Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 1

PDGK4104
PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD

Nama : Wahyu Nita Prabandari

NIM : 858827034

Kelas : 3B

Pokjar : Kota Kediri

1. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan pengamatan Saudara dan
hasil-hasil kajian yang sudah ada, bagaimana peran serta masyarakat dalam
pendidikan di SD saat ini, upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan agar peran
serta masyarakat tersebut lebih optimal.
Jawab :
Ada 7 tingkatan peran serta masyarakat (dirinci dari tingkat partisipasi terendah ke
tinggi) menurut I Nyoman Temon Astawa (2017) antara lain :
a. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia.
Menurut saya peran masyarakat dalam penggunaan jasa pelayanan
pendidikan ini menjadi peran masyarakat yang paling tinggi partisipasinya dan
yang paling umum. Pada tingkatan ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa
sekolah untuk mendidik anak-anak mereka.
b. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga.
Peran masyarakat dalam hal ini adalah dengan berpartisipasi dalam perawatan
dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau
tenaga.
c. Peran serta secara pasif.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah menyetujui dan menerima
apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya saja komite
sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang
bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan mematuhinya.
d. Peran serta melalui adanya konsultasi.
Disini partisipasi masyaarakat diwujudkan dengan datang ke sekolah untuk
berkonsultasi tentang permasalahan pembelajaran yang dialami oleh anaknya.
e. Peran serta dalam pelayanan.
Keterlibatan masyarakat terlihat dalam kegiatan sekolah, misalnya orang tua
ikut membantu sekolah ketika ada study tour, pramuka, kegiatan keagamaan,
dsb.
f. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan.
Dalam hal ini pihak sekolah meminta masyarakat untuk berpartisipasi dalam
mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat
menampungnya, menjadi nara sumber, atau bahkan guru bantu.
g. Peran serta dalam pengambilan keputusan.
Peran masyarakat disini dapat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan
baik akademis maupun non akademis, dan ikut dalam proses pengambilan
keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah.
https://mentreng.com/peran-masyarakat-dalam-peningkatan-mutu-
pendidikan/
Sebenarnya peran masyarakat akan optimal jika pihak sekolah dengan
masyarakat menjalin hubungan yang baik dimana sekolah selalu melibatkan
masyarakat dalam setiap kegiatan sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan sekolah itu sendiri.

2. Salah satu karakteristik umum pendidikan SD adalah kemelekwacanaan (literacy)


yang merujuk kepada pemahaman siswa tentang berbagai femonema/gagasan di
lingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan kehidupan. Saat ini
pemerintah bersama seluruh stakeholder pendidikan sedang melakukan upaya
secara
menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik dengan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS). Uraikan praktik baik GLS di SD berikut kendala dan solusinya.
Jawab :
GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif
dengan melibatkan warga sekolah (siswa, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid),
akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang
dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dan lainnya.), dan
pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud 2016:5). Sementara itu, Wierdarti, dkk.(2016:6) menjelaskan
bahwa tujuan GLS terdiri dari dua yaitu tujuan umun dan
tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu menumbuh kembangkan budi pekerti
siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka jadi
pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan untuk tujuan khususya terdapat
empat yaitu, (1) menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan
menulis siswa di sekolah, (2) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan
sekolah agar literal, (3) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang
menyenangkan dan ramah anak, agar warga sekolah mampu megelola
pengetahuan, (4) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan
menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadai berbagai strategi
membaca. Dalam prakteknya GLS sendiri sudah mulai digalakkan dengan
memberikan program pojok baca di setiap kelas. Selain perpustakaan pihak
sekolah memprogramkan pojok baca di masing – masing kelas agar minat belajar
siswa meningkat. Namun GLS sendiri memiliki beberapa kendala antara lain:
a. Masih rendahnya minat membaca siswa
b. Guru yang masih menganggap sama GLS dengan kegiatan membaca biasa
Solusi yang dapat dilakukan yakni:
a. Untuk menumbuhkan minat membaca siswa dapat dilakukan dengan membuat
kegiatan rutin membaca kepada siswa. Misalnya, siswa diwajibkan untuk
membaca selama 15 menit sebelum jam istirahat dimulai. Kemudian diberikan
target membaca bagi siswa dapat berupa mingguan ataupun bulanan.
b. Menyamakan konsep guru bahwa GLS berbeda dengan kegiatan membaca
biasa pada umumnya. Jika guru tidak memahami konsep GLS maka siswa
akan melakukan kegiatan membaca yang tidak terarah. Sehingga guru akan
kesulitan dalam melakukan evaluasi baik terhadap proses membaca maupun
hasil belajar karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam proses penerapan
gerakan literasi.
https://eprints.umm.ac.id/39078/3/BAB%20II.pdf

