Anda di halaman 1dari 1

KONEKSI ANTAR MATERI 1.4.a.

PENTINGNYA BUDAYA POSITIF


Sebagai Calon Guru Penggerak kami berfikiran Budaya positif bukanlah satu-satunya materi yang perlu diterapkan dalam
pendidikan di sekolah. Kita perlu juga mengingat dan mengaitkan materi-materi yang sudah kita pelajari sebelumnya agar
penerapan di ekosistem belajar. Hubungan guru dan murid adalah factor penting dalam membangun budaya positif disekolah.
Apakah budaya positif di sekolah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik?. Bagaimana penerapan budaya
positif jika dikaitkan dengan nilai lain dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari?. Bagian mana dari modul sebelumnya yang
berkaitan dan mendukung budaya positif?. Bagaimana peran guru penggerak menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam
membangun budaya positif di sekolah?. Bagaimana guru penggerak bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya
positif sekolah dan menjadi visi sekolah?.

Berdasarkan filosofi ki hajar dewantara Tidak ada keabadian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya. Pengaruh alam dan
jaman adalah penguasa kodrat yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Anak-anak adalah sebuah kehidupan yang akan tumbuh
menurut kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup batin mereka. Maka, Ki Hadjar menekankan arti penting
memperhatikan kodrat alam dalam diri anak semasa pendidikan. Artinya Pendidikan itu sudah setua usia manusia ketika manusia
mulai bertahan hidup dan mempertahankan hidup dengan membangun peradabannya. Mendidik anak itu sama dengan mendidik
masyarakat karena anak itu bagian dari masyarakat. Mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan anak untuk
berkehidupan lebih baik, demikian pula dengan mendidik masyarakat berarti mendidik bangsa.

Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap
dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Dengan demikian,
pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha
manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas
kekuatan sendiri. Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi isu kritis dalam Pendidikan karena menyangkut usaha untuk
memerdekakan hidup lahir dan hidup batin manusia agar manusia lebih menyadari kewajiban dan haknya sebagai bagian dari
masyarakat sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh karena itu untuk
terwujudnya tujuan pendidikan tersebut diperlukan profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME.
kebhinekaan global, bergotong royong, kratif, bernalar positif, dan mandiri. Kita sebagai pendidik harus mengetahui posisi
control guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid semua aspek tersebut harus dimiliki oleh
seorang guru terutama calon guru penggerak.

Selama ini hukuman merupakan bentuk pembelajaran disiplin bagi murid bagi seorang guru, padahal hukuman menmpunyai arti
berbeda. Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku
Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan yang
berpengaruh untuk karakter peserta didik dan tidak bagus untuk psikologis anak. Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang
dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh
hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat
menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru, penyedia
penitipan anak, pekerja muda, dan lainnya).

Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun
kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement)
untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa
yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini
secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang
dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang
mereka.

Upaya untuk membangun budaya positif disekolah guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua yaitu dengan
sebagai guru harus memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat
pada peserta didik, Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif. Kepala sekolah harus
memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah serta Mendukung dan
mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif. Dan orang tua menciptakan suasana rumah yang aman dan
nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif yang konsisten dan berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki
hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif.

Oleh karena itu diperlukan guru harus sebagai manager dalam menerapkan budaya positif disekolah. Budaya positif dikelas bisa
dikembangkan dengan membuat kesepakatan kelas dimana langkah-langkahnya sudah disebutkan di Demonstrasi Kontekstual –
Menerapkan Budaya Positif Rencana pengembangan diri.

DISUSUN OLEH
ZAINUR HASAN, S.Pd
CGP ANGKATAN 7 PROV. JAWA TIMUR

Anda mungkin juga menyukai