Assalamu’alaikum wr.wb
Yang saya hormati Bapak Drs. Suhartono, S.Pd,. M.Pd selaku dosen pembimbing 1 , bapak
Drs.Imam Nawawi, M.Si selaku dosen pembimbing 2. Serta ibu Dra. Siti Umayaroh, S.Pd,.
M.Pd Selaku Satgas. Berikut artikel proposal saya yang berjudul Hubungan tingkat pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas V SDN Segugus 5 Kecamatan Kedungkandang
Malang.
LATAR BELAKANG
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minimnya kesadaran di masyarakat bagaimana
pentingnya peran serta orang tua dalam pendidikan anak, karena pengajaran bukan hanya terjadi
di sekolah. Orang tua sangat bertanggung jawab atas pendidikan anaknya terutama dalam
lingkungan keluarga, bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah. Seorang ibu memiliki
pengaruh yang lebih besar dibanding seorang ayah dalam pendidikan anak, karena ibu memiliki
waktu luang untuk anaknya dan seorang ayah banyak meluangkan waktu untuk bekerja.
Disamping itu seorang ibu merupakan lingkungan pertama yang dikenal dan ditiru oleh anak.
Akibatnya, hubungan anak dan ibu lebih dekat daripada hubungan ayah baik dari segi internal
maupun aspek sosial yang berperan dalam segala aktivitas. Semakin tinggi pendidikan ibu
sebagai orang tua, maka semakin tinggi pula prestasi belajar anaknya yang dicapai melalui
kedekatan hubungan antara anak dengan ibu.
Dalam penelitian (S. Wulandari, 2014) mengatakan bahwa ibu yang memiliki pendidikan
tinggi lebih menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak. Dengan begitu ibu akan lebih
peduli dengan proses dan hasil belajar anak di sekolah. Ibu yang merasa kesuksesannya
diperoleh tanpa menggunakan ilmu cenderung tidak peduli dengan pendidikan anaknya karena
merasa pendidikan bukanlah hal yang begitu penting. Akibatnya, tingkat pendidikan setiap ibu
akan berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh oleh masing-masing anak. Tetapi ibu yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi pada umumnya lebih sibuk bekerja, fokus pada karir dan ada
yang berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga. Sehingga tidak memiliki waktu untuk
memperhatikan proses dan hasil belajar anak. Ada pula ibu berpendidikan tinggi yang tidak
memiliki kesempatan untuk mencapai cita-citanya, yang kemudian merasa pendidikan yang
dahulu ia tempuh menjadi sia-sia. Sehingga mengabaikan pendidikan anaknya.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas V SDN
Se-gugus 5 Kecamatan Kedungkandang Malang?
RUANG LINGKUP DAN BATASAN PENELITIAN(PPT)
KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar siswa.
1. Secara teori
a. Untuk memperkaya khasanah intelektual dan menjadi pijakan bagi penelitian-
tambahan referensi atau bahan pustaka bagi Universitas Negeri Malang berupa
2. Manfaat praktis
PENELITIAN TERDAHULU
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada subjek penelitian. Pada
penelitian terdahulu subjek penelitian adalah guru dan orang tua siswa kelas VIII SMP Negeri 7
Sungai Raya, sedangkan pada penelitian ini subjeknya adalah guru dan orang tua siswa kelas V
SDN Se-gugus 5 Kecamatan Kedungkandang Malang. Penelitian terdahulu objek penelitiannya
adalah siswa pada jenjang sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas dan
penelitian dilakukan hanya pada 1 sekolah. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada jenjang
sekolah dasar dan pada enam sekolah dasar negeri dalam 1 gugus Kecamatan Kedungkandang
Malang. Penelitian terdahulu populasinya seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Sungai Raya
berjumlah 138 siswa yang terdiri dari 5 kelas sedangkan pada penelitian ini populasinya adalah
seluruh siswa kelas V SDN Se-gugus 5 Kecamatan Kedungkandang Malang berjumlah 297
siswa yang terdiri dari 12 kelas.
TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA
Dalam kamus besar bahasa Indonesia tingkat adalah jenjang, tata urut, atau strata. Pendidikan
berasal dari bahasa latin ex dan ducare yang bermakna adanya dua subjek yang saling
berhubungan, yang memimpin dan yang dipimpin. Pendidikan adalah hal penting dalam
keberlangsungan hidup manusia. Pendidikan merupakan proses pembentuk dan pembinaan
karakter siswa menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Tolak ukur jenjang
pendidikan bersifat formal, sebagaimana dijelaskan pada Undang-undang sistem pendidikan
nasional pasal 14. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Sekolah merupakan salah satu lembaga tempat menimba ilmu. Sekolah yang wajib
dijalani oleh setiap warga Negara Indonesia adalah selama 12 tahun yang terbagi menjadi 3
tingkatan yaitu SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Setelah menjalani 3 tingkatan tersebut,
perguruan tinggi merupakan kelanjutan setelah menempuh pendidikan menengah atas yang
diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademis dan profesional. Setiap tingkatan pendidikan harus dilalui secara
berurut, karena semakin tinggi tingkat pendidikannya akan semakin sulit dan semakin bermakna
pembelajaran yang akan diajarkan. Sehingga semakin lama menempuh pendidikan akan semakin
banyak juga ilmu yang akan diperoleh. Begitu pula dengan seorang ibu sebagai orang tua,
semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan semakin mampu pula untuk menciptakan anak
yang memiliki pibadi yang terbina dan terdidik. Serta dapat menciptakan lingkungan dan suasana
belajar yang baik bagi anak. Pribadi yang terbina, terdidik dan lingkungan belajar yang baik akan
mampu menciptakan anak yang berprestasi di sekolah(Wangi, 2020).
METODE PENELITIAN
1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian korelasi.
2. SDN Segugus 5 Kecamatan Kedungkandang Malang (SDN Kotalama 1, SDN Kotalama
2, SDN Kotalama 3, SDN Kotalama 4, SDN Kotalama 5, dan SDN Kotalama 6) pada
semester genap.
3. Sumber datanya ialah orang tua, guru dan siswa.
4. Angket terkait dengan pengumpulan data tingkat pendidikan ibu selaku orang tua siswa
Kelas V SDN Se-gugus 5 Kecamatan Kedungkandang Malang.
5. Dokumentasi yang meliputi nilai raport selama 1 semester sebagai data prestasi belajar
siswa Kelas V SDN Se-gugus 5 Kecamatan Kedungkandang Malang.
6. Skala untuk prestasi belajar siswa diambil dari pengembangan rata-rata nilai raport pada
semua mata pelajaran siswa selama 1 semester. Sedangkan untuk skala tingkat
pendidikan orang tua diambil berdasarkan dimensi dari skala tingkat pendidikan formal
yang ditempuh ibu siswa dan dengan menggunakan angket.
7. Untuk reabilitas pengujian reliabilitas menggunakan teknik, Split Half, yaitu dengan
cara:
Penarikan kesimpulannya, jika nilai koefisien reliabilitas (Spearman Brown/ri) ≥ 0,6 maka
instrument memiliki reliabilitas yang baik/reliabel/terpercaya.
8. Analisis pendahuluan Analisa pendahuluan dilaksankan dengan menyusun tabel– tabel
distribusi frekwensi jawaban setiap variabel penelitian. Selanjutnya data yang telah
terkumpul dimasukkan dalam tabel distribusi untuk mempermudah perhitungan dan
sekaligus mempermudah keterbacaan data yang ada dalam rangka pengolahan data yang
ada dalam rangka pengolahan data selanjutnya.
9. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu analisis
data statistik deskriptif. Adapun langkah yang dilakukan antara lain adalah hubungan
tingkat pendidikan dengan Prestasi belajar siswa. Statistik Analisis deskriptif dilakukan
untuk mendeskripsikan masing-masing indikator dalam setiap variabel. Analisis
deskriptif digunakan untuk mengatahui mean, median, modus dan standar deviasi dengan
bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.
10. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan r hitung
dengan r tabel. Rumus yang digunakan adalah dengan menggunakan Korelasi Product
Moment dari Pearson.
Pengujian validitas biasanya dilakukan secara statistik yaitu dengan teknik korelasi, yaitu
dengan formula sebagai berikut :
1. Korelasikan skor-skor suatu nomor angket dengan skor total seluruh item.
2. Jika nilai korelasi (r) yang diperoleh adalah positif, kemungkinan butir yang diuji tersebut
adalah valid.
3. Namun walaupun positif, perlu pula nilai korelasi (r) yang dihitung tersebut dilihat signifikan
tidaknya. Caranya adalah dengan membandingkan nilai korelasi yakni r hitung dengan nilai r
table. Apabila nilai r hitung > r table, maka butir instrument adalah valid. Butir instrument
yang tidak valid (tidak benar/salah) tidak layak untuk dijadikan sebagai item di dalam
instrument penelitian. Butir yang tidak valid dibuang dari instrument angket.
Pearson Correlation digunakan untuk data berskala interval atau rasio, sedangkan Kendall’s tau-
b, dan Spearman Correlation lebih sesuai untuk data berskala ordinal. Pedoman untuk
memberikan interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono, 2012: 257), sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = Korelasi sangat rendah
0,20 – 0,399 = Korelasi rendah
0,40 – 0,599 = Korelasi sedang
0,60 – 0,799 = Korelasi kuat
0,80 – 1,000 = Korelasi sangat kuat