Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
“disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah”

Dosen: Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 5

Adellia Cahyani (202110430311051)

Ari Hidayat (202110430311054)

Putri Nurlia Rosydi (202110430311071)

Sepvian Wahyu Y.P. (202110430311079)

Lulu Kanti Parastiti (202110430311080)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
BAB I
PETA KONSEP

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Keterlibatan dan minat masyarakat dalam manajemen mutu pendidikan di sekolah tidak
hanya tercermin dari kesediaan untuk mendukung dalam bentuk dukungan fisik maupun
finansial. Tetapi, keterlibatan dan perhatian tersebut perlu mencakup aspek kualitas layanan
pembelajaran. Untuk itu diperlukan pelibatan masyarakat yang dapat memperhatikan
kepentingan sekolah dan masyarakat luas. Kebijakan yang lebih luas di tingkat Kabupaten atau
Kota adalah bentuk keterlibatan masyarakat melalui Forum Dewan Pendidikan, menjembatani
pemenuhan kebutuhan sekolah melalui kebijakan legislatif dan administratif. Dukungan
masyarakat melalui Dewan Pendidikan. Dewan Pendidikan merupakan badan yang diperlukan
untuk memodifikasi upaya peningkatan mutu sekolah dan memberikan pemikiran selama ini.
Peran serta masyarakat khususnya kepada orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan
pendidikan masih minim. Selama ini partisipasi masyarakat umumnya terbatas pada dukungan
finansial, namun dukungan lain seperti pemikiran, moral, barang dan jasa kurang mendapat
perhatian. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sekolah diperlukan karena pendidikan
merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat. Masyarakat tidak hanya tertarik pada
pengembangan sekolah, tetapi juga pada peningkatan kualitas dalam kerangka pembentukan
peran sosial, terutama melalui berbagai bentuk partisipasi dalam lembaga pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam lembaga pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang
disengaja dan direncanakan serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dengan pembinaan
berkelanjutan untuk memperoleh empati dari seluruh masyarakat. Terutama mereka yang tertarik
langsung dengan dunia pendidikan. Selain membangun citra institusi yang baik, upaya sekolah
untuk membangun relasi secara menarik dan proaktif akan meningkatkan empati masyarakat.
Partisipasi adalah keterlibatan aktif individu atau sekelompok orang atau masyarakat yang secara
sadar menjadi sukarelawan untuk suatu program pembangunan dan terlibat dalam segala hal
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan hingga evaluasi.

2
2.2 JENIS PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
1. Jenis peran serta masyarakat
- Penyiapan sumber daya manusia secara profesional.
- Pemangku kepentingan mendukung program sekolah.
- Menghadiri rapat sekolah untuk mengetahui kemajuan peserta didik.
- Mendukung pembelajaran peserta didik.
- Melalui program Manajemen Berbasis Sekolah untuk mencari sumber atau pendukung
lain untuk memecahkan masalah pendidikan.
2. Peran dewan sekolah akan dikembangkan sesuai dengan tujuan pemerintah, terutama dalam
kaitannya dengan:
- Bekerja dengan kepala sekolah dan guru untuk mengembangkan Rencana Kerja Sekolah
(RKS) dan Rencana Kegiatan Dan Anggaran Sekolah (RKAS).
- Mempublikasikan rencana untuk menginformasikan kepada masyarakat umum.
- Memantau sekolah dan memberikan dukungan terkait dengan: Kondisi fisik sekolah dan
pelaksanaan kegiatan sekolah baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan lainnya.
- Mendorong orang tua peserta didik dan masyarakat untuk terlibat dalam pendidikan
untuk meningkatkan kualitas dan ketidakberpihakan pendidikan.
- Mencatat serta menganalisis seluruh aspirasi, gagasan, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang memiliki pembelaan dari setiap individu pada masyarakat, organisasi
ataupun perusahaan dan industri (DUDI) dan komunitas yang mendorong kerjasama
dengan pemerintah dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan.
3. Jenis Pelibatan Masyarakat Dalam Pelaksanaan MBS sebagai berikut:
a. Pendanaan untuk pendidikan
b. Pembangunan fisik dan pemeliharaan sekolah, Salah satu prioritas orang tua peserta didik
dan warga sekolah adalah meningkatkan sarana dan prasarana sekolah. Banyak orang tua
yang terlibat dalam membangun peningkatan kualitas melalui program MBS.
c. Bantuan non fisik
1. Mendorong peserta didik untuk belajar
Banyak sekolah bekerjasama dengan masyarakat untuk mendorong peserta
didik agar minat untuk belajar semakin meningkat. Kegiatan ini meliputi:
- Kenali, dorong, dan dukung mereka yang putus sekolah.

