Anda di halaman 1dari 11

Catatan Perjalanan Menuju Pemimpin Pembelajaran

Penghujung tahun 2019 dunia Pendidikan di Indonesia tercinta ini dihebohkan dengan
sebuah wacana penghapusan Ujian Nasional yang merupakan kebijakan baru dari Mentri
Pendidikan yang baru dilantik pada bulan Oktober. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari
tindak lanjut arahan prsiden dan wakil presden Republik Indonesia untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud)
yang sering disebut dengan Mas Mentri pada saat itu, menetapkan empat pokok kebijakan
Pendidikan “Merdeka Belajar”. Program tersebut meliputi ujian sekolah berstandar nasional
(USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan peraturan
penerimaan peserta didik (PPDB) zonasi. Empat pokok kebijakan Pendidikan tersebut
merupakan awal peluncuran dari konsep “Merdeka Belajar”.
Seiring berjalannya waktu, program Merdeka Belajar tidak hanya berfokus pada empat
hal diatas, namun akan melanjutkan proses transformsi Pendidikan dan pemajuan kebudayaan
yang dibingkai melalui program Merdeka Belajar yang mempunyai beberapa jilid. Pada tahun
2020, mendikbud telah menghadirkan terobosan-terobosan baru pada episode-episode
Merdeka Belajar yang salah satunya pengembangan kompetensi kepemimpinan bagi guru.
Pada bulan juli 2020, Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima,
yaitu program Pendidikan Guru Penggerak. Arah program Guru Penggerak pada pedagogi,
serta berpusat pada murid dan pengembangan holistik. Pelatihan ini menekankan pada
kepemimpinan intruksional.
Guru penggarak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang
murid secara holistic, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk
mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan
agen transformasi ekosistem Pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Program
ini meliputi pelatihan daring, lakakrya, konferensi dan pendampingan selama 9 bulan bagi
calon Guru Penggerak.
Program guru penggerak ini sangat menarik dan sangat menantang, terlebih jika CGP
melihat lama proses pendidikan dan pelatihan yang diberikan. Sejatinya, program ini
merupakan “kawah candradimuka” bagi para guru calon pemimpin pembelajaran yang akan
mempersiapkan sumber daya manusia negara ini yang unggul dan berkarakterl. Selain proses
Pendidikan yang sangat panjang, proses seleksi yang terdiri dari beberapa tahap dan sangat
ketat merupakan bagian tantangan dalam memulai proses Pendidikan Guru Penggerak ini.
Proses pendaftaran dan seleksi yang dilaksanakan dalam rangka rekrutmen calon guru
penggerak (CGP) ini, diawali registrasi peserta pada akun sim pkb, pengisian biodata atau
Curiculum Vite (CV), dan Pengisian Esay. Kemudian menunggu tahap selanjutnya yaitu
pelaksanaan Tes Bakat Sikolastik (TBS), ini merupakan tahap pertama dari pendaftaran untuk
menjadi calon Guru Penggerak.
Apabila CGP dinyatakan lulus pada tahap 1, CGP akan mendapatkan undangan untuk
melaksanakan praktek simulasi mengajar secara online dengan terlebih dahulu CGP membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kemudian di upload pada laman guru
berbagi. Praktek simulasi mengajar ini dilaksanakan secara daring dan dijadwalkan oleh
panitia. Tim penilai dari simulasi mengajar adala praktisi akademik yang memahami tentang
proses pembelajaran. Pada sesi ini, CGP melaksanakan simulasi mengajar dengan waktu
kurang lebih 15 menit, tanpa ada murid untuk CGP ajar, disini CGP dituntut dan ditantang
untuk melaksanakan seluruh rangkaian scenario pembelajaran yang disusun yang dimulai dari
pendahuluan sampai pada tahap penutup. Diakhir pelaksanaan simulasi, terdapat wawancara
singkat yang dilakukan oleh tim penilai dalam rangka mengkonfirmasi apa yang dilaksanakan
dalam proses simulasi mengajar, yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan model
pembelajaran yang digunakan, yang merupakan sebuah refleksi dari kegiatan yang telah
dilakukan.
Tidak sampai disitu, setelah selesai tes simulasi mengajar, CGP akan disajikan pada
tahap akhir proses seleksi bagi calon guru penggerak yaitu tahap wawancara secara daring.
