Namun, sekolah juga berperan penting dalam mengembangkan kompetensi dasar (soft skill) layaknya
menanamkan karakter, mencetak generasi inovator, dan mendorong daya kreativitas pada siswa
sebagai peserta didik. Tentu peran ini tidaklah mudah, jika dibebankan hanya kepada guru sebagai
perwakilan pendamping di lingkup sekolah. Peran besar ini perlu didukung oleh orangtua sebagai
pihak pertama dan utama yang bertanggung jawab dalam mendampingi perkembangan kompetensi
anak/siswa sebagai peserta didik.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam
perkembangan kemampuan anak dalam lingkup pendidikan. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh
Krishna Y. Smith (2011) dalam disertasinya yang berjudul "The Impact of Parental Involvement on
Student Achievement" telah menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan
dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Oleh karenanya, diperlukan adanya
peran keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak di sekolah.
Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak dapat diartikan bahwa orang tua yang
mempercayakan anaknya untuk mengikuti proses pendidikan di sekolah, turut andil dalam proses
pendidikan anaknya. Pendampingan orang tua kepada anak dalam mengawal perkembangannya pun
diimplementasikan ketika anak mengikuti proses belajar di sekolah. Orang tua dengan pihak sekolah
bekerja sama dalam mengawal masa perkembangan anak khususnya dalam lingkup pendidikannya di
sekolah. Secara umum, bentuk keterlibatan orang tua dapat digambarkan dengan bagan sebagai
berikut:
Keterlibatan orang tua akan dapat tercapai jika pihak sekolah membangun upaya kerja sama antara
pihak guru di sekolah dengan orang tua di rumah. Bentuk keterlibatan orang tua dan kerjasamanya
dengan pihak sekolah dapat terbangun jika seluruh pihak memainkan perannya. Eipstein (2002) telah
mengembangkan sebuah rangkaian enam tipe keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak.
Enam tipe tersebut, diantaranya adalah pengasuhan (Parenting), Komunikasi (Communicating),
Relawan (Volunteering), Pembelajaran di rumah (Learning at Home), Membuat keputusan (Decision
Making),serta kerja sama dengan komunitas (Collaborating with The Community). Penerapan ke-
enam tipe Eipstein diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengasuhan (Parenting)
Membantu keluarga menyiapkan lingkungan dan suasana kondusif untuk perkembangan anak
sebagai pembelajar. Membantu keluarga menyiapkan lingkungan kondusif dapat dalam bentuk
mengadakan pertemuan dengan setiap orang tua siswa di awal semester dan akhir semester.
Pertemuan ini dalam rangka mendapatkan informasi mengenai kondisi siswa di rumah serta harapan
yang ingin dicapai oleh orang tua kepada siswa selama menjalani proses belajar di sekolah. Hal ini pun
juga dapat didukung dengan sekolah mengadakan seminar parenting/ Parenting Classuntuk para
orang tua wali agar dapat terbangun pemahaman yang sama diantara seluruh keluarga akan
pentingnya menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif.
Komunikasi (Communicating)
Adakan komunikasi intensif antara guru dengan orang tua guna mensosialisasikan program-
program sekolah serta progres perkembangan siswa selama berada di sekolah. Komunikasi perlu
dijalin dengan baik, dalam bentuk komunikasi dua arah antara orang tua dengan guru di sekolah.
Relawan (Volunteering)
Mengajak orang tua untuk ikut menjadi relawan untuk turut membantu guru, administrator
maupun murid. Hal ini dapat berupa mengajak orang tua siswa untuk menjadi relawan dalam aktivitas
mengajar di kelas, administrator sekolah maupun mengadakan les-les tambahan bagi siswa. Untuk
Mts NDM dapat diwujudkan dalam bentuk membuat hari relawan seperti undangan bagi wali santri
yang berkenan dan berkesempatan untuk ikut mengajar dan membagi keilmuwannya di sekolah.
Tahap untuk membangun pola dan sistem ini dirasa mungkin perlu upaya ekstra.
Menginformasikan kepada orang tua tentang berbagai hal yang menajdi tugas siswa untuk
dikerjakan di rumah. Memberi informasi kepada orang tua mengenai bagaimana upaya untuk
membantu siswa belajar pelajaran yang ditugaskan kepada siswa di rumah. Hal ini dapat diwujudkan
dengan cara memberikan kepada orang tua informasi tugas apa saja yang diberikan kepada siswa dan
bantuan apa saja yang diperlukan siswa ketika berada di rumah.
Menyertakan orang tua dalam membuat keputusan di sekolah, baik berkaitan dengan
pengembangan program maupun pengembangan sarana dan prasarana sekolah. Hal ini dapat
digambarkan dengan membentuk komite sekolah atau organisasi yang terdiri dari para orang tua
siswa. Orang tua siswa diajak untuk ikut serta menjadi relawan dan mendukungan setiap program
pengembangan sekolah.