3
- Keluarga mereka pergi ke sekolah.
- Keputusan belajar malam wajib untuk mendorong anak-anak.
- Mengerjakan Pekerjaan Rumah dan membaca buku.
2. Ikatan Alumni
Orang tua dan pemangku kepentingan sosial lainnya juga dapat membantu
anak-anak mereka untuk menerapkan pendidikan secara langsung pada saat mereka
mulai bersekolah. Serta berbagai kegiatan lain yang dilakukan oleh Himpunan Kelas
sebagai berikut:
- Penataan ruang dan isinya
- Memasang gambar sebagai media pendidikan.
- Pembuatan etalase dan rak buku untuk perpustakaan kelas.
- Siapkan piket komunitas di kelas.
- Tinjau portofolio sebagai dokumen hasil belajar anak.

2.3 CARA MENDORONG PERAN MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
Kesuksesan Manajemen Berbasis Sekolah tidak terlepas dengan adanya mitra lain yang
mendukung dari dalam maupun luar sekolah. Orang tua peserta didik dan masyarakat merupakan
mitra yang berperan penting terciptanya kesuksesan Manajemen Berbasis Sekolah. Hal ini
didasari bahwa sekolah merupakan bagian integral dari masyarakat dan bukan merupakan
lembaga yang terpisah dari masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak dapat berkembang tanpa
adanya kerjasama dari masyarakat sekitar sekolah.
Adapun bentuk partisipasi orangtua dari peserta didik dan masyarakat dalam Manajemen
Berbasis Sekolah yang umum dilakukan, antara lain:
- Menyalurkan pemikiran-pemikiran yang dapat diberikan dalam bentuk nasihat tertulis, lisan,
atau bentuk lain dalam konsultasi reguler antara manajer sekolah dan tokoh masyarakat dan
anggota.
- Bantuan tenaga dalam kegiatan perbaikan gedung, perawatan kebun sekolah, atau bahkan
menyumbangkan tenaga sebagai narasumber di bidang ketrampilan bagi peserta didik.
- Sebagai organisator kegiatan sekolah atau komite sekolah yang dapat berperan sebagai
pengontrol kualitas pengelolaan sekolah.

4
- Hibah keuangan adalah sumbangan yang biasa diminta oleh sekolah, terutama orang tua, dan
meliputi:
a. Pendanaan utama berasal dari orang tua peserta didik yang sangat tertarik dengan layanan
sekolah.
b. Infak, Shodaqoh, Zakat.
c. Sumbangan dari berbagai bentuk perusahaan, dan sebagainya.

Peran aktif kepala sekolah dalam mempromosikan program sekolah melalui partisipasi
aktif oleh masyarakat sangat penting bagi sekolah. Ada beberapa strategi yang perlu ditempuh
pimpinan sekolah dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam mensukseskan
program sekolah. Yang diantaranya:

1. Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat


Ketika orang tua dan masyarakat merasakan manfaat dari mengikuti program sekolah,
keterlibatan orang tua dan masyarakat secara otomatis akan meningkat. Ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat.
a. Menemukan orang kunci atau orang yang dapat mempengaruhi orang lain.
Biasanya sesuatu yang dikatakan dan dilakukan oleh kebanyakan orang merupakan kunci
kepercayaan dan tindaklanjut yang diterapkan oleh masyarakat sekitar. Dengan adanya
istilah tersebut, maka tersebut adalah orang-orang yang harus dihubungi, dikonsultasikan
dan mencari bantuan untuk menarik orang lain untuk berpartisipasi dalam program
sekolah. Jumlah tersebut bisa berasal dari mahasiswa masyarakat dan orang tua sesepuh,
atau dari tokoh informal, pegawai negeri, tokoh bisnis, dan profesional lainnya. Seniman
misalnya, dapat berpartisipasi dalam promosi seni di sekolah.
b. Memilih waktu yang tepat.
Pada saat yang tepat, sekolah melibatkan masyarakat dan berpartisipasi dalam kegiatan
sekolah. Misalnya, kegiatan olahraga, seni, dll.
2. Memberdayakan Komite Sekolah
Melalui komite sekolah, orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan manajemen pendidikan sekolah. Usaha-usaha yang diperlukan
untuk mempertahankan pendidikan, termasuk dunia usaha, antara lain:

