahui oleh anak.
5. Subjek 5, ketika orangtua terlibat maka bisa mempererat hubungan dengan
anak dan mendapatkan tambahan pengetahuan ketika mengikuti kegiatan-
kegiatan yang rutin diadakan pihak sekolah dan orangtua bisa
menyalurkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Retnaningtya S,M. Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Di TK Anak

Ceria. Surabaya, 2015.

Albrecht, G.L., Seelman, K. D., Bury, M. (2001). Handbook of disability studies.


Sage Publication, Inc.
A parent's handbook on inclusive education: Everyone belongs in our schools.
(3rd. ed.). (2006). Vancouver, BC: BC
Assosiation for Community Living.
Audifax. (2008). Research: sebuah pengantar untuk "mencari-ulang" metode
penelitian dalam psikologi. Yogyakarta: Jalasutra.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2011). Pedoman umum
penyelenggaraan pendidikan inklusif. Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Hoover-Dempsey, K. V., Sandler, H., M Green, C.L., dan Walker, J. M. T.
(2007). Parent's motivations for involvement in children education: An
empirical test of a theoretical model of parental involvement [on-line].
Journal of
Educational Psychology Vol. 99 (pg. 532-544). Diakses pada tanggal 10 April
2014 dari
Hornby, G. (2005). Improving parental involvement. London: Continuum.
Honby, G., & Witte, C. (2010). Parent involvement in inclusive primary schools
in new zealand: Implications for improving practices and for teacher
education. International Journal of Whole Schooling. Vol. 6, No. 1 (pg.
27-38).

Anda mungkin juga menyukai