Pada tahap ini, CGP akan dihadapkan dengan dua orang tim penilai yang sangat professional
yang akan menggali informasi-informasi dari dalam diri CGP terkait pengalam-pengalaman
CGP selama menjadi seorang guru atau pun sebagai anggota masyarakat. Pada tahap
wawancara ini, tim penilaia menggali lebih dalam dari apa yang CGP tulis di esay pada tahap
sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari tim penilai merupakan pertanyaan-
pertanyaan yang menggali dan menggambarkan diri CGP sebagai guru yang mampu
menggerakan ekosistem di sekolah maupun dilingkungan masyarakat, menggali pengalaman
dan pembelajaran dalam menggerakan ekosistem, menggali potensi yang ada dalam diri CGP
serta memberikan umpan balik terhadap apa yang CGP utarakan.
Serangkaian tahapan demi tahapan tersebut ditempuh dalam waktu yang cukup
Panjang, kurang lebih lima bulan sampai pada tahap pengumuman kelulusan. Pengumuman
kelulusan seleksi calon guru penggerak tahap dua ini muncul di akun sim pkb pada tanggal
20 Maret 2021, sedangkan awal pendaftaran dimulai pada tanggal 13 Oktober 2020.
Perjalanan proses seleksi yang cukup Panjang dan ketat untuk menjadi seorang calon guru
penggerak yang akan dididik pada proses Pendidikan Guru Penggerak Angkatan ke-2.
Sebagaimana CGP ketahui bahwa prose Pendidikan Guru Penggerak ini dilaksanakan
selama 9 bulan, yang terdiri dari daring melalui Learning Manajemen Sistem (LMS) yang
didampingi oleh seorang Fasilitator, Lokakarya dan temu karya, serta pendampingan individu
yang dilakukan oleh seorang pengajar praktik (PP) kepada setiap calon guru penggerak
(CGP). Selama proses pembelajaran dilaksanakan, CGP mendapat berbagai materi yang
sangat menarik yang terdiri dari tiga paket modul utama, yang masing-masing paket modul
mempunyai tema, mulai dari paket modul satu yaitu “Paradigma Guru Penggerak dan Visi
Guru Penggerak”, peket modul dua “Pembelajaran yang Berpusat pada Murid”, dan paket
modul tiga “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah”.
Dari tiga paket diatas, terdapat sepuluh modul yang wajib dipelajari oleh seorang guru
penggerak dalam menempuh perjalanan untuk menjadi seorang pemimpin pembelajaran.
Selama proses pembelajaran, CGP akan menggunakan alur “MERRDEKA”, dengan system
pembelajaran yang bersifat andragogi, yaitu pembelajaran bagi orang dewasa, dan
pembelajaran berbasis pengalaman dan refleksi. 70 % pembelajaran dilaksanakan ditempat
kerja dan komunitas praktisi yang meliputi pemberian umpan balik dari atasan, rekan guru
dan siswa.
Program Pendidikan guru penggerak diawali dengan kegiatan Lokakarya 0 bagi peserta
yang dinyatakan lolos seleksi tiap tahap yang dilaksanakan oleh dirjen guru dan tenaga
kependidikan kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Pada lokakarya nol ini, peserta
berkegiatan didampingi oleh kepala sekolah dari masing-masing sekolah CGP bersal.
Kegiatan ini sebagai kegiatan awal dalam mengenal program Pendidikan guru penggerak
yang akan dilaksanakan selama Sembilan bulan kedepan. Pada lokakarya nol, CGP membuat
komitmen diri terhadap apa yang akan dilaksanakan selama Pendidikan guru penggerak
berlangsung, selain komitmen diri, peserta menganalisis kekuatan dan kelemahan yang ada
dalam diri, serta kehawatiran dari apa yang akan terjadi selama melaksanakan Pendidikan.
Selain komitmen yang dibuat oleh CGP, pada lokakarya nol juga, kepala sekolah membuat
komitmen berupa dukungan yang penuh yang diberikan kepada CGP, baik secara moril
maupun materil, agar program Pendidikan guru penggerak yang dilaksanakan oleh guru pada
sekolah tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Pola pembelajaran yang dilaksanakan mengikuti alur MERRDEKA, yang mana setiap
modul yang dipelajari akan selalui diawali dengan tahap “Mulai Dari Diri”. Pada tahap ini,
CGP akan diajak oleh penulis untuk merefleksikan apa yang telah dilakukan sebelum
mendapatkan pengetahuan yang akan dipelajari. Mulai dari diri, sama halnya dengan
“apresepsi” ketika CGP sedang melaksanakan pembelajaran dengan murid-murid di kelas.
