Agar lebih memahami urgensi budaya positif di sekolah, kita perlu memahami
peran sekolah sebagai institusi pembentukan karakter. Ketika kita berbicara
sekolah sebagai institusi pembentukan karakter. Mari kita ingat kembali makna
pendidikan sendiri dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara:
“Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”
(dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20)
Tujuan utama dari pendidikan karakter juga bukan hanya mendorong murid
untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga
untuk menumbuhkan moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam
masyarakat.
Setelah memahami urgensi dari budaya positif di sekolah, sekarang Anda akan
mempelajari lebih mendalam mengenai budaya positif di sekolah yang berpihak
pada murid. Untuk membahas konsep budaya positif, kita perlu mengetahui definisi
budaya sekolah.
Dari kedua pengertian tersebut kita melihat bahwa budaya sekolah merupakan
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang
tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam kebanyakan
sekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik
adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut
masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah
menjadi lingkungan yang nyaman.
Dalam modul ini, yang dimaksud dengan budaya positif di sekolah ialah nilai-
nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak
pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh
hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru
memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk
dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu,
pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru
diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, selanjutnya, Anda akan mempelajari dua konsep yaitu posisi
kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positif.
Renungkanlah pertanyaan berikut ini: Posisi kontrol guru seperti apa yang dapat
mewujudkan budaya positif di sekolah? Selama menjadi guru, sudahkah kita
memposisikan diri kita secara tepat? Mari simak video berikut ini untuk lebih
memahami Posisi Kontrol Guru.
Dalam hal ini kita tidak sedang menyalahkan salah satu situasi. Coba kita ingat
ketika kita menjadi murid dulu. Pernahkah kita merasakan perasaan yang sama
seperti Anton? Merasa kesal karena dihukum, merasa malu karena dipermalukan
di depan kelas, merasa diawasi terus. Bedakan dengan guru pada kejadian 5. Apa
yang dirasakan Anton? Betul! Merasa didengarkan.
Untuk mengetahui lebih jelas hubungan guru dan murid berikut penjelasan
posisi kontrol guru dalam video yang kita tonton sebelumnya
Posisi kontrol manajer
Terima kasih telah melakukan refleksi bersama! Refleksi adalah modal utama
guru penggerak, guru yang terus belajar!
Dalam menumbuhkan disiplin pada diri murid secara intrinstik, guru perlu
berperan pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan membuat kesepakatan
kelas bila murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, bukan menuduh,
memberi hukuman atau sebagai teman yang membiarkan murid melakukan
kesalahan atau pelanggaran. Hal ini dilakukan karena pendidik sebagai pamong
yaitu “menuntun” atau memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. Anak diberi kebebasan, namun perlu diberi
tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Oleh karena itu, pada kesehariannya, pamong juga berperan sebagai pengontrol
untuk mengingatkan murid jika berada dalam bahaya. Pada kesempatan lain, guru
juga dapat berperan sebagai teman ketika berinteraksi agar dapat memahami
murid dan membangun kedekatan.
Setelah sesi ini, Anda akan mempelajari konsep disiplin positif. Hal ini akan
memudahkan Anda untuk mengambil posisi kontrol guru yang tepat.
Setelah mempelajari dan melakukan refleksi mengenai posisi kontrol guru, pada
bagian ini Anda akan mempelajari konsep disiplin positif yang merupakan landasan
untuk membangun budaya positif di sekolah. Sebelum konsep ini dikupas tuntas,
kita perlu mengetahui perbedaan antara disiplin dan hukuman.
Masih ingatkah dengan video pada sesi Posisi Kontrol Guru? Ingatkah Anda
terhadap guru Anton pada situasi pertama? Apa yang dilakukan guru tersebut
ketika mengetahui Anton tidak mengerjakan tugas? Betul! Guru tersebut
menghukum Anton.
Kita seringkali memandang bahwa hukuman adalah bentuk yang sama dengan
proses pen-disiplin-an dan memberikan hukuman sebagai salah satu langkah
dalam proses disiplin murid. Padahal, disiplin dan hukuman memiliki arti yang
berbeda dan memberikan efek yang sangat berbeda dalam pembentukan diri
murid.
Sebelum masuk dalam pembahasan materi, renungkanlah tentang apa itu disiplin
dan buatlah tulisan (maksimal 200 kata) mengenai contoh situasi atau aktivitas yang
menunjukkan bahwa hal tersebut dapat terwujud dari disiplin.
Pada umumnya orang sering melihat 'disiplin' sebagai hal yang sama dengan
'hukuman', namun disiplin dan hukuman adalah dua hal yang berbeda. Disiplin
merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan
atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman
dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku murid, disiplin dimaksudkan untuk
mengembangkan perilaku para murid tersebut serta mengajarkan murid tentang
kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka
pelajari.
Tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid memahami perilaku mereka sendiri,
mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan
menghargai diri mereka sendiri dan orang lain.
Perhatikanlah gambar berikut ini.
anjutan...
Berikut peran dan tanggung jawab berbagai struktur sekolah meliputi:
Dengan pemahaman yang komprehensif akan konsep budaya positif berikut
konsep mengenai posisi kontrol guru dan disiplin positif yang merupakan landasan
dalam membangun budaya positif di sekolah, Anda sudah memiliki bekal yang
memadai dalam menjalankan peran anda untuk membangun budaya positif di
sekolah.
Setelah mempelajari urgensi budaya positif di sekolah dan konsep budaya positif beserta
hal-hal yang melandasinya, Anda diharapkan dapat membangun budaya positif di sekolah
Anda. Nah, pertanyaannya, “Apakah dalam membangun budaya positif hanya Anda,
sebagai guru, yang berperan mewujudkannya?” Tentunya semua komponen sekolah
berperan penting dalam membangun budaya positif di sekolah. Pada bagian ini, Anda
akan mendalami bagaimana semua komponen sekolah berperan dalam membangun
budaya positif di sekolah.
Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid
bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan
kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid
terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara
guru dan murid.
Langkah untuk mendukung pemikiran dasar ini adalah memutuskan pihak yang
dapat Anda ajak diskusi mengenai cara bagaimana sekolah dapat membawa visi
tersebut menjadi kenyataan. Ingatlah kembali visi mengenai sekolah impian yang
Anda ceritakan pada tahap Mulai dari Diri dalam modul 1.3. Di sana Anda sudah
memiliki cita-cita mengenai kondisi sekolah ideal. Apakah visi tersebut sudah
sejalan dengan pemahaman mengenai budaya positif yang kita pelajari dalam
modul ini?