3. Pendidikan nasional pada era reformasi menekankan pada perlunya perwujudan


proses pendidikan yang mampu menciptakan lingkungan belajar dan
pembelajaran yang mampu menumbuhkembangkan potensi peserta didik dalam
bentuk kemampuan learning to know, learning to do, learning to live together,
learning to be, dan learning through life. Jabarkan kegiatan pembelajaran di SD
yang dapat menciptakan kondisikondisi tersebut.
Jawab :
a. Learning to know
Learning to know mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya
tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga
harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan
hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki
kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus
dipelajari. Dalam hal ini guru berperan sebagai informator, organisator,
motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator
bagi siswanya, sehingga siswa perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan
terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin
dikuasainya.
b. Learning to do
Artinya dalam pembelajaran ini setelah siswa mengetahui hal-hal yang baru
dari pembelajaran yang siswa lakukan, siswa bisa melakukan sesuatu karya
atau bentuk pekerjaan nyata dari ilmu yang telah diserap. Learning to
do mengupayakan pemberdayaan siswa agar mau dan mampu berbuat untuk
memperkaya pengalaman belajarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan
berpartisipasi dalam masyarakat. Pembelajaran ini menyiratkan bahwa siswa
dilatih untuk sadar dan mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan
produktif dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa diajarkan untuk
melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada
penguasaan ketrampilan yang mekanitis melainkan juga terampil dalam
berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi
suatu konflik.
c. Learning to live together
Pembelajaran ini memaknai belajar sebagai upaya agar siswa dapat hidup
bersama dengan sesamanya secara damai serta dapat bekerja sama.
Learning to live together maksudnya dengan siswa mengetahui dan siswa
dapat melakukan sesuatu dari apa yang kita pelajari, selanjutnya siswa dapat
melakukannya untuk diri siswa sendiri dan juga untuk orang lain yang ada di
sekitar siswa. Salah satu fungsi sekolah adalah tempat bersosialisasi, artinya
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup bermasyarakat. Situasi
bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan sekolah. Kebiasaan
hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu
ditumbuhkembangkan.
d. Learning to be
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk
manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata lain, belajar untuk
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang
memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Belajar dalam konteks ini
bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi siswa, sesuai
dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of
intelligence). Guru diharapkan untuk melatih siswa agar mampu memiliki rasa
percaya diri (self confidence) yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal
utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Dalam hubungan ini,
pendidikan harus berhubungan dengan setiap aspek dari potensi pribadi yang
berupa: mengingat, menalar, rasa estetis, kemampuan-kemampuan fisik, dan
keterampilan-keterampilan berkomunikasi.

e. Learning through life


Learning through life ini menuntun dan memberi pencerahan pada siswa
bahwa ilmu bukanlah hasil buatan manusia, tetapi merupakan hasil temuan
atau hasil pencarian manusia. Dalam hal ini guru harus meniinggalkan proses
pembelajaran yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan kondisi terkini.
Kembangkan nilai-nilai lama yang sekiranya masih dapat dimanfaatkan, dan
ciptakan pandangan baru yang sesuai dengan kebutuhan atau tantangan
zaman. Guru perlu merubah metode penyampaian materi pendidikan. Metode
yang digunakan oleh guru selama ini rasanya terlampau banyak menekankan
penguasaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, guru hanya
mengutamakan siswa yang patuh dan kurang memikirkan terbinanya siswa
kreatif.

Anda mungkin juga menyukai