Selain merefleksikan diri, pada kegiatan ini, penulis modul mengajak kepada CGP untuk
mengukur kemampuan awal CGP terkait pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelum mempelajari materi pada sebuah modul secara mendalam. CGP juga dapat
menyampaikan harapan-harapan yang diinginkan dari mempelajari sebuah modul yang
disajikan pada program Pendidikan guru penggerak ini.
Setelam menyelesaikan tahap “mulai dari diri”, CGP diajak untuk mendalami materi
secara individu melalui kegiatan Eksplorasi Kosep. Pada kegiatan ini, CGP mempelajari
setiap materi yang disajikan, baik dalam bentuk video animasi, maupun dalam artikel-
artikel. Selama mengeksplorasi konsep banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab oleh CGP dalam rangka mengukur pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Selain pertanyaan-pertanyaan yang muncul, CGP juga ditutut untuk memberikan komentar
terhadap materi yang disajikan dalam bentuk video maupun artikel sebagia bentuk umpan
balik terhadap apa yang dipelajari oleh CGP.
Pada tahap eksplorasi ini, selalu ada forum diskusi terbimbing, yang mana biasanya
disajikan kasus-kasus yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Masing-masing
CGP memberikan tanggarpan terhadap kasus-kasus yang disajikan, dan saling memberikan
komentar serta umpan balit terhadap jawaban atau komentar yang diberikan oleh CGP
lainnya yang ada pada forum diskusi tersebu.
Tahap selanjutnya yang harus dilalui oleh CGP dari alur merrdeka adalah tahap
“Ruang Kolaborasi”. Pada tahap ini CGP akan bertemu dengan faslitator secara daring
melalui Video Converensi. Pada kegiatan vicon ini, fasilitator memfasilitasi kegiatan CGP
dalam satu kelompok besar untuk menggali lebih dalam dan berdiskusi dengan CGP lain
tentang materi yang telah dipelajari. Kegiatan vicon ruang kolaborasi biasanya
dilaksanakan sebanyak dual kali. Kegiatan pada sesi satu para CGP melakukan diskusi
kelompok terkait tugas yang diberikan oleh CGP, kelompok diskusi dibentuk dan
ditetapkan oleh fasilitator.
Pada kegiatan diskusi kelompok ini, CGP saling tukar pendapat dan tukar pengalaman
yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, baik pengalaman secara individu,
maupun pengalaman yang berkaitan dengan aktifitas di komunitas atau sekolah para CGP.
Di sesi diskusi kelompok kecil ini, CGP dituntut untuk membuat laporan yang harus
dipresentasikan pada kegiatan sesi dua dalam kelompok besar yang langsung ditilai oleh
fasilitator, pengajar praktik dan rekan CGP lain.
Ruang kolaborasi sesi dua berisi kegiatan penyampaian laporan hasil diskusi
kelompok kecil kepada fasilitator dan rekan-rekan CGP lainnya. Pada kegiatan ini, masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok kecil. Kelompok yang
lain saling memberikan umpan balik terhadap apa yang disampaikan oleh CGP dari
kelompok lain. Umpan balik yang diberikan dapat berupa pengutan terhadap apa yang
disampaikan, apresiasi terhadap apa yang disampaikan, mengkonfirmasi ulang apa yang
disampaikan dan lain sebagainya. Fasilitator berperan memfasilitasi CGP utuk berdiskusi,
dan memberikan penguatan terhadap apa yang disampaikan oleh CGP pada akhir kegiatan
vicon sesi dua ini.
Setelah melalui tahap “Ruang Kolaborasi”, CGP diajak untuk merefleksi pemahaman
CGP terhadap materi yang telah dipelajari pada tahap eksplorasi konsep dan ruang
kolaborasi. Tahap ini disebut dengan tahap “Refleksi Terbimbing”. CGP diharuskan untuk
merefleksikan hasil pemahaman melalui pertanyaan-pertanyaan yang disajikan di LMS.
Selanjutnya, fasilitator akan memberikan penguatan-penguatan terhadap apa yang belum
dinfahami oleh CGP. Disinilah terdapat perbedaan antara pelatihan yang sebelum-
sebelumnya, dengan pelatihan yang dilaksanakan pada program pedidikan guru penggerak,
yaitu setiap tahap pada setiap modul diwajibkan untuk merefleksi, bahkan setiap akhir pekan,
CGP diwajibkan untuk menuliskan pengalaman pembelajaran yang dilaksanakan pada jurnal
refleksi mingguan.
