Anda di halaman 1dari 5

Menerapkan Budaya Positif melalui Kesepakatan Kelas di Kelas XII MIA 1 SMAN 1 Syamtalira Aron

  Disukai 2

  Dilihat 1345

BACAAN

sumber ilustrasi : Program guru Penggerak

Diterbitkan : 26 Desember 2020 06:05

Sumber : Calon Guru Penggerak

Penulis : RIKA SYUFRINA

Artikel Refleksi

Menerapkan Budaya Positif melalui Kesepakatan Kelas

di Kelas XII MIA 1 SMAN 1 Syamtalira Aron

PGP-1-Aceh Utara-Rika Syufrina-1.4- Aksi Nyata

Waktu                       : 11 Desember 2020

Tempat           : Kelas XII MIA 1 SMAN 1 Syamtalira Aron

A.   Latar belakang

Pendidikan merupakan tuntunan kepada anak untuk memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan yang
dimaksud tentu saja mengelola sebuah pembelajaran yang memihak kepada anak. Hal yang paling
utama dalam filosofis pendidikan adalah bagaimana menuntun anak kepada perubahan karakter
dirinya. Sejalan dengan itu pemerintah melalui perpres nomor 87 tahun 2017 mengeluarkan
peraturan tentang penguatan pendidikan karakter. Peraturan ini dibuat untuk memberi identitas
bahwa negara Indonesia adalah sebuah bangsa yang berbudaya dan menjunjung tinggi akhlak mulia,
nilai-nilai luhur, kearifan dan budi pekerti. Ini merupakan harapan dari bangsa untuk mendapatkan
anak bangsanya yang berbudaya serta mempunyai pola pikir dan prilaku  penuh dengan pekerti dan
akan menjadi ciri khas.

Bagaimanakah cara membentuk karakter anak didik di sekolah? Cara yang paling tepat adalah
dengan pembiasaan prilaku positif. Pembiasaan ini kita kenal dengan budaya. Untuk membentuk
karakter maka perlu dibangun budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya sekolah merupakan
nilai-nilai yang dianut di sekolah. Budaya sekolah berisi kebiasaan-kebiasan yang disepakati bersama
untuk dijalankan dalam rentang waktu tertentu. Jika prilaku positif sudah menjadi kebiasaan dan
membudaya, maka karakter anak didik yang diharapkan akan terbentuk dengan
sendirinya. Lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter anak
perlu membangun budaya positif.

Guru sebagai aktor pembentuk karakter peserta didik mempunyai tantangan yang kompleks
mengingat terdapat bermacam keunikan dari peserta didiknya pada setiap kelas. Selain tugas pribadi
yang dimiliki seorang guru seperti menyusun rencana pengajaran, membawakan kegiatan
pembelajaran dan melakukan penilaian, guru juga harus mampu mengatur prilaku peserta didiknya
di dalam kelas. Guru meyakini bahwa tugasnya dapat dilakukan dengan baik apabila berpedoman
pada regulasi dan prosedur. Hal ini juga berlaku pada peserta didik karena mereka menjadi bagian di
dalamnya. Mereka dapat terlibat dalam setiap regulasi dan prosedur tersebut. Pembiasaan prilaku
positif dapat dimulai dari hal yang kecil, mudah, dan sederhana yang dapat dijalankan secara terus
menerus. Salah satu hal yang penulis lakukan terkait prilaku positif di kelas sebagai ruang lingkup
yang lebih kecil adalah membuat kesepakatan bersama peserta didik di dalam kelas. Kesepakatan
bersama ini kami beri nama dengan kesepakatan kelas.

Kesepakatan kelas adalah kesepakatan yang dibuat bersama oleh semua anggota kelas yaitu guru
dan peserta didik. Kesepakatan ini merupakan hasil diskusi di dalam kelas yang biasanya dilakukan di
awal tahun ajaran atau awal kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini penulis terapkan dengan cara
beberapa langkah untuk menciptakan pembelajaran Bahasa Inggris yang lebih kondusif di kelas yang
akan tertera di dalam deskripsi aksi nyata. Kesepakatan kelas adalah salah satu bentuk disiplin
positif. Pada kesepakatan kelas di dalamnya tidak terdapat ancaman atau hukuman. Semua tujuan
yang diinginkan telah didiskusikan berikut dengan konsekuensinya apabila dilanggar.

Penerapan displin positif pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran siswa dan memunculkan
motivasi intrinsik dalam membentuk karakter positif. Kesepakatan antara guru dan peserta didik ini
membuat peserta didik merasa dilibatkan dan didengar pendapatnya sehingga mereka akan lebih
bertanggung jawab dalam menjalanankan setiap komitmen yang telah dibuat.

