Penulis :
Wagiyem, S,Pd.SD
Guru Kelas SDN 12 Karanggondang Mlonggo Jepara
Perubahan perilaku murid dimasa pandemi menjadi tantangan bagi saya sebagai guru di SDN 12
Karanggondang untuk menegakkan disiplin bagi murid, tidak hanya disiplin di sekolah tetapi di
rumah dan di masyarakat. Menurunnya budaya senyum, sapa, salam, sopan dan santun pada
pribadi murid banyak sekali ditemui di lingkungan sekolah, ini adalah salah satu dampak dari
pembelajaran jarak jauh yang selama ini di terapkan di seluruh Indonesia. Perkembangan
kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat berpengaruh terhadap karakter murid, untuk itu
kita sebagai pendidik perlu menerapkan kembali budaya positif dilingkungan sekolah agar
nantinya mereka mampu menyaring dampak negatif dan dampak positif dari pengaruh teknologi
yang digunakan oleh murid dalam berinteraksi.
Guru berperan guru menuntun laku pertumbuhan kodrat murid. Sesuai dengan tujuan pendidikan
yaitu menuntun segala kodrat pada murid-murid. Agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya. Baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan positif, aman, dan
nyaman. Hal ini penting, murid-murid mampu berpikir, bertindak, mencipta dengan merdeka,
mandiri, dan bertanggung jawab.
Motivasi intrinsik muncul karena adanya suatu keyakinan terhadap suatu nilai. Disiplin positif
yang diterapkan melalui keyakinan kelas pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran murid
dan memunculkan motivasi intrinsik dalam membentuk karakter positif. Penulis menerapkan
budaya positif yang difokuskan pada disiplin positif dan keyakinan kelas dalam proses
pembelajaran. Disiplin positif disusun bersama guru dengan murid. Bahkan, banyak murid yang
menentukan, tentu dengan arahan guru. Murid diarahkan memunculkan usulan, ide, dan gagasan
tentang bagaimana mewujudkan kelas nyaman, sekaligus disiplin.
Kegiatan yang penulis lakukan adalah bertanya, bagaimana bentuk dan isi kegiatan dalam kelas
yang murid inginkan. Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal
penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Murid dapat mengalami kesulitan dalam mengingat
banyak informasi, jadi susunlah 4-8 aturan untuk kelas. Jika berlebihan, murid akan merasa
kesulitan dan tidak mendapatkan makna dari keyakinan kelas. Keyakinan kelas harus disusun
dengan jelas. Mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan. Oleh karena itu, dalam keyakinan
kelas sebaiknya menggunakan kalimat positif. Seperti “Saling menghormati”, “Selalu masuk
tepat waktu”. Kalimat positif lebih mudah dipahami dibandingkan kalimat negatif yang
mengandung kata seperti, “dilarang” atau “tidak”. Kesepakatan dapat diperbaiki dan
dikembangkan berkala. Untuk mempermudah, kesepakatan ditulis, digambar, atau disusun
dengan rapi.
Tantangan penerapan budaya positif melalui keyakinan kelas ini adalah murid belum terbiasa
menerapkan budaya positif. Sehingga harus selalu diingatkan akan keyakinan kelas yang telah
disepakati. Sedangkan keberhasilan penerapan budaya positif ini adalah karakter positif murid
semakin terbentuk. Murid lebih aktif dalam pembelajaran dan disiplin mengerjakan tugas. Guru
berharap kesepakatan kelas yang dibuat menjadi kebutuhan murid. Sehingga hukuman dan
penghargaan tidak dibutuhkan lagi dalam pelaksanaannya. Murid dapat memotivasi diri sendiri
dalam melaksanakan disiplin positif dan budaya positif di kelas.