Demontrasi kontekstual merupakan tahap ke lima dai alur merrdeka pembelajaran yang
dilaksanakan pada program Pendidikan guru penggerak. Demontrasi kontekstual ini sebuah
kegiatan bagaiman seorang CGP mendemonstrasikan pemahaman yang didapatkan selama
pembelajaran pada sebuah modul. Kegiatan demonstrasi kontekstual dilaksanakan
dilingkungan komunitas atau ekosistem sekolah, baik dilaksanakan secara pribadi maupun
dilaksanakan dengan melibatkan unsur-unsur yang ada dikomunitas.
Pelibatan unsur-unsur yang ada di komunitas atau ekosistem sekolah, tergantung dari
materi yang dipelajari pada sebuah modul, misalkan berkaitan dengan Pembelajaran
berdiferensiasi, maka CGP akan mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pembelajaran
berdiferensiasi dengan melibatkan siswa didalam kelas. Namun sebelum melaksanakan
pembelajaran, guru diharuskan mempersiapkan perencanaan pelaksanaan pembelaran (RPP)
berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan siswa.
Tahap demonstrasi kontekstual, CGP diharuskan untuk mengupload hasil atau tugas
yang diberikan oleh instruktur dalam LMS. Hasil tersebut dapat berupa naskah, foto, foster,
power point, video atau yang lainnya yang sesuai dengan apa yang diminta. Tugas ini akan
mendapatkan penilaian dan umpan balik secara langsung dari fasilitator yang mendampingi
proses pembelajaran ini.
Salah satu tahapan yang paling ditunggu pada siklus merrdeka yang dilaksanakan oleh
CGP yaitu tahap Elaborasi pemahaman. Elaborasi pemahaman yaitu kegiatan tatap maya
melalui video converence yang dilksanakan Bersama dengn instruktur penyusun modul dari
yang sedang dipelajari. Pada tahap ini, CGP menerima penguatan-penguatan materi dari
instruktur secra langsung, melaksanakan diskusi dengan instruktur terhadap materi yang
belum difahami oleh para CGP. Kegiatan ini sangat menarik sekali, yang hadir pada kegiatan
ini bukan hanya satu kelompok pada satu fasilitator, tetapi semua kelompok atau peserta yang
ada di daerah sasaran program guru penggerak. Selain peserta CGP, dalam kegiatan elaborasi
pemaham hadir pula pengajar praktik atau pendamping dan fasilitator.
Tahap selanjutnya dari alur merrdeka yaitu, tahap koneksi antar materi. Pada kegiatan
ini, CGP diharuskan untuk membuat sebuah rangkuman materi yang dipelajari oleh CGP
dalam setiap modul. Selain membuat rangkuman, CGP juga diwajibkan untuk mencari
koneksi atau keterkaitan antara materi yang sedang dipelajari dengan materi-materi yang
sudah dipelajari pada modul sebelumnya. Disini keunikan dari program Pendidikan guru
penggerak ini, selain kita mempelajari modul di depan, kita juga harus mampu mencari
benang merah dan keterkaitan antara meteri yang satu dengan materi yang lain. Pada tahap
ini, CGP ditugaskan untuk mengupload hasil rangkuman dan koneksi antar materi melalui
LMS.
Aksi nyata dari alur merrdeka belajar merupakan tahap akhir dari siklus ini. Dalam
kegiatan aksi nyata, sama hal nya dengan kegiatan demonstrasi kontekstual yang pernah
dilakukan pada tahap sebelumnya. Namun, pada tahap aksi nyata ini, CGP diberikan
keleluasaan waktu untuk melaksanakan kegiatan dan mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalama pembelajaran dari yang didapatkan dari modul yang telah dipelajari.
Pada tahap aksi nyata, CGP diharuskan menyusun rancangan aksi nyata yang akan
dilaksanakan di komunitas sekolah peserta CGP. Dalam rancangan aksi nyata, CGP harus
menjelaskan latar belakang, tujuan, sasaran, lini masa kegiatan dan dukungan yang
diperlukan dalam melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Pada kegiatan ini, CGP wajib
melaksanakan kegiatan dengan semua unsur yang ada dalam komunitas sekolah,
mendokumentasikan setiap proses yang dilaksanakan, mengevaluasi setiap proses yang
dilaksanakan dan menyusun laporan kegiatan.