B.    Deskripsi Aksi Nyata

Kegiatan aksi nyata yang berisikan penerapan budaya positif melalui kesepakatan kelas memuat
beberapa langkah dalam pelaksanaannya. Keterlibatan setiap individu dalam ruang kelas diyakini
dapat mewujudkan budaya positif di sekolah. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam
menyusun kesepakatan kelas khususnya pembelajaran Bahasa Inggris adalah:

1. Menentukan tujuan atau objektif yang ingin dicapai

Pada awal kegiatan pembelajaran biasanya penulis akan menanyakan kepada murid apa tujuan yang
ingin dicapai pada kegiatan tersebut. Penulis akan memberikan pertanyaan pemantik seperti
“Menurut anak-anak, apa yang ingin Kalian capai terkait pembelajaran Bahasa Inggris?”. Respon
yang didapat dari murid adalah “Bisa berbicara Bahasa Inggris dengan lancar”, “Bisa menuliskan
kalimat”, dan ”Bisa berkomunikasi aktif”.

2. Merumuskan tindakan untuk mencapai tujuan

Setelah guru dan murid menentukan tujuan, kami berdiskusi merumuskan tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Penulis memulainya dengan memberikan pertanyaan
seperti “Kira-kira untuk mencapai tujuan kita apa yang seharusnya anak-anak lakukan?” Pertanyaan
untuk merumuskan tindakan mencapai tujuan juga bisa berhubungan dengan sikap murid seperti
“Sikap apa sajakah yang seharusnya muncul dalam kegiatan pembelajaran kita?”. Respon yang
didapat adalah “Bisa aktif saat berdiskusi”, “Bisa bekerja sama dengan teman” atau “Saling
menghargai antarteman”. Menyimpulkan lima poin penting sebagai kesepakatan kelas.

Pada langkah ini penulis mengarahkan murid untuk mengambil lima poin sebagai kesimpulan.
Penulis juga memberikan kata kunci yaitu “AGREE” untuk diambil setiap hurufnya sebagai
kesepakatan yang diambil. Penulis bersama murid merumuskan kesepakatan menggunakan Bahasa
Inggris. Penulis juga menjelaskan kepada murid bahwa kata “AGREE” yang bermakna “setuju” adalah
representasi dari persetujuan kesepakatan yang telah dibuat. 

4.Menulis kesepakatan kelas dalam bentuk poster

Guru bersama murid menuliskannya dalam bentuk poster.

5.Menandatangani poster kesepakatan kelas

Poster kesepakatan kelas ditempelkan di dinding kelas untuk ditandatangani oleh penulis beserta
seluruh murid pada kelas tersebut.

6. Menangkap gambar (foto) poster kesepakatan kelas

Poster difoto dan dibagikan ke dalam grup WA kelas dengan tujuan agar setiap murid mempunyai
salinan kesepakatan kelas tersebut.

7. Merefleksi kesepakatan kelas

Refleksi dilakukan secara intens untuk mengetahui kinerja dari kesepakatan kelas. Pertanyaan yang
akan penulis tanyakan seperti “Bagaimana perkembangan kelas kita terhadap pembelajaran?” atau
“Bagaimana perasaanmu dengan kesepakatan kelas ini?”

C.   Hasil Aksi Nyata

Kegiatan untuk membuat kesepakatan kelas untuk mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi fenomena
baru di kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya. Kesepakatan kelas benar-benar
memberikan interaksi aktif bagi guru dan peserta didik. Hubungan yang harmonis antara guru dan
peserta didik juga tercapai melalui kesepakatan kelas. Ini terlihat dari kerja sama dan kolaborasi
antara guru dan semua peserta didik yang memiliki latar belakang dan keunikannya tersendiri.
Kegiatan di kelas untuk semester baru dimulai dengan warna yang baru. Kegiatan di kelas pada awal
semester dengan memberikan peraturan dari guru untuk peserta didiknya terhadap mata pelajaran
tertentu yang sifatnya hanya sepihak menjadi lebih efektif dengan membuat kesepakatan kelas.
Dengan kata lain, kegiatan ini sangat positif baik bagi guru maupun peserta didiknya. Guru akan
memperoleh situasi yang kondusif pada saat penyampaian materi dan kegiatan mengajar lainnya.
Guru benar-benar dapat memaksimalkan fungsinya di dalam kelas dengan kesepakatan kelas yang
dibuat. Selain itu peserta didik benar-benar merasa diperhatikan dan didengarkan dengan kegiatan
guru yang melibatkan mereka dalam pembuatan kesepakatan kelas. Peserta didik akan mengetahui
tujuan mereka di kelas dan konsekuensinya apabila mereka melanggar kesepakatan. Segala bentuk
kegiatan di kelas akan terorganisir dengan baik dan bermakna.