5
a. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang Pendidikan di tingkat
sekolah. Melalui otonomi, pengambilan keputusan dalam melaksanakan pelayanan
pendidikan sangat dekat dengan kepentingan mereka yang dilayani.
b. Menyuluhkan program swadana terutama pada orang tua peserta didik, yang dimana
pemerintah memberikan berbagai bantuan jika masyarakat telah menyediakan sejumlah
biaya pendamping.
3. Melibatkan Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah
a. Melaksanakan agenda-agenda kemasyarakatan, meliputi pembersihan dan perawatan
lingkungan, bantuan transportasi di sekitar sekolah, dll. Program sederhana seperti itu
dapat menumbuhkan simpati kepada masyarakat.
b. Mengadakan open house yang memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk
mempelajari program dan kegiatan sekolah. Tentu dalam kasus seperti itu, sekolah perlu
menekankan program yang membangkitkan minat publik.
c. Mengundang tokoh masyarakat sebagai juru bicara atau pelatih untuk program sekolah.
Misalnya, seorang dokter yang tinggal di dekat sekolah atau mengundang orang tua untuk
menjadi juru bicara atau pelatih untuk program kesehatan sekolah.
d. Membuat program kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya perayaan hari-hari
nasional maupun keagamaan

Dengan begitu, orang tua peserta didik maupun masyarakat umum dengan senantiasa
tergerak untuk berpartisipasi dalam mendukung kegiatan di sekolah.

2.4 JARINGAN KEJA SAMA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT


Hubungan atau jaringan kerjasama sekolah dengan masyarakat pada dasarnya adalah suatu
saran yang sangat beperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian
peserta didik di lingkungan sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat besar
manfaatnya dan perannya untuk kepentingan pembinaan serta dukungan moral, dan manfaat
untuk masyarakat sebagai sumber belajar. Dalam situasi ini, sekolah sebagai sistem sosial yang
merupakan bagian keseluruhan dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah
dan masyarakat mempunyai ikatan yang erat dalam menggapai tujuan daripada sekolah atau
pendidikan secara efisien dan praktis. Sekolah juga memiliki kewajiban untuk terus menunjang
pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat, khususnya kebutuhan

6
pendidikan. Maka dari itu, sekolah berkewajiban untuk memberi pemahaman tentang tujuan-
tujuan, program-program, kebutuhan, dan keadaan masyarakat. Sekolah juga harus mengetaui
dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat yang terutama ditujukan terhadap
sekolah. Sehingga hubungan yang harmonis harus dibina dan ditanamkan diantara pihak sekolah
dan masyarakat.

Keterlibatan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program sekolah mempunyai
tujuan antara lain untuk memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik,
kemudian juga memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat, dan yang terahir yaitu mengaspirasi masyarakat untuk mrnjalin hubungan dengan
sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh sekolah
untuk menarik simpati masyarakat kepada sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara
sekolah dan masyarakat. Dengan adanya hal tersebut sekolah dapat melakukan sesuatu dengan
upaya memberitahu masyarakat tentang program-program yang dilaksanakan sekolah, baik yang
sedang dilaksanakan, akan dilaksanakan, maupun yang sudah dilaksanakan. Sehimgga para
masyarakat memeperoleh gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