Tagihan dari kegiatan aksi nyata ini, yaitu harus menyusun laporan kegiatan aksi nyata
yang dilaksanakan berupa jurnal refleksi dari kegiatan yang dilaksanakan. Pada jurnal refleksi
diwajibkan memuat beberapa hal, yaitu tentang perasaan, pembelajaran, pengalaman dan
rencana perbaikan. CGP juga diharuskan untuk melampirkan dokumen kegiatan baik berupa
foto kegiatan maupun video selama melaksanakan aksi nyata, kemudian CGP diharuskan
untuk membagikan pengalaman praktik baik selama melaksanakan kegiatan aksi nyata dalam
berbagai platfom media social dan pada forum berbagi di LMS.
Selama melaksanakan kegiatan aksi nyata, CGP akan dipantau dan dibimbing oleh
pengajar praktik atau pendamping, terkait keterlaksanaan kegiatan aksi nyata yang
direncanakan. Pada setiap bulannya pengajar praktik akan mengunjungi dan berdiskusi
dengan CGP terkait dengan keberhasilan dalam melaksanakan aksi nyata, hambatan dan
pembelajaran yang didapatkan selama melaksanakan kegiatan aksi nyata disekolah, kemudian
seluruh kegiatan tersebut dituliskan pada jurnal refleksi.
Selain alur merrdeka yang dilalui oleh CGP melalui kegiatan pembelajaran secara
daring dengan media LMS, CGP juga melaksanakan kegiatan secara tatap muka pada
kegiatan Lokakarya. Selama perjalanan program Pendidikan guru penggerak, CGP akan
melaksanakan sepuluh kali kegiatan lokakarya, yang dihadiri oleh CGP, dan pengajar praktik,
juga kepala sekolah serta pengawas Pembina pada beberapa kegiatan lokakarya.
Kegiatan lokakarya ini diisi dengan kegiatan diskusi kelompok, pemantapan materi dari
pendamping dan refleksi kegiatan yang dilaksanakan selama satu bulan kebelakang dan
penyusunan perencanaan satu bulan kedepan. Pada setiap kegiatan lokakarya, masing-masing
mempunyai tema dan karakteristik kegiatan. Pada kegiatan lokakarya, kita sebagai CGP
saling berbagi pengalaman dan praktek baik yang telah dilakukan oleh CGP di sekolah
maupun dalam komunitas praktisi, sesuai dengan materi yang telah dipelajari dalam modul
guru penggerak sebagai bagian dari aksi nyata yang dilakukan.
Sebagaimana CGP ketahui, bahwa pada kegiatan Pendidikan guru penggerak ini, CGP
mendapatkan asupan materi sebanyak sepuluh modul, yang disajikan pada tiga paket modul
utama. Modul yang pertama dipelajari oleh CGP adalah modul tentang Filosofi Pendidikan
Ki Hajar Dewantara. Pada modul ini CGP diajak untuk merefleksi diri tentang konsep
Pendidikan yang selama ini dilaksanakan disekolah masing-masing atau dipraktekan diruang-
ruang kelas Bersama para murid.
Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara menayadarkan CGP tentang konsep
Pendidikan dan pengajaran, banyak pembelajaran-pembelajaran baru yang didapatkan dari
mempelajari modul ini. Diantara pemikiran-pemikiran KHD yang dipelajari, yaitu tentang
konsep Pendidikan, pengajaran, kodrat murid, budi pekerti, konsep triloka.
Menurut KHD Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam
masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang
beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan
dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau diwariskan. KHD juga menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu:
"menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat   menuntun tumbuh
atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki  lakunya
(bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.
Berkaitan dengan kodrat alam dan kodrat zaman KHD menjelaskan bahwa dasar
Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan
dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman
berkaitan dengan “isi” dan substansi dari Pendidikan yang mampu mengikuti perkembangan
zaman. Selain kodrat alam dan kodrat zaman, konsep dari pemikiran KHD adalah berkenaan
dengan budi pekerti. Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan
perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan
tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa
(afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). KHD menjelaskan bahwa keluarga
menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter
baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna
bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga
juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam
bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.
