Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 6

 DEA MELSANDA
 TUMINI
 SYAHRUL RAMADHAN
 SALMAN ALVARISHI
DOSEN PENGAMPU: SYAFA’ATUL HABIB, M.Pd

“KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MANAJEMEN KONFLIK”

PEMBAHASAN

A. Keterlibatan Orang Tua dalam Lembaga Pendidikan


Menurut Riana dkk, keluarga memiliki peranan penting untuk
memberikan dasar pendidikan, sikap serta keterampilan dasar, seperti:
pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa
aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan. Selain hal tersebut, keluarga memiliki kewajiban
mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.1
Keterlibatan orang tua dalam lembaga pendidikan menurut Berger
dapat dilakukan melalui: 1) pelibatan orang tua sebagai pendidik bagi
anaknya, 2) pelibatan orang tua sebagai pengamat proses pembelajaran di
kelas, 3) pelibatan orang tua sebagai tenaga sukarela yang bersifat
sementara, 4) menjadikan orang tua sebagai sumber tenaga sukarela, 5)
menjadikan orang tua sebagai pengambil kebijakan di sekolah.2
Beberapa alasan utama yang mendasari pentingnya melibatkan orang
tua dalam pendidikan di lembaga pendidikan menurut Epstein (1991) dalam
Brewer adalah: 1) orang tua dan guru lebih banyak memiliki kesamaan
dibandingkan perbedaan dalam mendidik anak. Mereka banyak memiliki

1
Riana, dkk. Pendidikan Keorangtuaan dan Keluarga di Indonesia, (Bandung: Pusat
Pengembangan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Regional I Bandung, 2012), hlm. 3.
2
E. H. Berger, Parents as Partners in Education, (New York: Mac Millian Publishing
Company, 1991), hlm. 122.

1
tujuan dan kebutuhan yang perlu dibagi satu dengan lainnya, 2) keterlibatan
orang tua dalam program tidak hanya berjenti pada pendidikan anak, tetapi
sebaiknya berlanjut sampai pada jenjang berikutnya, 3) Program yang
disusun lembaga pendidikan melibatkan semua anggota keluarga, 4)
program yang disusun lembaga pendidikan menjadikan tugas guru menjadi
lebih mudah, dan 5) program berkembang seiring dengan waktu.3
Menurut Briggs dan Potter (1995), dalam Suyanto (2005)4, kerjasama
orang tua dengan lembaga pendidikan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
keterlibatan (parent involment) dan partisipasi (parent participation).
Keterlibatan orang tua merupakan tingkat kerjasama yang minimum,
misalnya orang tua datang ke lembaga pendidikan dan membantu lembaga
pendidikan jika diundang saja. Sebaliknya partisipasi orang tua merupakan
tingkat kerjasama yang lebih luas dan tinggi tingkatannya. Orangtua dan
sekolah duduk bersama untuk membicarakan berbagai program dan
kegiatan anak. Orangtua datang ke sekolah untuk membantu guru
melaksanakan tugas-tugas rutin, seperti menyiapkan makanan, menyiapkan
alat/media yang dibutuhkan untuk pembelajaran, dan ikut menjadi
keamanan
Keterlibatan keluarga dalam kegiatan sekolah banyak sekali dampak
positif bagi perkembangan anaknya. Hal ini didasarkan pada beberapa hasil
penelitian yang diungkapkan dalam makalah seminar Teori, Kebijakan dan
Praktek Pendidikan Keluarga di Indonesia (2012) sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Izzo dkk (1999), dalam American Journal of
Community Psychologi, menunjukkan bahwa ketika orang tua dan
sekolah berkolaborasi secara efektif, siswa dapat berperilaku dan
menunjukkan prestasi yang lebih baik di sekolah
2. Grenwood & Hickman (dalam Gurbuzturk & Sad, 2010) menyebutkan
bahwa keterlibatan orang tua di sekolah memberikan kontribusi
yang positif dalam prestasi akademis, frkuensi kehadiran anak,

3
J. Brewer, Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Ade
Grades, (New York: Pearson, 2007), hlm. 238.
4
S. Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005), hlm. 225.

2
iklim sekolah, persepsi orang tua dan anak tentang belajar di kelas,
sikap dan perilaku positif anak, kesiapan anak untuk mengerjakan PR,
peningkatan waktu yang dihabiskan anak bersama orang tuanya,
aspirasi pendidikan, kepuasan orang tua terhadap guru, dan kesadaran
anak terhadap well being.
3. Kotaman (dalam Gurbuzturk & Sad, 2010) menjelaskan bahwa
keterlibatan orang tua yang aktif dapat memberi efek positif pada
berbagai aspek pendidikan termasuk meningkatkan perilaku anak dan
adaptasi sosial, mengurangi masalah kedisiplinan di sekolah,
meningkatkan kesuksesan di sekolah, dan peningkatan kehadiran di
sekolah.
4. Studi dampak program pendidikan dan pengembangan anak usia dini
di 50 kabupaten tertinggal (World Bank, 2013), menunjukkan bahwa
intensitas dukungan keluarga berpengaruh meningkatkan pencapaian
perkembangan anak usia dini (usia 0-6 tahun)
5. Kajian system pembinaan professional dan cara belajar siswa aktif
(Harlen, et.all., 2001), menunjukkan bahwa kemitraan dan peran aktif
orang tua di sekolah berpengaruh meningkatkan kemajuan dan
kesuksesan anak-anak mereka.