Dasar dari hubungan sekolah dengan masyarakat ialah untuk meningkatkan dukungan,
kepedulian, dan keterlibatan dari masyarakat, terutama dukungan finansial dan moral. Maka dari
itu, dalam hal ini yang dibutuhkan ialah peningkatan kesungguhan dan perluasan hubungan
antara sekolah dan masyarakat. Sekolah dan masyarakat merupakan jenis lingkungan yang
berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan bahkan saling membutuhkan, terutama dalam upaya
mencerdaskan generasi muda serta seluruh kehidupan bangsa. Supaya menciptakan hubungan
dan kerjasama yang baik antara sekolah dengan masyarakat, maka masyarakat perlu mengerti
dan memahami sedetail mungkin tentang sekolah yang baik dari sarana dan prasarananya
maupun permasalahan yang sedang dihadapi oleh sekolah tersebut. Sekolah juga merupakan
bagian dari masalah masyarakat, dengan demikian terjadi kerjasama dan situasi gotong royong
antara sekolah dan masyarakat.

Ada beberapa sudut pandang yang menggambarkan hubungan antara sekolah dengan
masyarakat, antara lain yaitu:

7
a. Sekolah sebagai mitra masyarakat dalam menjalankan fungsi pendidikan. Fungsi pendidikan
di sekolah kurang lebih juga dipengaruhi oleh bentuk pengalaman seseorang di masyarakat.
Pengalaman dalam berbagai kelompok sosial dalam masyarakat, jenis bacaan, tontonan dan
kegiatan lain di masyarakat, semuanya memiliki pengaruh pada fungsi pendidikan yang
dimainkan oleh sekolah pada seseorang. Maka dari itu, sekolah juga mempunyai kepentingan
untuk mengubah lingkungan seseorang individu di tengah-tengah masyarakatnya, antara lain
dapat dilakukan melalui fungsi pelayanan konseling, menciptakan forum komunikasi
organisasi sekolah dengan organisasi dan lembaga lain di masyarakat. Kegunaan sekolah
untuk memaksimalkan kemungkinan pengajaran bagi anak asuh tidak sebatas dinding kelas,
tetapi juga dari sumber belajar di masyarakat, hal ini secara langsung akan mengupayakan
partisipasi belajar seseorang di lingkungan sosial budaya sekitar.
b. Sekolah sebagai prosedur yang menyajikan pesan-pesan pendidikan dari lingkungan
masyarakat. Fungsi pendidikan di sekolah kurang lebih akan dipengaruhi oleh jumlah dan
fungsional pemanfaatan sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar di
masyarakat, seperti adanya keberadaan para narasumber, keberadaan perpustakaan umum,
keberadaan museum, kebun binatang, dan peredaran surat kabar atau majalah serta sumber
belajar lainnya. Selain berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat luas, diantara
sumber daya tersebut juga berfungsi untuk dimanfaatkan bagi fungsi pendidikan di sekolah.
Pemanfaatan sumber belajar di lingkungan masyarakat untuk kepentingan fungsi pendidikan
di lingkungan sekolah, peningkatannya dapat dilakukan dengan upaya menentukan strategi
belajar mengajar yang mengaktifkan keterlibatan mental peserta didik dalam mengkaji
sumber belajar di lingkungannya.

2.5 AKUNTABILITAS PUBLIK


a. Pengertian
Akuntabilitas publik adalah kewajiban atau keharusan pemegang amanah untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyuguhkan, melaporkan dan mengutarakan semua
kegiatan dan aktivitas yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanat yang
berhak dan berwenang untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Segala kegiatan yang
dilakukan dan dilaksanakan oleh lembaga dibidang publik memerlukan pertanggungjawaban
kepada publik atau masyarakat yang sudah memberikan kontribusi kepada pemerintah untuk

8
birokrasi. Pertanggungjawaban kepada masyarakat inilah yang disebut dengan akuntabilitas
publik. Akuntabilitas mencakup kewajiban akan menyajikan dan melaporkan segala bentuk
kegiatan yang dilakukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara berkala. Layaknya sebuah
perusahaan, lembaga pemerintah yang didalamnya termasuk lembaga pendidikan, juga
memerlukan akuntabilitas dalam menjalankan birokrasinya baik untuk menilai kinerjanya
maupun untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat atas semua hal yang
asalnya dari partisipasi masyarakat.