Pada materi modul 1.2. berkaitan dengan nilai dan peran guru penggerak. Pada materi
ini, terdapat tiga materi utama yang dipelajari oleh cgp, yaitu materi tentang nilai diri,
pelajar Pancasila dan peran guru penggerak. Pada materi nilai diri, cgp mempelajari tentang
pembentukan karakter dan system kerja otak. Hal yang paling menarik pada materi ini yaitu
berkaitan dengan “karakter seorang guru”. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan
karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses
pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilainilai kebaikan dalam diri
mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang
baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh
karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk
bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
Selanjutnya berkenaan dengan profil pelajar Pancasila yang merupakan bagian dari
materi modul 1.2, dijelaskan bahwa Pelajar Pancasila berarti pelajar sepanjang hayat yang
kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini
adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1)
Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3)
Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi
ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan.
Untuk bisa mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tersebut, dibutuhkan pendidik yang
terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif sesuai mewujudkan
profil tersebut. Peran dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki
keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemipmpin pembelajaran,
dalam hal ini yaitu seorang guru penggerak, yaitu. 1) Pengembangan diri dan orang lain, 2)
Kepemimpinan pembelajaran, 3) Kepemimpinan manajemen sekolah, 3) Kepemimpinan
pengembangan sekolah. Dari ke empat kompetensi tersebut, seorang guru penggerak
diharapkan mempunyai nilai dan peran yang merupakan ringkasan dari penjabaran empat
kompetensi yang harus dimliki oleh seorang guru penggerak.
Terdapat lima peran seorang guru penggerak, yaitu 1) menjadi pemimpin pembelajaran,
2) Menggerakkan komunitas praktisi, 3) Menjadi Coach bagi guru lain, 4) Mendorong
kolaborasi antar guru, 5) mewujudkan kepemimpinan murid. Selan lima peran tadi, nilai-nilai
yang harus dimiliki oleh seorang guru penggerak, yaitu nilai mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif dan berpihak pada murid.
Dalam menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru
penggerak wajib mempunyai visi dan misi sebagai guru penggerak yang berpihak pada
murid. Pada materi ini, CGP diajak untuk bermimpi dalam sebuah gambar yang mampu
mengimajinasikan murid-muridnya dimasa yang akan datang. Setelah diajak untuk bermimpi,
CGP diajak untuk membuat visi untuk menjadikan mimpi tersebut bukan hanya sekedar
angan-angan saja. Pada penyusunan visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai, CGP
diperkenalkan dengan manajemen perubahan berbasis kekuatan dengan pendekatan Inquari
Apresiatif. Terdapat 5 tahapanpada inquari apresiatif, yang dikenal dengan5D, apabila dalam
Bahasa Indonesia menggunakan sebuah akronim BAGJA. (Buat Pertanyaan Utama, Ambil
Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Aksi, Atur Eksekusi).
Modul terakhir dari paket modul 1 tentang paradigma dan visi guru penggerak yaitu
tentang Budaya Positif. Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan
dan nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari.
Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai
tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru,
murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerjasama dalam menghadapi berbagai krisis
dan pencapaian. 
Dari kedua pengertian tersebut kita melihat bahwa budaya sekolah merupakan nilai-
nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin
pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia,
contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan
sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya
yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman. 
Pada materi ini juga, cgp mempelajari tentang posis control guru terhadap murid
berkaitan dengan penerapan budaya positif dan disiplin positif. Terdapat lima posisi konrol
guru terhadap murid, yaitu 1) penghukum, 2) pembuat rasa bersalah, 3) teman, 4)
pengontro, 5) manajer. Dari lima posisi control guru ini, berada di posisi manakah kita saat
ini? Masing-masing kontol guru mempunyai indicator dan dan tujuannya, tinggal kita
renungkan.
Posisi control guru ini mempengaruhi terhadap penerapan budaya positif dan disiplin
positif disekolah. Kita sebagai guru harus mampu membangun budaya positif yang
berpihak pada murid. Beberapa upaya dalam membangun budaya postif yang berpihak pada
murid diantaranya. 1) Membuat Kesepakatan Kelas sebagai Langkah Awal dalam
Membangun Budaya Positif yang Berpihak pada Murid. 2) Menciptakan Visi Sekolah untuk
Membangun Budaya Positif yang Berpihak pada Murid.