B. Bentuk Kemitraan Orang Tua dengan Sekolah


Kemitraan orang tua dengan sekolah dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk, diantaranya yaitu melalui:
1. Kegiatan pertemuan orang tua
Kelas orang tua merupakan wadah komunikasi bagi orang tua untuk
saling berbagi informasi dan pengetahuan dalam melaksanakan
pendidikan bagi anak-anaknya.
2. Keterlibatan orang tua di kelas anak
Keterlibatan orang tua di kelas adalah kegiatan yang melibatkan orang
tua dalam bentuk: a) bermain bersama anak di kelas, b) membantu
pendidik dalam proses pembelajaran di kelas, c) memonitor
pelaksanaan pembelajaran anak di kelas

3
3. Keterlibatan orang tua dalam acara bersama
Keterlibatan orang tua dalam acara bersama adalah kegiatan yang
melibatkan orag tua dalam pelaksanaan kegiatan penunjang
pembelajaran yang dilakukan di luar kelas. Tujuannya adalah
mendekatkan hubungan antar orang tua dengan anak dan orang tua
dengan sekolah
4. Hari konsultasi orang tua
Hari konsultasi orang tua adalah hari-hari tertentu yang dijadwalkan
oleh pengelola sekolah untuk beryermu dengan orang tua. Konsultasi
dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok. Tujuannya
adalah supaya orang tua memahami perkembangan anak-anaknya, dan
orang tua mengetahui untuk melakukan pendidikan di keluarga.
Contoh daftar keterlibatan keluarga dalam kegiatan di sekolah yang
disosialisasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keluarga yaitu:
1. Mengantar anak dan mengikuti pertemuan dengan wali kelas pada hari
pertama masuk sekolah
2. Mengikuti pertemuan dengan wali kelas pada tengah semester
3. Mengikuti kelas orang tua pada semester satu
4. Mengambil rapor semester satu (konsultasi kemajuan anak
5. Mengikuti pertemuan dengan wali kelas pada awal semester dua
6. Mengikuti pertemuan dengan wali kelas pada tengah semester dua
7. Membahas persiapan pentas kelas akhir tahun bersama paguyuban
orang tua
8. Menghadiri pentas kelas akhir tahun dan pemberian penghargaan
kepada anak dan orang tua
9. Mengambil raport semester dua (konsultasi kemajuan anak)

C. Partisipasi Masyarakat dalam Lembaga Pendidikan


Menurut Ach. Wazir Ws., et al, bahwa partisipasi bisa diartikan
sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam

4
situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia
menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses
berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,
kepatuhan dan tanggungjawab bersama.5
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada
di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif
solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,
dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi.6
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers sebagai berikut:
pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat,
yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan
gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau
program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut;
ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.7
Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah
meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik
langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan
dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan
kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk:
1. Partisipasi finansial

5
Ach. Wazir Ws, Panduan Penguatan Manajemen Lembaga Swadaya Masyarakat,
(Jakarta: Sekretariat Bina Desa dengan dukungan AusAID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD
Prevention and Care Project, 1999), hlm. 29.
6
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 27.
7
Diana Conyers, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press, 1991), hlm. 154-155.

5
Berupa dukungan dana sesuai dengan kekuatan dan kemampuan
masyarakat. Termasuk juga orangtua secara kolektif dapat mendukung
dana yang diperlukan sekolah, yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan untuk keberhasilan pendidikan. Selain itu,
lembaga bisnis dan industri diharapkan dapat menyisihkan anggaran
untuk pemberian beasiswa pendidikan.
2. Partisipasi material
Diwujudkan dengan sumbangan bahan-bahan yang berkenaan dengan
material bangunan, untuk penyempurnaan bangunan ruang dan tempat
untuk kegiatan belajar agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik. Demikian juga masyarakat mendukung terciptanya
lingkungan fisik yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.
3. Partisipasi akademik
Kepedulian masyarakat terhadap penyelenggaraan kegiatan akademik
yang lebih berkualitas. Dukungan dapat diwujudkan dengan dukungan
orangtua dan masyarakat untuk mengawasi dan membimbing belajar
anak di rumah. Selain itu banyak lembaga-lembaga pemerintahan
maupun non pemerintahan yang dapat memberikan kesempatan untuk
praktik atau magang. Hal ini dilakukan untuk memberikan wawasan
secara nyata kepada peserta didik.
4. Partisipasi kultural
Perhatian masyarakat terhadap terpeliharanya nilai kultural dan moral
yang terdapat di lingkungan sekitar sekolah sehingga sekolah mampu
menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
5. Partisipasi evaluatif
Keterlibatan masyarakat dalam melakukan pengendalian dan kontrol
terhadap penyelenggaraan pendidikan, sehingga masyarakat dapat
memberikan umpan balik dan penilaian terhadap kinerja lembaga
pendidikan. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan dalam
penyusunan atau pemberi masukan dalam penyusunan kurikulum bagi
sekolah. Agar kurikulum itu sesuai dengan kebutuhan siswa.

