A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, terdapat interaksi yang positif antara murid, pendidik, dan
sumber belajar. Selain itu, terjadi perubahan perilaku berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Untuk mencapai hal ini, metode
pembelajaran kontekstual digunakan di dalam kelas. Metode ini bertujuan membantu murid
melihat makna dalam materi pelajaran dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-
hari, seperti lingkungan pribadi, sosial, dan budaya. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual
memberi penekanan pada keterlibatan murid, sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih berarti
karena proses pembelajaran berlangsung dengan cara yang lebih hidup, alamiah, relevan, dan
menyenangkan, melibatkan murid secara aktif dan produktif dalam kegiatan tangan-on.
Untuk mendapatkan bibit unggul, penting untuk menerapkan budaya positif baik di kelas
maupun di seluruh sekolah. Budaya positif merupakan kebiasaan-kebiasaan yang bernilai positif,
termasuk kegiatan yang dapat mengembangkan karakter positif peserta didik. Membangun
budaya positif di kelas berdampak pada budaya positif di seluruh sekolah dan berkontribusi pada
visi sekolah.(Rustandi 2022)
Dalam upaya membangun budaya positif, perlu dipahami strategi yang menciptakan
lingkungan sekolah yang positif untuk mendukung pembelajaran yang bermakna. Ini melibatkan
refleksi dan implementasi berbagai strategi dalam disiplin, pengendalian perilaku murid, serta
penerapan budaya positif. Adopsi konsep budaya positif akan sangat berharga dalam lingkungan
pendidikan untuk mewujudkan gagasan merdeka belajar. Aspek-aspek budaya positif mencakup
perubahan paradigma stimulus respon, disiplin positif, keyakinan kelas, pemenuhan lima
kebutuhan dasar manusia, lima posisi kontrol, dan segitiga restitusi(Sumaenah Angmen 2021).
Contoh kegiatan budaya positif yang sudah dilakukan di SMP Negeri 1 mapat tunggul
adalah Setelah pembacaan doa untuk belajar dilanjutkan dengan pembiasaan membaca Ayat
pendek sebelum pembelajaran dimulai dan pembacaan Asmaul husna secara bersama, shalat
duha bersama,, menuntun sepeda motor saat berada di lingkungan sekolah, sapa salam dan salim,
serta menciptakan keyakinan kelas melibatkan murid secara langsung.
Budaya Positif lain yang sudah ada di SMP Negeri 1 Mapat Tunggul adalah 7s ( satu
siswa satu sampah sepulang sekolah setiap hari ) kemudian di SMP Negeri 1 mapat Tunggul
sudah Terbentuk Laskar peduli lingkungan yang bertugas untuk mengingatkan teman- temannya
untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Laskar peduli lingkungan ini terdiri dari beberapa
orang siswa secara berkelompok bergantian setiap hari yang bertugas mengingatkan dan menjaga
kebersihan lingkungan sekolah
Kami mengajak semua untuk melihat daftar kebajikan yang telah disusun secara bersama.
Mari kita tentukan nilai-nilai kebajikan yang ingin menjadi perhatian utama di sekolah kami.
Silakan berpendapat dalam kelompok masing-masing. Setelah itu, mari kita sempurnakan
beberapa daftar nilai-nilai kebajikan yang utama tersebut dengan berdiskusi kembali dalam
kelompok. Kami ingin menciptakan kesepahaman dan kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai
kebajikan yang akan menjadi landasan budaya positif di sekolah kami.
Hasil dari kesepakatan nilai-nilai kebajikan tersebut akan kami muat dalam sebuah poster
dan kami akan membagikannya di media sosial sebagai keyakinan sekolah/kelas kami.
Tujuannya adalah untuk mendorong mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah. Kami
sadar bahwa mewujudkan budaya positif memerlukan upaya sejak dini, mengingat prosesnya
membutuhkan waktu yang lama dan konsisten dari semua pihak yang terlibat. Sebagai guru
penggerak, kami menyadari peran besar kami dalam menerapkan disiplin positif, baik di dalam
kelas maupun di lingkungan sekolah.
Dalam lingkungan sekolah, kami akan bekerja sama dengan rekan sejawat untuk
menciptakan budaya positif. Kami akan berinteraksi dengan peserta didik secara akrab,
menerapkan sikap disiplin dan bertanggung jawab, serta berusaha menjadi teladan bagi peserta
didik dalam menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Dengan kolaborasi
dan komitmen dari semua pihak, kami yakin kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang
positif dan mendukung perkembangan peserta didik dengan baik.
B. Tujuan:
1. Membentuk budaya positif melalui kesepakatan kelas
2. Menanamkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila pada murid melalui proses pembelajaran.
3. Menginformasikan dan memperkenalkan penerapan budaya positif kepada rekan sejawat.
C. Tolak Ukur:
1. Siswa dapat merumuskan dan menerapkan keyakinan kelas dengan baik sehingga
terwujud profil pelajar Pancasila.
2. Siswa dapat menerapkan nilai-nilai profil Pancasila dalam proses pembelajaran.
3. Rekan sejawat memahami pentingnya budaya positif di sekolah dan memiliki kesamaan
pemahaman dalam membuat kesepakatan sekolah.
