1. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan pengamatan Saudara dan hasil-hasil kajian yang sudah ada, bagaimana peran serta masyarakat dalam pendidikan di SD saat ini, upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan agar peran serta masyarakat tersebut lebih optimal. Jawab : Ada 7 tingkatan peran serta masyarakat (dirinci dari tingkat partisipasi terendah ke tinggi) menurut I Nyoman Temon Astawa (2017) antara lain : a. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Menurut saya peran masyarakat dalam penggunaan jasa pelayanan pendidikan ini menjadi peran masyarakat yang paling tinggi partisipasinya dan yang paling umum. Pada tingkatan ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak-anak mereka. b. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Peran masyarakat dalam hal ini adalah dengan berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga. c. Peran serta secara pasif. Bentuk partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah menyetujui dan menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya saja komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan mematuhinya. d. Peran serta melalui adanya konsultasi. Disini partisipasi masyaarakat diwujudkan dengan datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang permasalahan pembelajaran yang dialami oleh anaknya. e. Peran serta dalam pelayanan. Keterlibatan masyarakat terlihat dalam kegiatan sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada study tour, pramuka, kegiatan keagamaan, dsb. f. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Dalam hal ini pihak sekolah meminta masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya, menjadi nara sumber, atau bahkan guru bantu. g. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Peran masyarakat disini dapat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah. https://mentreng.com/peran-masyarakat-dalam-peningkatan-mutu- pendidikan/ Sebenarnya peran masyarakat akan optimal jika pihak sekolah dengan masyarakat menjalin hubungan yang baik dimana sekolah selalu melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah itu sendiri.
2. Salah satu karakteristik umum pendidikan SD adalah kemelekwacanaan (literacy)
yang merujuk kepada pemahaman siswa tentang berbagai femonema/gagasan di lingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan kehidupan. Saat ini pemerintah bersama seluruh stakeholder pendidikan sedang melakukan upaya secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Uraikan praktik baik GLS di SD berikut kendala dan solusinya. Jawab : GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (siswa, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dan lainnya.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud 2016:5). Sementara itu, Wierdarti, dkk.(2016:6) menjelaskan bahwa tujuan GLS terdiri dari dua yaitu tujuan umun dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu menumbuh kembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka jadi pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan untuk tujuan khususya terdapat empat yaitu, (1) menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah, (2) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literal, (3) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak, agar warga sekolah mampu megelola pengetahuan, (4) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadai berbagai strategi membaca. Dalam prakteknya GLS sendiri sudah mulai digalakkan dengan memberikan program pojok baca di setiap kelas. Selain perpustakaan pihak sekolah memprogramkan pojok baca di masing – masing kelas agar minat belajar siswa meningkat. Namun GLS sendiri memiliki beberapa kendala antara lain: a. Masih rendahnya minat membaca siswa b. Guru yang masih menganggap sama GLS dengan kegiatan membaca biasa Solusi yang dapat dilakukan yakni: a. Untuk menumbuhkan minat membaca siswa dapat dilakukan dengan membuat kegiatan rutin membaca kepada siswa. Misalnya, siswa diwajibkan untuk membaca selama 15 menit sebelum jam istirahat dimulai. Kemudian diberikan target membaca bagi siswa dapat berupa mingguan ataupun bulanan. b. Menyamakan konsep guru bahwa GLS berbeda dengan kegiatan membaca biasa pada umumnya. Jika guru tidak memahami konsep GLS maka siswa akan melakukan kegiatan membaca yang tidak terarah. Sehingga guru akan kesulitan dalam melakukan evaluasi baik terhadap proses membaca maupun hasil belajar karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam proses penerapan gerakan literasi. https://eprints.umm.ac.id/39078/3/BAB%20II.pdf
3. Pendidikan nasional pada era reformasi menekankan pada perlunya perwujudan
proses pendidikan yang mampu menciptakan lingkungan belajar dan pembelajaran yang mampu menumbuhkembangkan potensi peserta didik dalam bentuk kemampuan learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be, dan learning through life. Jabarkan kegiatan pembelajaran di SD yang dapat menciptakan kondisikondisi tersebut. Jawab : a. Learning to know Learning to know mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari. Dalam hal ini guru berperan sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi siswanya, sehingga siswa perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya. b. Learning to do Artinya dalam pembelajaran ini setelah siswa mengetahui hal-hal yang baru dari pembelajaran yang siswa lakukan, siswa bisa melakukan sesuatu karya atau bentuk pekerjaan nyata dari ilmu yang telah diserap. Learning to do mengupayakan pemberdayaan siswa agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Pembelajaran ini menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan yang mekanitis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. c. Learning to live together Pembelajaran ini memaknai belajar sebagai upaya agar siswa dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai serta dapat bekerja sama. Learning to live together maksudnya dengan siswa mengetahui dan siswa dapat melakukan sesuatu dari apa yang kita pelajari, selanjutnya siswa dapat melakukannya untuk diri siswa sendiri dan juga untuk orang lain yang ada di sekitar siswa. Salah satu fungsi sekolah adalah tempat bersosialisasi, artinya mempersiapkan siswa untuk dapat hidup bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan sekolah. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. d. Learning to be Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Belajar dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi siswa, sesuai dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of intelligence). Guru diharapkan untuk melatih siswa agar mampu memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Dalam hubungan ini, pendidikan harus berhubungan dengan setiap aspek dari potensi pribadi yang berupa: mengingat, menalar, rasa estetis, kemampuan-kemampuan fisik, dan keterampilan-keterampilan berkomunikasi.
e. Learning through life
Learning through life ini menuntun dan memberi pencerahan pada siswa bahwa ilmu bukanlah hasil buatan manusia, tetapi merupakan hasil temuan atau hasil pencarian manusia. Dalam hal ini guru harus meniinggalkan proses pembelajaran yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan kondisi terkini. Kembangkan nilai-nilai lama yang sekiranya masih dapat dimanfaatkan, dan ciptakan pandangan baru yang sesuai dengan kebutuhan atau tantangan zaman. Guru perlu merubah metode penyampaian materi pendidikan. Metode yang digunakan oleh guru selama ini rasanya terlampau banyak menekankan penguasaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, guru hanya mengutamakan siswa yang patuh dan kurang memikirkan terbinanya siswa kreatif.