b. Jenis Akuntabilitas Publik


1. Akuntabilitas Vertikal
Akuntabilitas vertikal merupakan pertanggungjawaban dari pengelola keuangan
kepada otoritas yang lebih tinggi, yang juga berlaku kepada setiap tingkatan dalam badan
internal penyelenggara negara, termasuk pemerintah. Setiap pejabat atau pejabat publik,
baik secara sendiri-sendiri maupun secara kelompok, wajib mempertanggungjawabkan
kepada pimpinan langsung mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan
kegiatannya secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
2. Akuntabilitas Horizontal
Akuntabilitas horizontal sangat erat kaitannya pada setiap lembaga negara sebagai
organisasi untuk mempertanggungjawabkan segala amanat yang sudah diterima dan
dilaksanakan atau perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak luar bisa
disebut juga masyarakat luas dan lingkungan atau pertanggunggjawaban kepada publik
dan eksternal yang didalamnya termasuk lingkungan.

c. Tipe Akuntabilitas Publik


1. Akuntabilitas Politik
Berhubungan dengan sistem politik dan prosedur pemilu. Sistem politik kepartaian
yang terdiri dari dua atau lebih partai politik dinilai lebih mumpuni serta menjamin dan
menjanjikan akuntabilitas politik dari lingkup pemerintahan kepada seluruh rakyatnya,
dibandingkan dengan pemerintahan dengan sistem politik partai tunggal.
2. Akuntabilitas Ekonomi

9
Akuntabilitas Ekonomi adalah pejabat pemerintah yang mempunyai kewenangan
menagani keuangan atau ekonomi wajib mempertanggungjawabkan secara detail dan
teliti terhadap uang rakyat dalam anggarannya yang bersumber dari penerimaan pajak
dan pemungutan pajak.
3. Akuntabilitas Hukum
Akuntabilitas hukum memiliki makna bahwa seluruh rakyat atau masyarakat wajib
memiliki keyakinan bahwa pemerintah dapat bertanggung jawab secara hukum atas
segala yang diperbuat. Apabila ada beberapa atau sebagian organisasi pemerintah yang
dalam praktek dan penerapannya telah merugikan kepentingan rakyat, maka dari itu
pemerintah serta lembaga terkait harus dapat mempertanggungjawabkan, dan menerima
tuntutan hukum atas tindakan-tindakan tersebut.

d. Dimensi Akuntabilitas
Menurut pengertiannya Akuntabilitas ialah kewajiban seseorang, badan, dan organisasi
sebagai aspek utama dalam membawa amanat guna mempertanggungjawabkan menejemen,
kepemilikan sumber daya, dan penerapan kebijakan yang dipercayakan kepadanya, guna
mencapai tujuan yang telah diatur serta ditetapkan, pertanggungjawaban secara berkala
dilakukan melalui media agar terpublikasi dan diketahui semua kalangan yang mana hal
tersebut sejalan dengan prinsip akuntabilitas.
Ada empat dimensi akuntabilitas yang harus diwujudkan oleh lembaga-lembaga publik
antara lain sebagai berikut:
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
Akuntabilitas hukum dan kejujuran ialah suatu bentuk tanggungjawab lembaga
publik untuk bertindak dan perperilaku jujur dalam setiap melakukan pekerjaan dan
mematuhi dan menaati setiap ketentuan hukum yang berlaku. Akuntabilitas hukum
berkaitan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang
diperlukan dalam melaksanakan kegiatan organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran
memiliki kaitan dengan tidak melakukan penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi.
Akuntabilitas hukum menuntut penegakan hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran
menuntut praktik organisasi yang sehat agar tidak terjadi penyalahgunaan kewenangan
dan penyimpangan pelayanan publik.
2. Akuntabilitas Kebijakan

