JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Disebut sebagai lingkungan pendidikan atau lembaga pendidikan pertama karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidikan inilah yang pertama ada. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan pertama kali adalah dalam keluarga. Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, di samping terdapat faktor lingkunga lain, keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi- institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah. Terlebih pada prestasi anak tersebut sendiri di bangku sekolah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh latar belakang sosial ekonomi keluarga terhadap siswa 2. Bagaimana pengaruh latar belakang tingkat pendidikan orangtua dan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa 3. Bagaimana hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar C. Tujuan 1. Mengetahui sejauh mana latar belakang sosial ekonomi keluarga terhadap siswa 2. Mengetahui sejauh mana pengaruh latar belakang tingkat pendidikan orangtua dan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa 3. Mengetahui sejauh mana hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar BAB II PEMBAHASAN
A. PENGARUH LATAR BELAKANG SOSIAL EKONOMI
ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
Permasalahan ekonomi dalam keluarga akan sangat mengganggu kelancaran
pendidikan bagi seorang anak. Banyak siswa yang terpaksa berhenti sekolah karena masalah biaya dan mereka harus mencari pekerjaan untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu membiayai sekolah dan membeli buku-buku pelajaran. Hamalik (2002:82) mengatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, sikap keluarga terhadap masalah- masalah sosial, realita kehidupan dan lain-lain merupakan faktor yang akan memberi pengalaman kepada anak dan menimbulkan perbedaan dalam minat, apresiasi sikap dan pemahaman ekonomis, perbendaharaan bahasa, abilitas berkomunikasi dengan orang lain, motif berfikir, kebiasaan berbicara dan pola hubungan kerjasama dengan orang lain. Perbedaan-perbedaan ini akan sangat berpengaruh dalam tingkah laku dan perbuatan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Keterbatasan dana yang dimiliki oleh orang tua siswa kemungkinan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena tidak tersedianya fasilitas belajar yang memadi. Penyediaan fasilitas belajar di rumah sangat memudahkan siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan, hasil belajar yang telah dijalani selama proses belajar sangat penting fungsinya untuk menentukan langkah selanjutnya dimasa yang akan datang sehingga siswa akan semaksimal mungkin mendapatkan nilai yang baik. Syaifullah (1981) mengemukakan bahwa status sosial orang tua pada suatu ketika dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan dan status ekonomi menentukan kemampuan keluarga dalam menyediakan fasilitas belajar yang diperlukan anak dalam menelaah bahan pelajaran disekolah. Lebih lanjut, Prestel dalam Aini (2007) mengatakan bahwa prestasi anak-anak dalam keluarga yang rendah status sosial ekonominya pada akhir kelas pertama lebih tinggi dari pada prestasi anak-anak daripada keluarga dengan status ekonominya yang mencukupi. Hal ini terjadi karena anak-anak dilatar belakang belakang sosial ekonomi yang rendah lebih cepat menyesuaikan dirinya dengan sebuah tugas atau pekerjaan yang baru, dari pada anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang mencukupi.
B. PENGARUH LATAR BELAKANG TINGKAT PENDIDIKAN
ORANGTUA DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Lingkungan yang sangat memengaruhi tumbuh kembangnya anak adalah keluarga dan latar belakang tingkat pendidikan orangtua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haditono (1979); Hurlock (1974) menyatakan lingkungan yang terdekat dengan anak adalah keluarga, faktor latar belakang tingkat pendidikan orangtua merupakan sesuatu yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Latar belakang tingkat pendidikan orangtua ini berkorelasi positif dengan cara mereka mengasuh anak, sementara pengasuhan anak berhubungan dengan perkembangan anak. Hal ini berarti makin tinggi