Anda di halaman 1dari 4

BUDAYA POSITIF DALAM AKSI NYATA

Oleh : Ellen Sintya Dewi

Gambar 1 : Mempresentasikan Budaya Positif


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa, pendidikan adalah tempat persemaian


benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Beliau meyakini bahwa Pendidikan merupakan
salah satu kunci utama dalam menciptakan manusia Indonesia yang beradab. Lebih jauh
dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Dalam proses ‘menuntun’, anak diberikan kebebasan, namun pendidik sebagai
pamong tetap memberi tuntunan dan arahan kepada anak agar tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya. Seorang pamong harus mampu memberi tuntunan agar anak
dengan sendirinya dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Lumpin, (2008) menuliskan, sebagai pamong guru dipandang sebagai orang yang
dapat diteladani dan memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar. Guru dengan karakter baik akan membantu
peserta didiknya memahami nilai-nilai kebaikan dalam dirinya hingga kemudian mereka
terus menghidupinya .
Menjadi teladan dan bertindak sebagai pamong untuk menuntun peserta didik dalam
belajar menuntut guru menjadi inisiator dalam mewujudkan budaya positif di sekolah. Guru
haruslah memahami bahwa sekolah merupakan institusi pembentukan karakter sehingga
budaya positif perlu diciptakan agar dapat mendukung pembentukan karakter peserta didik
yang diharapkan.
Untuk membangun budaya positif di sekolah maka diperlukan disiplin positif sebagai
landasannya. Disiplin merupakan suatu Tindakan yang secara sadar datang dari diri sendiri
terhadap sesuatu yang telah disepakati bersama. Contoh disiplin yaitu tepat waktu,
bertanggung jawab, mentaati peraturan, menjaga lingkungan, dan masih banyak hal lainnya.
SMAN 6 Halmahera Utara sejak tahun 2016 menerapkan budaya positif sekolah ramah
peserta didik tanpa kekerasan. Namun demikian masih saja ada guru yang melakukan
hukuman baik fisik maupun verbal dengan dalih mendisiplinkan peserta didik. Salah satu
contoh Ketika ada peserta didik yang membuat pelanggaran melakukan perkelahian,
hukuman fisik acap kali langsung diberikan kepada kedua belah pihak, alih-alih menanyakan
duduk persoalannya terlebih dahulu. Hal lain lagi, Ketika ada peserta didik yang tidak
menyelesaikan tugas atau tanggung jawabnya pada kegiatan pembelajaran, maka hukuman
verbal berupa kata-kata yang menyakiti hati peserta didik menjadi hal yang lumrah untuk
dikatakan.
Setelah saya memahami tentang urgensinya penerapan disiplin positif di sekolah
dalam kegiatan CGP (Calon Guru Penggerak) maka saya terpanggil melakukan aksi nyata
penerapan budaya positif dengan mengajak semua warga sekolah utamanya guru agar
dapat memulai dari diri sendiri menerapkan disiplin positif, yang selanjutnya akan
berdampak pada peserta didik.
Aksi nyata penerapan disiplin positif saya awali dengan mengajak seluruh guru di
SMAN 6 Halmahera Utara membuat kesepakatan guru pada momentum kegiatan Workshop
Persiapan Pembelajaran dan Penilaian Di Masa Pandemi yang dilaksanakan selama 2 hari
dari tanggal 15-16 Juli 2021. Alasan saya melakukan ini karena ingin disiplin positif di
sekolah sebagai landasan budaya positif menjadi urgensi Bersama yang harus dilakukan
secara bersama pula.
Tentu saja, sebelum guru menerapkan disiplin positif kepada peserta didik maka guru
harus terlebih dahulu memberikan contohnya. Adapun langkah-langkah yang saya lakukan
adalah pertama-tama saya meminta seluruh guru menyampaikan apa yang mereka ingin
terapkan di sekolah sebagai bentuk penerapan disiplin positif, notulen mencatat semua
gagasan dan buah pikiran yang disampaikan, selanjutnya saya memandu guru melihat hal-
hal penting dari semua ide yang telah disampaikan untuk disepakati bersama. Setelah
kesepakatan telah dihasilkan, saya mendorong semua guru agar membangun komitmen
bersama untuk menerapkan kesepakatan yang telah dihasilkan dan tidak lupa merayakan
setiap keberhasilan yang telah dicapai agar semangat perubahan tetap terjaga.

Kegiatan dapat tergambar pada dokumentasi kegiatan berikut ini :


Gambar 2 : Suasana Diskusi
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Hasil yang saya dapatkan dan rasakan sungguh luar biasa. Kesepakatan guru yang
berhasil disepakati bersama berdampak pada komitmen guru untuk melaksanakan hal
tersebut pada tahun pelajaran 2021/2022. Walaupun situasi pandemi mengharuskan
pembelajaran dilakukan secara full daring, saya juga mendorong seluruh wali kelas dan guru
agar dapat membuat kesepakatan kelas secara virtual bersama peserta didik di masing-
masing kelas sebagai Langkah awal dalam membangun disiplin positif. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan guru dalam membuat kesepakatan kelas yaitu : menanyakan kepada
peserta didik, kelas seperti apa yang menjadi impian mereka; kemudian memberikan
kesempatan peserta didik mengungkapkan ide mewujudkan impian kelas mereka;
selanjutnya ambil kesimpulan dari ide peserta didik untuk diubah menjadi kesepakatan kelas
dan diakhiri dengan membuat poster kontrak kesepakatan yang ditandatangani bersama.
Kesepakatan kelas yang telah disepakati bersama antara guru dan peserta didik di
kelasnya memberikan dampak positif pada karakter dan kenyamanan peserta didik dalam
belajar. Dampak positif yang dapat terlihat diantaranya; karakter bertanggung jawab lebih
terlihat pada diri peserta didik, suasana kelas dalam proses belajar mengajar menjadi lebih
menyenangkan serta terbangun kesadaran untuk bersama berkomitmen terhadap apa yang
telah disepakati, sehingga apabila ada peserta didik yang melanggar, mereka akan saling
mengingatkan dengan menggunakan bahasa yang santun.
Pada akhir kegiatan saya coba merefleksikan ternyata masih ada peserta didik yang
melanggar kesepakatan kelas. Hal ini dipahami karena menjadi suatu budaya bukanlah hal
yang mudah untuk diterapkan, perlu pembiasaan dan dilakukan secara terus menerus
sehingga dapat membudaya. Hasil kurang optimal yang saya peroleh mendorong saya untuk
selalu bersabar sambil tak henti-hentinya terus mengingatkan serta memberikan dorongan
kepada semua peserta didik bahwa mereka terlahir dengan kodrat alami yang memiliki
potensi kebaikan dalam dirinya. Mereka harus secara sadar memunculkan semua karakter
baik dalam diri agar mereka dan orang lain dapat belajar dengan perasaan Bahagia.
Ellen Sintya Dewi
SMAN 6 Halmahera Utara

Anda mungkin juga menyukai