10
Akuntabilitas kebijakan adalah suatu bentuk tindakan akuntabel terhadap kebijakan
yang diambil oleh lembaga terkait yang mana sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
kebijakan yang dikeluarkan. Akuntabilitas kebijakan berkaitan dengan akuntabilitas
lembaga publik terhadap kebijakan yang diambil. Lembaga publik yang mengeluarkan
suatu kebijakan harus bisa mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan
dengan mempertimbangkan dampak ke depan.
3. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses merupakan bentuk tanggungjawab yang berhubungan dengan
prosedur yang dipakai dalam melaksanakan tugas yang sekiranya sudah cukup baik,
dapat ditinjau dari kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen,
dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses diciptakan melalui penyediaan layanan
publik yang cepat, dan biaya rendah.
4. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program merupakan bentuk tanggungjawab yang berkaitan dengan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai atau tidak, dan apakah
organisasi telah mempertimbangkan program alternatif yang memberikan hasil optimal
dengan biaya minimal. Dengan menerapkan akuntabilitas program tersebut, lembaga
publik harus mampu mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat hingga
pelaksanaan program dapat terwujud.

2.6 KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN


Mutu pendidikan bisa dilihat dari beberapa sudut, yaitu dari sudut proses dan dari sudut
manajemen. Dari sudut manajemen mutu pendidikan berkaitan dengan bagaimana sebuah
lembaga pendidikan dapat mengelola secara profesional dan komprehensif terhadap semua
sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Dari sudut proses mutu pendidikan berkaitan dengan
penyelenggaraan proses pembelajaran proses interaksi antara guru dengan peserta didik. Dalam
konteks proses pembelajaran ini, faktor guru dipandang merupakan unsur yang paling penting
atau menentukan terhadap tercapai tidaknya mutu pendidikan. Sentralitas guru sebagai unsur
yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan, hal ini memang cukup beralasan oleh karena
gurulah yang menjadi pihak perantara yang turut menyampaikan sejumlah isi kurikulum.

11
Peningkatan kualitas pendidik baik secara kuantitatif maupun kualitatif menjadi suatu
keharusan yang perlu dilakukan secara terus menerus, sehingga pendidikan dapat menjadi
wahana pembangun watak bangsa, penanaman nilai-nilai etik dan moral ,sehingga tidak hanya
aspek dari kecerdasan saja yang dapat dikembangkan. Pendidik sebagai tokoh utama harus
ditingkatkan kompetensinya dan diadakan sertifikasi sesuaian dengan profesi yang diembannya
dan dilakukan uji kelayakan profesionalitas secara bertahap, agar setiap aktivitas yang dilakukan
mencerminkan perilaku yang mengarah pada ketercapaian mutu pembelajaran.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sangat penting bagi seorang tenaga
pendidik mempunyai sifat profesionalitas diri. Profesionalitas tenaga pendidik ini didapat
melalui sejumlah rangkaian proses pendidikan terprogram yang diselenggarakan oleh Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan, dan atau melalui sejumlah pelatihan dan pengembangan
profesionalisasi guru. Dinyatakan secara tegas di dalam UU No 14 tahun 2005 Bab. I Pasal 1
ayat (4) bahwa, makna profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau aturan tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
Jadi untuk menjadi pendidik yang profesional haruslah memiliki kompetensi keahlian
dasar sebagai tenaga pendidik. Sebagaimana dinyatakan dalam standar tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan bahwa tenaga pendidik menurut PP No. 19/2005, Bab. VI Pasal 28 tentang
standarisasi tenaga pendidik adalah:
1) Pendidik wajib memiliki dan menguasai kualifikasi akademik serta kompetensi sebagai
tokoh pembelajaran yaitu sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak berusia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi
kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial.

12
4) Seseorang yang tidak mempunyai ijazah dan sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesional. Kompetensi diartikan


sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan infestivigasi, menganalisis
dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang
menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi
guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan
spiritual secara menyeluruh yang akhirnya membentuk kopetensi standar profesi guru, yang
mencangkup penguasaan materi, pemahaman peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalisme. Adapun kompetensi yang harus dimiliki seorang
guru adalah sebagaimana dinyatakan dalam SNP Pasal 28 ayat (3) dalam Mulyasa (2007:26)
sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelol pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang tegas, stabil, dewasa, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi professional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik untuk memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam standar Nasional Pendidikan.
4. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

13
Sejumlah kompetensi di atas diperlukan untuk menjalankan fungsi dan tugas profesi sebagai
tenaga pendidik dalam mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan yang
berkualitas.