6
D. Pengelolaan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
Pengelolaan partisipasi masyarakat diawali dengan kegiatan
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Tahap perencanaan
dilakukan terhadap kebutuhan baik lembaga pendidikan maupun
masyarakat, selanjutnya membuat perencanaan berdasarkan atas kebutuhan
yang diperlukan untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki menyusun
alternatif program kegiatan. Kegiatan yang bermanfaat yang menunjang
pendidikan, misalnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai
spiritualitas keagamaan, identifikasi kebutuhan masyarakat dapat dilihat
mereka memilih lembaga pendidikan, yang pada dasarnya oleh alasan
teologis, akademik, sosiologi, filosofi dan ekonomi.
Berdasarkan kebutuhan masyarakat tersebut kedua lembaga ini
berusaha meresponnya dengan memberikan pelayanan maksimal dan
bersama-sama dengan masyarakat melalui wadah komite sekolah
melakukan inovasi sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sekolah atau lembaga
pendidikan agar partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan semakin
baik, antara lain:
1. Menjalin komunikasi yang efektif dengan orang tua dan masyarakat
Partisipasi orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua
dan masyarakat juga merasakan manfaat dari keikutsertaannya dalam
program sekolah. Manfaat dapat diartikan luas, termasuk rasa
diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan
kemampuannya bagi kepentingan sekolah. Jadi prinsip menumbuhkan
hubungan dengan masyarakat adalah saling memberikan kepuasan.
Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat
adalah menetapkan komunikasi yang efektif.
2. Melibatkan masyarakat dan orang tua dalam program sekolah
Di sini sekolah harus memperkenalkan program dan kegiatan
sekolah kepada masyarakat. Agar masyarakat lebih mengenal dan
dapat membantu program tersebut. Selain itu, hal ini dilakukan agar
hubungan masyarakat dan sekolah menjadi erat. Diharapkan juga

7
masyarakat dan sekolah mengadakan kerjasama dalam hari-hari besar
agama. Selain itu juga, sekolah perlu memberi tahu masyarakat
tentang program unggulan sekolah agar menarik minat masyarakat.
3. Mengundang masyarakat dalam rapat tahunan sekolah
Masyarakat perlu terus melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini tentu sekolah
harus transparan dalam hal kurikulum pembelajaran sekolah dan juga
tentang biaya penyelenggaraan sekolah. Hal ini dimaksudkan agar
orang tua tidak hanya menerima informasi dari sekolah. Tetapi
masyarakat juga bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan
peserta didik agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu,
sekolah juga dapat melibatkan masyarakat dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan kebutuhan operasional maupun non
operasional sekolah. Di forum ini masyarakat dan sekolah saling
bertukar pikiran, mengeluarkan ide atau gagasan dan juga
menyampaikan permasalahan yang dihadapi baik oleh orang tua murid
ataupun sekolah. Jadi sekolah dan masyarakat dapat saling bahu-
membahu dalam mengembangkan pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 Bab III pasal 4 peran
serta/partisipasi masyarakat dapat berbentuk:
1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua
jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua
jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk
melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran,
pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;
3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan
pengembangan;

8
4. Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum
diadakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang
pendidikan nasional;
5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf,
hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;
6. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk
melaksanakan Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan
peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar;
7. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;
8. Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan
pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional;
9. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan
kebijaksanaan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan;
10. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan;
11. Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang
diselenggarakan oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar negeri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ach. Wazir Ws. 1999. Panduan Penguatan Manajemen Lembaga Swadaya
Masyarakat. Jakarta: Sekretariat Bina Desa dengan dukungan AusAID
melalui Indonesia HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project.
Adi, Isbandi Rukminto. 2007. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Berger, E. H. 1991. Parents as Partners in Education. New York: Mac Millian
Publishing Company.
Brewer, J. 2007. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through
Primary Ade Grades. New York: Pearson.
Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.
Riana, dkk. 2012. Pendidikan Keorangtuaan dan Keluarga di Indonesia.
Bandung: Pusat Pengembangan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Regional I Bandung.
Suyanto, S. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.

10

Anda mungkin juga menyukai