Dari empat modul yang dipelajari mempunyai keterkaitan antara materi yang satu
dengan yang lainnya, mulai dari filosofi Pendidikan menurut KHD, nilai dan peran guru
penggerak, visi guru penggerak dan budaya positif. Modul ini merupakan modul yang
mampu memotivasi diri untuk bisa tergerak dan bergerak dalam dalam mewujudkan
merdeka belajar agar terbentuk pelajar Indonesia yang menjadi pembelajar sepanjang hayat
yang mempunyai nilai-nilai Pancasila.
Paket modul 2 dengan sebuah tema besar yaitu “Praktik Pembelajaran yang Berpihak
pada Murid” mempunyai 3 modul utama. Fokus pada modul ini yaitu bagaiman seorang
guru mampu menggerakan murid di ruang-ruang kelas maupun diluar ruang kelas
mengaplikasikan merdeka belajar, sehingga terciptanya pembelajaran yang menyenangkan
yang mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam murid. Focus pembelajaran pada
modul 1 dari paket modul 2 ini yaitu memenuhi kebutuhan belajar murid melalui
pembelajaran berdiferensiasi.
Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu
setiap murid. Pemebelajaran berdiferensiasi ini bukan berarti guru harus melaksanakan cara
pembelajaran sesuai dengan jumlah siswa yang ada didalam kelas, melainkan melaksanakan
serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi
kepada kebutuhan murid. Guru dalam melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu harus
mampu memetakan kebutuhan belajar murid, yang terdari 1) kesiapan belajar (Readiness),
yaitu berkaitan dengan kapasitas murid untuk mempelajari materi baru. 2) minat murid
berkaitan dengan motivasi yang membuat murid terlibat aktif, 3) Profil Belajar Murid,
berkaitan dengan berbagai factor seperti bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan
kekhususan lainnya. Selain itu juga, profil belajar murid berkaitan dengan gaya belajar murid,
yaitu murid yang mempunyai gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan atau gaya belajar
kinestetik.
Strategi Pembelajara Berdiferensiasi terdiri dari Diferensiasi Konten, berkaitan dengan
Kesiapan belajar bukan intlektual, minat, pemetaan kebutuhan belajar murid. Diferensiasi
Proses berkaitan dengan Kegiatan berjenjang, pertanyaan pemandu atau tantangan dari sudut
minat, memfasilitasi dan mengembangkan kegiatan berfariasi, serta pengelompokan yang
fleksibel. Dan terakhir diferensiasi Produk berkaitan dengan Tantangan atau keragaman dan
memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang
diinginkan. Peran penilaian dalam pembelajaran berdiferensiasi Tomlinson dan Moon (2013)
penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis dan menafsirkan informasi di kelas
untuk tujuan pengambilan keputusan guru melalui. 1) Penilaian selama berlangsungnya
proses pembelajaran. 2) Penilaian pelaksanaan setelah proses pembelajaran. 3)Penilaian
sebagai proses pembelajaran yang melibatkan murid.
Pembelajaran social emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
oleh seluruh ekosistem yang ada di sekolah, baik guru, siswa, manajemen sekolah, orang tua
murid dan selurus stakeholder terkait di sekolah. Dalam proses kolaborasi ini memungkinkan
anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap positif mengenai aspek social dan emosional. Adapun tujuan dari pembelajaran
social emosional adalah.
1. memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi.
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif.
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain.
4. Membangun dan mempertahankan hubungan positif.
5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Terdapat lima kompetensi yang harus dikuasai pada pembelajaran social emosional,
yaitu.
1. Kesadaran diri ( pengenalan emosi )
2. Pengelolaan diri ( pengeloaan emosi dan fokus )
3. Kesadaran social ( empati )
4. Keterampilan social (Resiliensi / daya lenting)
5. Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
Penerapan pembelajaran social emosional di sekolah dapat diberikan dalam 3 ruang
lingkup, yaitu:
1. Kegiatan Rutin, Kegiatan yang dilakukan diluar waktu belajar akademik. Misalnya
kegiatan ektrakurikuler, bakti social, pembiasaan-pembiasaan, apel pagi dan lain
sebagaiya
2. Kegiatan Terintegrasi dalam Pembelajaran, Sebagai strategi pembelajaran atau
diintegrasikan dalam kurikulum. Misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan
sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk
memecahkan masalah.
3. Protokol, Budaya atau peraturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan Bersama dan
diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekoalah untuk merespon
situasi atau kejadian tertentu.