2.7 UPAYA PEMBERDAYAAN TENAGA KEPENDIDIKAN


Upaya pemberdayaan tenaga kependidikan merupakan bentuk usaha dalam memberikan
kesempatan pendidik dan tenaga kependidikan untuk menggunakan dan mengembangkan
potensi keilmuan, profesionalitas, serta pengalaman yang dimilikiya dalam rangka
meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan
untuk mencapai prestasi akademik adalah kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan
pendidikan dan tenaga kependidikan dalam rangka memberikan pelayanan yang baik kepada
peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah dapat melakukan beberapa
usaha dalam rangka pemberdayaan tenaga kependidikan melalui model kepemimpinannya.
Berikut beberapa aspek model kepemimpinan Kepala Sekolah:
a) Konduite keseharian memberitahuakn bahwa ketua sekolah mempunyai perilaku yang
perhatiann, disiplin, inisiatif, terbuka, bijaksana, mempunyai emosi yang stabil. Temuan
penelitian yang sinkron dengan menggunakan model kepemimpinan kelompok atau grup
berdasarkan Northouse (2013:281) yang mengemukakan bahwa kepemimpinan kelompok
bersifat komplek, sebagai akibatnya pemimpin wajib belajar terbuka, objektif, mendiagnosis
kasus kelompok. Sedangkan emosi yang stabil ditujukan dalam model kepemimpinan
demokrasi berdasarkan Usman (2014:319) kepemimpinan demokratis yang menghargai
pendapat orang yang berbeda, dan perbedaan tidak untuk dipertentangkan namun untuk
didapat hikmahnya.

b) Pendelegasian tugas dilakukan secara adil dan menggunakan menaruh penghargaan terlebih
dahulu. Hasil temuan dari penelitian tersebut menggunakan beberapa teori tentang model
kepemimpinan. Pertama, model kepemimpinan kelompok atau grup berdasarkan Northouese
(2013:279) yang mengemukakan bahwa tindakan kepemimpinan tugas internal menyangkut
keterampilan pembentukan struktur buat output menggunakan melakukan peerencanaan,
memperkirakan, mengungkapkan kiprah dan mendelegasikan tugas secara jelas. Kedua,
model kepemimpinan kontingensi berdasarkan Thoha (2015:38) Mengemukakan bahwa
tugas-tugas dan seluruh yang bekerjasama ditentukan dengan jelas.
14
c) Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah melibatkan semua personil sekolah
dan orang tua berdasarkan peserta didik. Temuan tadi sinkron menggunakan model
kepimpinan demokrasi berdasarkan Hadari & Nawawi (2012:101) yang mengemukakan
bahwa model kepemimpinan ini pada merogoh keputusan-keputusan mementingkan
musyawarah. Kedua, model kepemimpinan kelompok atau grup berdasarkan Northouse
(2013:279-280) yang mengemukakan bahwa tindakan kepemimpinan tugas internal
memfasilitasi pembuatan keputusan menggunakan koordinasi, mengkombinasikan, serius
dalam tujuan menggunakan mengungkapkan dan menerima konvensi pada pengambilan
keputusan. Sedangkan tindakan kepemimpinan interaksi internal tercipta menggunakan
melakukan kerjasama melibatkan anggota kelompok pada pengambilan keputusan. Ketiga,
teori komariah & Triatna (2010:75) tentang model kepemimpinan transaksional yang
mengungkapkan bahwa pemimpin terlibat pada aspek-aspek prosedural managerial yang
metodologis dan fisik. Hal tadi mengungkapkan bahwa pemimpin selalu terlibat pada setiap
aktivitas pada sekolah yang bersifat prosedural.

d) Supervisi dilakukan menggunakan kendali atas keputusan yang diambil menggunakan


memantau progress berdasarkan setiap tugas. Karakteristik tadi merujuk dalam model
kepemimpinan kelompok yang dikemukakan oleh Northouse (2013:280) bahwa tindakan
kepemimpinan tugas internal selalu melakukan kontrol atas keputusan yang sudah diambil.