D. Linimasa Tindakan:
1. Merancang kegiatan aksi nyata dan melaporkannya kepada kepala sekolah.
2. Melakukan Desiminasi tentang penumbuhan budaya positif kepada seluruh warga
sekolah.
3. Membuat kesepakatan kelas secara bersama-sama.
4. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
nyata.
5. Melakukan refleksi terhadap pencapaian dari aksi nyata.
Merancang kegiatan aksi nyata dan melaporkannya kepada kepala sekolah serta
perwakilan rekan sejawat dilakukan untuk menyamakan pemahaman tentang kegiatan aksi nyata
yang akan dilakukan antara Calon guru Penggerak dengan guru, dan kepala sekolah. Dengan
adanya kegiatan ini, kepala sekolah dapat memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan, dan
penilaian terhadap teknis penyelenggaraan serta pengembangan kegiatan aksi nyata yang akan
dilakukan. Tahap ini dilakukan pada 25 Juli 2023.
Dalam kesepakatan kelas, terdapat beberapa aturan yang bertujuan membantu guru dan
peserta didik bekerja sama dalam membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kesepakatan tersebut tidak hanya berisi harapan dari guru terhadap peserta didik, tetapi juga
harapan dari peserta didik terhadap guru. Proses penyusunan dan pengembangan kesepakatan
kelas dilakukan bersama-sama antara guru dan peserta didik. Disarankan untuk menyusun
kesepakatan yang mudah dipahami dan dapat diterapkan dengan segera. Oleh karena itu, dalam
kesepakatan kelas, gunakan kalimat yang positif karena lebih mudah dipahami oleh peserta didik
dibandingkan dengan kalimat yang bersifat negatif.
Pada desiminasi yang dilakukan pada hari selasa tanggal 25 Juli 2023 saya memualai
desiminasi dengan memotarkan video motivasi seorang anajk yang bisa menggerakkan
sekelompok orang untuk mengangkat kayu yang menghalangi jalan, pada video tersebut saya
meminta tanggapan dari rekan guru apa yang dipikirkannya setelah menonton video, salah
seorang guru menjawab siapakah orang tua dari anak itu dan apakah yang diajarkan guru kepada
anak tersebut sehingga sang anak bisal mengajak semua komonitas yang ada disekitarnya untuk
ikut ambil bagian dalam mengangkat kayu yang merintangi jalan. dan itulah yang harus kita
lakukan dan kita tiru agar peserta didik kita berguna bagi kehidupan orang banyak, sebagai guru
kita hanya mengontrol murid- murid kita menuju arah yang positif, pusat control sesungguhnya
ada pada diri peserta didik kita.
Peserta diarahkan untuk menyelesaikan masalah mana yang termasuk hukuman dan
konsekwensi, kenapa harus konsekwensi dan bukan hukuman, pada materi selanjutnya penulis
mamaparkan bagaimana posisi control guru, bertindak sebagai pemberi hukuman, pembuat rasa
bersalah, berteman dan manajer, kita sebagai guru berusaha menjadi posisi control yang berada
ditahap manajer, kemudian bagaimana pelaksanaanya terhadap anak penulis menayangkan
sebuah video tentang posisi kontol guru,
Dengan menerapkan posisi kontrol sebagai manajer. Dalam segitiga restitusi, penting
untuk memahami bahwa tujuan bukanlah untuk menebus kesalahan, melainkan belajar dari
kesalahan. Restitusi adalah sebuah tawaran, bukan suatu paksaan, dan fokus pada mencari solusi.
Dengan memahami konsep segitiga restitusi, harapannya para guru di SMP Negeri 1 Mapat
Tunggul dapat berperan sebagai manajer dalam menyelesaikan masalah dengan bijaksana.
Tahap terakhir pada desiminasi budaya positif penulis menayangkan video aksi nyata
yang pernah penulis lakukan dan didokumentasikan di sekolah dan terakhir meminta umpan bali
dari dua orang rekan guru terhadap hasil pemaparan dan video yang penulis tayangkan.
Informasi lebih lanjut mengenai aksi nyata pembuatan kesepakatan kelas dapat diakses melalui
link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=qI4E4g2D2Yw
Kesimpulan
Hal penting dalam penerapan budaya positif adalah kerja sama yang baik dengan seluruh
anggota warga sekolah. Budaya positif di sekolah dapat berkembang melalui pembiasaan dan
program-program yang disepakati bersama. Namun, perlu diingat bahwa menumbuhkan budaya
positif tidak dapat terjadi secara instan, melainkan memerlukan waktu dan upaya yang
berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Tarigan, Mardinal, Alvindi Alvindi, Arya Wiranda, Syahwan Hamdany, and Pardamean
Pardamean. 2022. “Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dan Perkembangan Pendidikan
Di Indonesia.” Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 3 (1): 149–59.
https://doi.org/10.33487/mgr.v3i1.3922.
Zain, Noor afiyah. 2022. “Relevansi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Membentuk
Profil Pelajar Pancasila.” Suara Baru 1.