pendidikan terakhir orangtua akan makin baik pula cara pengasuhan anak dan akibatnya perkembangan anak terpengaruh berjalan secara positif. Sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan orangtua akan kurang baik dalam mengasuh anak, sehingga perkembangan anak berjalan kurang menguntungkan (Sulistyaningsih, 2005:3). Latar belakang tingkat pendidikan orangtua disini yaitu ibu. Hal tersebut dikarenakan ibu merupakan faktor terpenting dalam mendidik anak karena ibu sebagai lingkungan pertama anak bersosialisasi dari anak lahir hingga dewasa, sedangkan ayah berperan sebagai hakim saja. Pernyataan tersebut seperti yang dikemukakan oleh Wulandari (2014:1) bahwa dari lingkungan keluarga yang terdiri atas orangtua dan anak, ayah, dan ibu memiliki kedudukan sama, kedudukannya adalah sama-sama sebagai orangtua. Namun, peran ibu sebagai lambang kasih sayang membuat anak lebih dekat kepada ibu, dibandingkan kepada ayah yang memiliki peran sebagai sumber kekuasaan dan hakim. Selain itu, hal tersebut juga disebabkan karena ibu adalah lingkungan pertama tempat anak bersosialisasi dari anak lahir hingga dewasa. Ibu sangat bertanggung jawab pada tumbuh kembangnya anak. Ibu juga menentukan kemana keluarga akan dibawa dan apa yang harus diberikan sebelum anaknya dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri, ia masih tergantung dan sangat memerlukan bekal orangtuanya sehingga orangtua harus mampu memberi bekal untuk kehidupan di masyarakat kepada anaknya tersebut. Relasi antara anak dan orangtua itu secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak dan mendewasakannya. Adanya kemungkinan untuk dapat mendidik diri sendiri, maka orangtua menjadi agen utama dan pertama yang mampu dan berhak menolong keturunanya, serta mendidik anak-anaknya. Ibu dalam mengajarkan pelajaran sekolah pada anak harus mengetahui gaya belajar, seperti apakah gaya belajar yang cocok digunakan dalam pengajaran kepada anak. Maka dari itu, gaya belajar sangat penting diketahui oleh orangtua. Hubungannya dengan latar belakang tingkat pendidikan orangtua dengan gaya belajar, yaitu orangtua terutama ibu yang mempunyai latar belakang tingkat pendidikan lebih baik maka akan mengetahui gaya belajar seperti apakah yang tepat dalam pengajaran anak, tetapi sebaliknya orangtua yang mempunyai latar belakang tingkat pendidikan kurang baik maka akan cenderung tidak memerhatikan gaya belajar apakah yang tepat digunakan dalam pengajaran. Gaya belajar merupakan cara belajar anak sesuai dengan karakter anak masing-masing, Hal ini sesuai dengan pernyataan Santrock (2012:174) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan pilihan seseorang dalam cara menggunakan kemampuannya. Gaya belajar bisa dipastikan sebagai satu bentuk dari karakteristik anak yang secara teoritis akan memengaruhi pemerolehan hasil belajar siswa, hal ini sesuai dengan pernyataan dari De Porter & Hermacki (2001) menyatakan bahwa gaya belajar menentukan cara-cara belajar yang termudah dan media pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Hubungan latar belakang tingkat pendidikan orangtua terutama ibu dengan hasil belajar sangat berpengaruh sekali, yaitu jika pendidikan terakhir orangtua baik maka akan mengarahkan pada kebiasaan belajar yang baik dan mengarahkan pada gaya belajar yang terarah. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa meningkat, sebaliknya jika pendidikan terakhir orangtua cenderung kurang maka akan lebih cuek dan tidak mau tahu atas permasalahan yang ada di dalam sekolah mengenai hasil belajar siswa yang cenderung kurang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orangtua terutama ibu yang berpendidikan tinggi memiliki kesempatan dan kemampuan untuk memperoleh materi yang lebih besar yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas dan sarana belajar anak. Selain itu, dengan pengetahuan yang dimiliki orangtua berpendidikan tinggi pada umumnya bersikap terbuka dan mampu memperlakukan anak secara positif. Mereka memberikan perhatian yang besar terhadap perkembangan dan pendidikan anak, serta memahami tentang kebutuhan anak. Kondisi inilah yang diduga ikut mendukung kesiapan anak untuk masuk sekolah dasar.
C. PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP
PRESTASIBELAJAR ANAK
Keluarga merupakan unit terkecil dan mendasar dalam masyarakat
terdiridari kepala keluarga dan beberapa anggota yang memiliki ikatan darah, perkawinan, atau adopsi. Di Indonesia banyak dijumpai kondisi keluarga yang beraneka ragam. Ada yang dari golongan ekonomi tingkat atas dan ada juga yangdatang dari golongan ekonomi tingkat bawah. Ada yang sibuk dengan pekerjaandan ada pula yang masih pengangguran. Ada yang tidak peduli dengan anggotakeluarga dan ada pula yang penuh perhatian dengan anggota keluarganya.Keberagaman kondisi keluarga yang ada di Indonesia ini menjadi penyebabkeharmonisan dan ketidakharmonisan dalam berkeluarga. Keharmonisan merupakan perasaan senang, tentram hidup lahir dan batin(Poerwadarminta, 1985:119). Sedangkan KBBI mengartikan keharmonisansebagai sesuatu yang selaras atau sesuai. Dalam konteks keluarga, keharmonisan berarti keluarga yang damai, selaras, senada seirama, tidak ada pertentanganataupun pertengkaran di dalamnya. Sehingga tercipta perasaan yang senang,tentram lahir dan batin dalam kehidupan berkeluarga. Sebaliknya, keluarga yangtidak harmonis bisa diartikan dengan keluarga yang penuh dengan konflik, tidakada komunikasi, penuh dengan pertengkaran, atau bahkan sampai pada kekerasandalam rumah tangga. Pada akhirnya menyebabkan perasaan kurang nyaman, tidaktentram, dan sedih dalam berkeluarga. Keluarga yang tidak harmonis sering dipicu oleh permasalahan ekonomi.Kemiskinan dan penghasilan kerja rentan menjadikan antar anggota keluargasaling konflik. Penghasilan yang kurang akan berakibat pada perasaan tidak aman pada masalah finansial. Ketika masalah finansial tidak aman, maka akan timbul pertengkaran yang disebabkan kurang terpenuhi kebutuhan baik pribadi maupunkeluarga. Namun, tak jarang pula ketidakharmonisan itu dipicu olehketidakpedulian yang disebabkan karena pekerjaan yang terlalu sibuk, berangkat pagi pulang petang, sehingga menyebabkan jarangnya komunikasi antara anggotakeluarga. Kurangnya komunikasi antar anggota berdampak besar terhadapketidakharmonisan dalam berkeluarga. Sebab masalah yang kecil tidak akanterselesaikan, malah akan semakin membesar jika tidak ada komunikasi antar anggota keluarga. Sedangkan keluarga yang harmonis timbul karena kebersamaan, tidakmementingkan ego individual, dan komunikasi dua arah. Kalaupun ada permasalahan, akan dipecahkan bersama secara terbuka oleh anggota keluarga.Sikap saling menerima dalam keluarga perlu diperhatikan. Karena dengannya,istri bisa menerima kekurangan suami, begitu pula sebaliknya. Tingkatkeharmonisan dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Keluarga yang harmonis akan berdampak baik bagi anak. Sebaliknya,ketidakharmonisan akan berdampak negatif bagi anak. Hal itu karena keluargasebagai agen sosialisasi primer dan berfungsi sebagai media pendidikan nilai dannorma yang pertama dan utama bagi anak. Sehingga kondisi apa yang ada dalamkeluarga akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak baik koginisi maupunsosioemosi. Keharmonisan penting untuk diperhatikan. Setiap orangtua bertanggung jawab memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpeliharasuatu hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif, menambahkebaikan, dan keharmonisan hidup dalam keluarga. Telah menjadi bahankesadaran bagi para orangtua bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanyakehidupan keluarga yang harmonis. Oleh karena itu, keharmonisan dalamkeluarga sangat berperan penting dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Mengingat pentingnya keharmonisan keluarga dalam membantumeningkatkan prestasi belajar anak. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang ini, penulis akan membahas mengenai pengaruh keharmonisa keluarga terhadap prestasi belajar anak. BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN Keluarga merupakan lingkungan sekaligus wadah yang pertama dan utama yang memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kerakter sekaligus prestasi anak. Hal ini meliputi upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mengajarkan aturan main yang berlaku dalam kehidupan di dunia maupun di dalam kehiduoan bermasyarakat melalui pola-pola interaksi yang berlangsung antara orangtua dengan anak atau yang lebih dikenal dengan pola asuh. Pola asuh yang berbeda antara orangtua masing-masing anak akan berprngaruh pada hasil karakter yang terbentuk dalam diri anak yang bersangkutan. Ada yang berdampak positif dan juga negatif tergantung pola mana yang dipilih orangtua tersebut. Setelah didasarkan dengan penelitian yang ada pola sauh demokratis lebih berdampak positif di banding pola asuh yang lain. Sebagai saran yang ingin saya sampaikan mungkin dalam mendidik anak orang tua dapat melakukan hal-hal berikut sebagai pertimbangan, yaitu antara lain : 1. Harus disertai kasih sayang 2. Tanamkan disiplin yang membangun 3. Luangkan waktu kebersamaan dengan keluarga 4. Ajarkan salah benar 5. Kembangkan sikap saling menghargai 6. Perhatikan dan dengarkan pendapat anak 7. Membantu mengatasi masalah 8. Melatih anak mengenal diri sendiri dan lingkungnan 9. Mengembangkan kemandirian 10. Memahami keterbatasan pada anak 11. Menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
SUMBER http://journal.um.ac.id/index.php/jabe/article/view/6014/2493