e) Pengembangan sekolah dilakukan secara sedikit demi sedikit dan berkesinambungan


menggunakan komponen pengembangan yang diantaranya, pengembangan pembelajaran,
ekstrakurikuler, wahana dan prasarana, serta pengembangan guru tenaga kependidikan.
Temuan penelitian menggunakan beberapa teori tentang model kepemimpinan. Pertama
model kepemimpinan kelompok atau grup Northouse (2013:280) bahwa bila sesudah
memantau kinerja kelompok pemimpin melihat bahwa anggota kelompok mempunyai
keterampilan yang dibutuhkan untuk tugas, maka pemimpin bisa menentukan hegemoni
untuk mendidik anggota kelompok atau memberi mereka keterampilan pengembangan
professional atau pelatihan yang dibutuhkan. Sedangkan tindakan kepemimpinan interaksi
internal mengungkapkan bahwa pemimpin menaruh training anggota kelompok pada
keterampilan antar pribadi. Kedua, model kepemimpinan visioner berdasarkan Komariah &

15
Triatna (2010:82) bahwa ketua sekolah mempunyai antusiasme terhadap perkembangan
forum yang dipimpinnya. Ketiga model kepemimpinan transformasional berdasarkan Yulk
(2015:316) yang mengemukakan bahwa pada melakukan mengembangan individual
pemimpin menaruh dukungan, dorongan bagi pengikut.

f) Komunikasi yang dilakukan secara terbuka secara dua arah. Teori model kepemimpinan
yang pertama yaitu model kepemimpinan demokrasi menuurt Usman (2014) ini mendorong
kelompok untuk berdiskusi serta berpartisipasi. Kedua, model kepemimpinan secara beregu
atau kelompok yaitu dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus melakukan
koordinasi dan mediasi Northouse (2013).

g) Pertama, model kepemimpinan demokrasi menurut Aini (2010), yang mengemukakan bahwa
pemimpin harus bersikap aktif dalam menggerakkan dan memotivasi guru dan tenaga
kependidikan. Kedua, model kepemimpinan grup atau kelompok menurut Northouse (2013),
yang mengemukakan bahwa tindakan kepemimpinan hubungan internal dengan memuaskan
kebutuhan setiap anggota. Ketiga, model kepemimpinan Path Goal menurut Northouse
(2013), membuat pemimpin memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

16
17
18
19
20
21
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyati, W. R. A. (2018). Strategi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat


Dalam Pendidikan Menuju Generasi Maju Indonesia. QALAMUNA: Jurnal
Pendidikan, Sosial, dan Agama, 10(01).

Ihyaul Ulum MD. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Sebuah Pengantar. Malang: UMM Press.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta.

Mulyasa, E. 2012. Kurikulum tingkat satuan pendidikan. 74-75.

Mulyasa, E. 2012. Kurikulum tingkat satuan pendidikan. 75.

Nisjar S. Karhi. 1997. Beberapa Catatan Tentang Good Governance, Jurnal Administrasi dan
Pembangunan, Vol. 1, No. 2, Himpunan Sarjana Administrasi Indonesia, Jakarta.

Normina, Normina. (2016). "Partisipasi masyarakat dalam pendidikan." Ittihad 14-26.

Octavia, L. S., & Savira, S. I. (2016). Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan
kinerja guru dan tenaga kependidikan. JDMP (Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan), 1(1),
7-14.’

Pakniany, Nova Suci Lestari, Ali Imron, and I. Nyoman Sudana Degeng. (2020). "Peran Serta
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan." Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan. 271-278.

Rimbawati, R., Rohiat, R., & Lukman, L. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Materi
Nilai Tempat Dengan Menggunakan Media Blok Dienes Pada Pembelajaran
Matematika Kelas Iv Sd Negari 03 Maje Kabupaten Kaur (Doctoral dissertation,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UNIB).

Sagala, H. Syaiful. (2008). "Dukungan dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan


Pendidikan Khususnya di Sekolah." Generasi Kampus 1-2.

Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) dalam Rangka Otonomi
Daerah Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien melalui Strukturisasi dan
Pemberdayaan, Mandar Maju, Bandung.

22
Tim Dosen, F. I. M. 1981. Dasar-dasar Pendidikan. 148-150.

Widyanto, I. P., & Pascasarjana‒IAHN-TP, P. R. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MELALUI MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH (MBS).

23

Anda mungkin juga menyukai