Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya menumbuhkan budaya positif di sekolah

SMAN 2 Lubuk basung Kab. Agam

Oleh Ermawati, S.Sos

Peran Guru dalam menumbuhkan karakter anak disekolah

Peran Guru sesuai dengan konsep Ki Hajar Dewantara (KHD) mengingatkan bahwa tujuan
pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik hanya dapat "menuntun"
tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki
lakunya (bukan dasarnya)hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Dalam proses
menuntun tersebut, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi
bakat dan minatnya sebagai individu yang unik, akan tetapi guru sebagai pamong harus
memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya .
Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. Pertanyaannya sekarang adalah karakter seperti apa yang
bisa menyiapkan murid menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya sebagai manusia? Disini kita dapat
melakukan refleksi tentang pemikiran ki Hajar Dewantara bahwa dalam menuntun anak mesti
sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan
"bentuk" lingkungan dimana anak berada. sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan"isi" dan
" irama". Dalam menuntun anak, pendidik hendaknya melakukan pembaharuan yang terpadu
selalu berpihak pada kepentingaan anak jangan meninggalkan kodrat keadaan baik alam
maupun zaman dan mengutamakan budi pekerti. Disinilah peran guru dalam membentuk
karakter murid agar terwujudnya budaya positif Menurut Ki Hajar Dewantara, Budi pekerti
atau watak atau karakter merupakan perpaduan gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau
kemauan sehingga menimbulkan tenaga, Budi pekerti dapat juga diartikan sebagai perpaduan
anatara Cipta ( Kognitif ), Karsa ( afektif), sehingga menciptakan karya ( Psikomotor ).
Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik melatih sosial dan karakter baik bagi
seorang anak.

Wadah dalam membentuk karakter Anak

Dalam membentuk karakter anak diperlukan kerjasama antara beberapa komponen penting
yang setiap komponentidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Komponen yang dapat membentuk
kepribadiaan anak di himpun bentuk agen yang terdiri atas : Keluaraga, Sekolah, Masyarakat,
lingkungan Sosial, dan Media massa. Kesemuanya sangatlah berpengaruh akan karakter anak
di dalam hidup bermasyarakat.

Sekolah Sebagai Institusi Pembentuk Karakter

Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak. Kita
semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah pembentukan karakter. Itulah mengapa
banyak program sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter murid. Misalnya
program kantin kejujuran dengan tujuan menumbuhkan karakter jujur pada murid atau
program literasi dengan tujuan untuk menumbuhkan karakter kritis pada murid. Adapun
karakter yang diharapkan menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional kita adalah seperti yang
tercantum dalam profil pelajar pancasila yakni: Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan
Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan
Mandiri.

Budaya Positif yang berpihak pada murid

Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang
terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Deal dan
Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai tradisi dan kebiasaan
keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan
staf administrasi yang bekerjasama dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian. Dari
kedua pengertian tersebut kita melihat bahwa budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap
keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, contoh
budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa.
Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat
membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman. Jadi budaya positif di sekolah ialah
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada
murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan
bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral.
Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik
lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan
karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Oleh karena itu, selanjutnya, Anda akan mempelajari dua konsep yaitu
posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positif.

Upaya Membangun Budaya Positif yang berpihak pada murid


Dalam membangun budaya positif tentu bukanlah tugas seorang guru saja tentunya semua
komponen sekolah berperan penting dalam membangun budaya positif di sekolah. bagaimana
semua komponen sekolah berperan dalam membangun budaya positif di sekolah?

Membuat Kesepakatan Kelas sebagai Langkah Awal dalam Membangun Budaya Positif yang
Berpihak pada Murid

Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali
dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu
dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam
pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar
mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan. Seringkali permasalahan dengan murid
berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid melanggar
suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kurang adanya
komunikasi ini menyebabkan relasi murid dan guru menjadi kurang baik.

Sebelum Anda mempelajari lebih mendalam mengenai kesepakatan kelas, renungkanlah dua
pertanyaan berikut ini: Apakah selama ini Anda sudah menerapkan pemberian kesepakatan
kelas di sekolah Anda? Siapa saja yang turut berperan dalam menentukan kesepakatan kelas?
Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama
membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi
harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun
dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid.

Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal
yang bisa dikesampingkan. Murid dapat mengalami kesulitan dalam mengingat banyak
informasi, jadi susunlah 4 - 8 aturan untuk setiap kelas. Jika berlebihan, murid akan merasa
kesulitan dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus
disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari
mereka.

Kesepakatan yang disusun sebaiknya mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan. Oleh
karena itu, dalam kesepakatan kelas gunakan kalimat positif seperti, “Saling
menghormati” ,“Berjalan jika berada di lorong kelas”. Kalimat positif lebih mudah dipahami
murid dibandingkan kalimat negatif yang mengandung kata seperti, “dilarang” atau “tidak”.
Kesepakatan perlu dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala, seperti setiap awal
semester. Untuk mempermudah pemahaman murid, kesepakatan dapat ditulis, digambar, atau
disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan disadari oleh murid. Strategi lain
adalah dengan mencetaknya di setiap buku laporan kegiatan murid. Hal ini menjadi strategi
yang baik untuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah.

Penerapan budaya positif di SMAN 2 Lubuk Basung

Adapun penerapan budaya positif yang sudah dilakukan adalah :


Terbentuknya keyakinan kelas yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik Bersama
walikelas.
Menguatnya karakter positif seperti Berakhlak Mulia yang ditunjukkan dengan
semakin bertambahnya peserta didik yang ikut Shalat Berjama’ah di Mesjid Sekolah
dan Mengikuti Kegiatan Esktrakulikuler Keagamaan dan Peduli sesama manusia yang
mengalami musibah dan peduli lingkungan yang ditujukkan dengan kesadaran Peserta
didik sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya.
Menguatnya karakter peduli terhadap teman yang membutuhkan dukungan
belajar .Hal ini ditunjukkan dengan menjadi tutor sebaya bagi temannya yang
remedial.
Meningkatnya kedisiplinan siswa dalam kehadiran tepat waktu
Menguatnya karakter bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan baik tugas
mata pelajaran maupun yang berkaitan dengan kerapian dan kebersihan kelas.
Tumbuhnya karakter berdaya nalar kritis yang ditunjukkan dengan meningkatnya dari
minggu keminggu peserta didik yang aktif bertanya, menjawab,
berpendapat/berargumen.
Peserta didik mampu membuat blog tentang materi yang dipelajari dengan
menaganlisis fakta yang ada di dalam masyarakat
Adanya Poster Keyakinan kelas yang dipajang dikelas.
Peserta didik sudah menunjukkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun)

Anda mungkin juga menyukai