Coaching, yaitu bentuk kemitraan Bersama Coachee untuk memaksimalkan potensi
pribadi dan professional yang dimiliki melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi
pemikiran dan proses kreatif. Terdapat empat kompetensi dasar bagi seorang Coach dalam
kegiatan coaching, yaitu:
a. Keterampilan membangun dasar proses coaching.
b. Keterampilan membangun hubungan baik.
c. Keterampilan berkomunikasi.
d. Keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
Perbedaan coaching, mentoring dan konseling yaitu Coaching Mengarahkan coachee
untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya. Mentoring
Membagikan pengalaman untuk membant mentee mengembangkan dirinya. Konseling
Membantu konseli memecahkan masalahnya. Guru harus bisa berperan menjadi coach untuk
bisa menemukan potensi murid. Guru harus mampu berkomunikasi asertif yang
memberdayakan murid. Coach adalah seseorang yang memiliki beberapa kompetensi yang
membantu murid menjadi pribadi yang tangguh dan penuh percaya diri.
Paket modul terkahir dari program Pendidikan guru penggerak yaitu paket modul 3.3.
pada paket modul ini CGP diajak untuk fokus mempelajari tentang bagaimana menggerakan
sebuah komunitas atau ekosistem sekolah, mulai dari bagaimana mengambil keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran, memetakan asset yang ada di sekolah dan menyusun
program yang berdampak pada murid. Pada materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran, CGP diajak untuk mengeksplorasi dan mampu membedakan tentang dilemma
etika dan bujukan moral, kemudian CGP juga mempelajari langkah-langkah pengambilan
keputusan dan pengujian keputusan berdasarkan 4 paradigma 3 prinsip dan 9 langkag
pengambilan dan pengujian keputusan.
Selanjutnya masih pada paket modul 3.3. CGP diajak untuk mengeksplorasi materi
berkaitan dengan pemetaan asset dari sebuah ekosistem atau komunitas. Terdapat 7 aset
utama dalam sebuah komunitas atau sekolah, yaitu modal manusia, modal social, modal fisik,
modal lingkungan, modal finansial, modal politik serta modal agama dan budaya. Ketujuh
asset atau modal ini merupakan hal yang harus dimanfaatkan dan dioptimalkan dalam
penyusunan program yang berdampak pada murid, dengan memaksimalkan kekuatan yang
dimiliki oleh sekolah yang disusun dengan menggunakan tahapan BAGJA.
Pembelajaran yang didapatkan dalam proses Pendidikan guru penggerak sampai saat
ini, adalah bagaimana kita sebagai guru harus tergerak, kemudian bergerak dan pada akhirnya
kita mampu menggerakan. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan peluang, mencari
peluang dan mengambil peluang, berfikir berbasis kekuatan dengan memanfaatkan asset atau
modal yang dimiliki semaksimal mungkin, untuk membuat program yang berdampak pada
murid, sehingga kita sebagai guru mampu memfasilitasi kebutuhan belajar murid secra
maksimal. Seorang pemimpin pembelajar harus mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak
dalam menjalankan ekosistem, sehingga ekosistem Pendidikan dapat berlangsung dengan
baik, visi yang dibentuk dapat tercapai melalui berbagai program dan budaya positif sekolah
yang berdampak pada murid.

Materi diadopsi dari seluruh modul Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 Tahun 2021.
Direktorat Jendral Guru Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
Profil Penulis

Nama : Fajar Hilmi, S.Pd.


Tempat Tanggal Lahir : Ciamis, 23 Juli 1990
Alamat : Mangkubumi Kota Tasimalaya
Email : fajarhilmi90@gmail.com
No. HP. : 082217800478
Pendidikan Terakhir : S-1 Pendidikan Matematika
Pekerjaan :
- Guru Bidang Studi Matematika

Pengalaman Pendidikan / Pelatihan


1. Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan Tahun 2019
2. Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) melalui MGMP Matematika
Tahun 2019
3. Bimtek dan Diklat Guru Pembimbing Khusu Sekolah Inklusi Tahun 2020
4. Bimtek dan Diklat seri Pembelajaran Masa Pandemi (online) Tahun 2020
5. Bimtek dan Diklat seri AKM (online) Tahun 2020
6. Pendidikan Guru Penggerak Tahun 2021
Moto
“Hidup Hanya Sekla, Hiduplah yang Berarti”
“Yakin Usaha Sampai”

Anda mungkin juga menyukai