Terdapat tanggapan positif dari guru wali kelas dan guru mata pelajaran lain yang melihat
keberlangsungan pembuatan kesepakatan kelas. Terlihat antusias dari rekan guru lainnya ketika
proses pembuatan kesepakatan kelas. Selain itu rekan guru lainnya merasa terinspirasi dan
termotivasi untuk melakukan hal yang sama dengan cara mereka masing-masing. Oleh karena itu
penulis beranggapan bahwa kegiatan aksi nyata ini sangat bermanfaat demi tumbuh dan
pembiasaannya budaya positif yang berawal dari kelas-kelas dan akhirnya pada sekolah. Apresiasi
dari kepala sekolah terhadap kegiatan aksi nyata yang dilakukan penulis adalah sangat baik. Kepala
sekolah dan penulis terlibat dalam diskusi dengan kesimpulan akhir bahwa kegiatan aksi nyata ini
akan diterapkan secara keseluruhan oleh semua guru mata pelajaran pada semester depan. Melalui
kegiatan aksi nyata berupa pembuatan kesepakatan kelas ditemukan banyak hal positif yang kelak
akan mewujudkan budaya positif di sekolah di masa yang akan datang.

D.   Pembelajaran yang diperoleh

Kegagalan

Tantangan dalam melaksanakan kesepakatan kelas adalah konsistensi untuk melaksanakan disiplin


positif di kelas. Menaati kesepakatan untuk kebaikan membutuhkan konsistensi. Namun penulis
yakin melalui penerapan kesepakatan kelas, murid-murid perlahan menyadari bahwa aturan dibuat
untuk kebaikan. Murid mulai berperilaku positif dengan kesadaran tanpa pengawasan guru. Karena
sejatinya peran guru di dalam kelas adalah sebagai pembimbing.

Keberhasilan

Melalui kegiatan aksi nyata yaitu pembuatan kesepakatan kelas, penulis yang berperan sebagai
pendidik berkesempatan untuk menanamkan disiplin positif di kelas. Hal ini ditandai dengan
partisipasi aktif guru dalam merancang dan menjalin komunikasi postif bersama peserta didik. Pada
saat kegiatan aksi nyata, Kepala Sekolah memberikan apresiasi terhadap hasil kesepakatan yang
diperolah antara guru dan peserta didik. Respon positif juga ditemukan dari peserta didik. Mereka
merasa lebih dihargai dan diakui sebagai sosok berpendapat. Setelah kesepakatan dibuat terjadi
perubahan perilaku murid. Mereka menyadari setiap tindakan yang dilakukan diawasi oleh
kesepakatan yang telah mereka buat sendiri. Pembiasaan positif di kelas akan terjadi pada saat
kegiatan pembelajaran. Dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan ini sangat bersinergi dengan
budaya positif yang dicanangkan oleh pemerintah melalui program guru penggerak yang dapat
membangun lingkungan positif melalui budaya positif yang pada akhirnya dapat memberikan
kemerdekaan dalam pembelajaran kepada peserta didik.

E.    Rencana perbaikan

Rencana perbaikan yang akan dilakukan penulis adalah mengkaji kembali beberapa hal terkait
pembuatan kesepakatan kelas. Penulis akan melakukan pemerataan terhadap pendapat dan ide dari
seluruh peserta didik di kelas. Penulis akan lebih mendengarkan ide dan pendapat peserta didik.
Penulis akan memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untk memberikan pendapatnya.
Hal ini bertujuan agar peserta didik merasa lebih puas akan keterlibatannya dalam diskusi untuk
mencapai kesepakatan kelas. Selain itu penulis akan menggali sumber-sumber lain dan
memberdayakan sumber yang telah ada terkait pembiasaan budaya positif di sekolah. Terkait
kesepakatan kelas, penulis akan memberikan waktu khusus untuk rekan guru lainnya dalam diskusi
membuat kesepakatan kelas. Ada banyak hal yang akan ditanyakan rekan guru lainnya terhadap
pembuatan kesepakatan kelas seperti bagaimana membangun budaya positif, menjalin komunikasi
asertif bersama peserta didik dan membuat konsekuensi logis untuk setiap pelanggaran yang
dilakukan peserta didik terhadap kesepakatan kelas yang telah dibuat. Penulis juga akan terus
mengeksplorasi diri untuk mengarahkan peserta didik kepada pembentukan karakter dan prilaku
positif lainnya sehingga peserta didik akan memperoleh motivasi intrinsik dalam melakukan setiap
budaya positif.

F.    Dokumentasi Proses dan Hasil Pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai