Anda di halaman 1dari 4

BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Oleh : SUCI NADLIFATUR RIZQIYAH, S.Pd


SMP YIMI Gresik “ Full Day School”
CGP Angkatan 8 Kabupaten Gresik
28 Juli 2023

Penerapan dan pembiasaan pelaksanaan disiplin positif akan mewujudkan budaya Positif di sekolah.
Budaya positif merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Budaya positif di sekolah merupakan upaya pembiasaan-pembiasaan hal baik

Konsep utama budaya positif meliputi : teori kontrol, Perubahan Paradigma belajar, Disiplin Positif,
Kebutuhan Dasar Manusia, Motivasi Perilaku Manusia, Posisi Kontrol Restitusi, Keyakinan Kelas, Segitiga
Restitusi.

Kegiatan pengimbasan yang pertama didahului praktik tantang teori kontrol, ada 2 guru yang diminta
maju, satu guru diminta menuliskan keinginan/ sesuatu yang berharga pada kertas, dan kertas tersebut
digenggam, satu guru lain bertugas membuka genggaman guru tadi dengan berbagai cara agar mau
membuka genggaman tangannya, tetapi tidak melakukan sentuhan secara langsung. Ternyata guru kedua
tidak berhasil membuka genggaman tangan guru pertama. Pada teori kontrol mengajarkan
sesungguhnya yang memegang kendali adalah pemilik genggaman ( dengan asumsi memiliki kekuatan
yang sama), akan membuka atau tetap menutup bagian dirinya adalah tanggung jawab pemilik
genggaman itu sendiri.

Ilusi guru mengontrol murid, pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu
jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif
dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk
mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol
murid tersebut. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Kadang
kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini, karena
seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan negatif. Ilusi bahwa
orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa
tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang.
Pembelajaran dengan paradigma baru dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran yang
berdiferensiasi sehingga setiap siswa belajar sesuai dengan kebutuhan dari tahap perkembangannya
untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Dimana Profil pelajar Pancasila meliputi : beriman,
bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia, berkebhinnekaan global, bergotong
royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis.

Dari keenam institusi /organisasi, paling menarik menurut saya adalah profil pelajar pancasila, enam
elemen didalamnya mewakili karakter masyarakat Indonesia. Beriman bertaqwa kepada Tuhan YME dan
berakhlaq mulia merupakan fondasi untuk mengembangkan segala kebajikan. Di sekolah saya sudah
terjadwal setiap datang mengucap salam, menyetorkan password, langsung menuju tempat tahsin dan
tahfidz alqur'an dilanjut melaksanakan sholat dhuha dan hajat secara berjamaah. jadwal selanjutnya
istirahat 20 menit, baru mereka memulai pembelajaran jam pertama, pelaksanaan sholat Dhuhur dan
ashar dilaksanakan secara berjamaah pula, dengan demikian diharapkan peserta didik dan seluruh warga
sekolah memiliki pengetahuan berkualitas yang berlandaskan iman dan taqwa.

Makna disiplin yang kita kenal selama ini yang hanya terlihat pada penegakan tata tertib diiringi
kepatuhan pada peraturan itu, biasa dihubungkan dengan hukuman, sesuatu yang dilakukan seseorang
pada orang lain untuk mendapat kepatuhan, sehingga sering menghasilkan ketidaknyamanan. Disiplin
menurut Ki Hajar Dewantara adalah belajar mengontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia,
dan mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang / nilai-nilai kebajikan
yang universal.

Dalam budaya kita, makna kata disiplin dimaknai sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan, kita cenderung menghubungkan kata "Disiplin" dengan
ketidaknyamanan, Sebagai Pendidik tujuan kita adalah menciptakan anak - anak yang memiliki disiplin
dirinsehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan
memiliki motivasi Intrinsik, bukan ekstrinsik, Disiplin positif merupakan salah satu cara
penerapandisiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak untuk
melakukan sesuatu tanpa pemberian hadiah, ancaman, maupun hukuman.

Motivasi Perilaku manusia yang banyak terjadi pada kehidupan sehari – hari di sekolah antara lain :
Menghindari ketidaknyamanan / hukuman yang merupakan Motivasi Eksternal ( murid melakukan
disiplin karena takut dihukum). Untuk Mendapat Imbalan dari orang lain pada hal ini otivasi Eksternal (
Murid melakukan disiplin karena ia ingin mendapatkan imbalan. Untuk menghargai diri sendiri. Pada
hal ini Motivasi Internal, murid melakukan disiplin karena sadar akan nilai kebajikan dirinya ( Tujuan
Disiplin Positif).

Tujuan pertama saya mengikuti PGP adalah motto hidup saya, "Bahwa hidup harus manfaat". saya
sendiri kurang tahu banyak manfaat apa yang akan saya dapatkan, saya menyadari bahwa seleksi tahap
demi tahap yang mengharuskan kita berfikir "lebih" dan mengatur strategi, tentu akan berpengaruh jika
kita lulus seleksi. Hal ini terbukti setelah saya belajar di PGP hampir dua bulan ini, ilmu tentang
kependidikan dan keterampilan IT saya berkembang, mengakibatkan pola mengajar saya lebih baik dari
sebelumnya dan dapat meningkatkan nilai nilai yang ada pada diri saya. Saya harap lebih banyak teman
sejawat bisa mengikuti program ini, karena pengaruhnya besar terhadap peran guru yang berpihak
kepada siswa, tentunya akan menunjang pelaksanaan kurikulum merdeka.

Saya ingin menjadi pemelajar sepanjang hayat, saya meyakini belajar adalah ibadah, dan menuntut ilmu
wajib bagi seorang muslim. Menjadi orang yang berusaha dan bertanggung jawab serta menghargai diri
sendiri sebagai teladan bagi murid-murid saya, guru-guru sayaa, serta lingkungan saya karena saya
percaya, tindakan saya sebagai pemimpin pembelajaran akan jadi panutan oleh lingkungan saya
(menghargai nilai-nilai kebajikan diri sendiri). "Bagaimana kita mengharuskan anak dan murid belajar
jika kita tidak belajar ?", ilmu itu dinamis, maka kita harus terus berinovasi mengupgrde pengetahuan
sehingga dapat belajar dan mengajar sesuai kodrat zaman dan adaptif terhadap kodrat alam.
Untuk anak usia SMP, motivasi yang paling banyak mereka miliki adalah menghindari hukuman atau
teguran, seiring berjalannya waktu pada proses pembelajaran dan keteladanan yang para pendidik dan
orang tua berikan, mereka akan tumbuh menjadi remaja bertanggung jawab yang menyadari bahwa
belajar adalah suatu kebutuhan, motivasi intrinsik akan timbul. Untuk menciptakan lingkungan yang
positif, setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan
menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Penerapan disiplin positif, supaya
terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan
menjadi pemelajar sepanjang hayat.

Kebutuhan dasar manusia meliputi :1. Kebutuhan bertahan hidup (kesehatan, rumah, makanan,
kebutuhan akan perasaan aman, 2. Kasih sayang dan rasa diterima (Kebutuhan akan hubungan dan
koneksi sosial, Kebutuhan untuk disayangi dan diterima, Kebutuhan untuk merasa menjadi bagian suatu
kelompok), 3. Penguasaan kebutuhan merupakan pengakuan atas kemampuan, Kebutuhan untuk
merasa menjadi bagian suatu kelompok. menjadi Kompeten, menjadi terampil, menjadi diakui atas
prestasi dan keterampilan, 4. kebutuhan didengarkan dan memiliki rasa harga diri / dianggap
berhanrga(kebutuhan akan pilihan, otonomi, mampu mengendalikan arah hidup seseorang. 5.
Kesenangan, Kebutuhan merasa senang, diperoleh dari (Kebutuhan untuk mencari kesenangan,
kebutuhan bermain, kebutuhan tertawa.

Konsep disiplin dengan identitas gagal melalui: 1. Hukuman , karena hukuman bisa membawa dampak
yang menyakitkan, tidak nyaman, murid menjadi takut, memaksa, murid terbiasa menyembunyikan
kesalahan, dan menjadi rendah diri. 2. Penghargaan , Seringkali penghargaan menjadi tidak efektif
karena bisa merusak hubungan, mematikan kreatifitas, bahkan system rangking juga bisa menghukum
siswadan merampas haka nak dalam menghargai dirinya sendiri.

Sedangkan konsep disiplin dengan identitas sukses meliputi Konsekuensi dan restitusi. Konsekuensi
merupakan penguatan jangka pendek, perlu monitoring berkelanjutan , sering terjadi pada penemuan
stimulus dan langsung direspon, murid tetap menghormati peraturan tetapi mereka kehilangan waktu
untuk merenungi kesalahan. Pada teori restitusi, murid akan bertanggung jawab untuk perilakunya
sendiri, mereka akan focus pada pemecahan masalah jangka Panjang, murid belajar menghormati
dirinya dan orangg lain, melaksanakan teori kontrol dalam hal ini dirinya yang memegang kontrol, dan
murid akan bersemangat memperbaiki kesalahannya.

Bila ada murid kita melakukan kesalahan, sebaiknya saya melihat kondisinya terlebih dulu, apakah dia
sengaja melakukan kesalahan atau dia lemah untuk keluar dari perbuatan tersebut?, saya akan
memotivasi mereka dengan ungkapan positif jika dia berusaha lebih baik, akan membawa pada suasana
yang lebih menyenangkan baik untuk dirinya maupun untuk saya. selanjutnya mengajari mereka untuk
menyelesaikan masalah, dan memberi penguatan pentingnya disiplin positif dan bertanggung jawab.

Guru perlu mempelajari konsep motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi untuk selanjutnya
dilaksanakan dalam rangka membangun budaya positif sekolah, proses ini membutuhkan keterlibatan
semua pemangku kepentingan sekolah.

Pendekatan restitusi merupakan sebuah cara menanamkan disiplin positif pada murid, pengertian
restitusi yaitu Proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa Kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS
Guru Penggerak modul 1.4 , Budaya Positif, 2021). Sedangkan ciri-ciri restitusi antara lain: Bukan
menebus kesalahan, tapi belajar dari kesalahan, memperbaiki hubungan, tawaran bukan paksaan,
menuntun untuk melihat ke dalam diri, mencari kebutuhan dasar yang mendasari Tindakan, fokus pada
karakter, bukan Tindakan, menguatkan dan fokus pada solusi.

Perbedaan pemberian hukuman, konsekuensi dan restitusi pada contoh kasus yang telah diunggah pada
demonstrasi kontekstual modul 1.4 tentang siswa dating terlambat dan memakai sepatu bebas diluar
jadwal, 1. Hukuman: Guru menghukum siswa tersebut dengan melepas sepatu seharian, Guru marah
dan murid menjadi takut. 2. Konsekuensi: Guru memberikan konsekuensi untuk mengambil sepatunya
kembali / menelpon orang tua dan meminta untuk mengantar sepatunya, Guru tegas dan siswa
menghormati peraturan. 3. Restitusi: Guru menanyakan keyakinan kelas / dirinya dan membantu siswa
menyelesaikan masalahnya, Guru terbuka dan siswa menghormati dirinya & orang lain.

Contoh penerapan 5 posisi kontrol Pada contoh kasus siswa bermain HP Ketika guru sedang menerapkan
materi. Sebagai Penghukum : "Patuhi peraturan, berdiri di depan kelas dengan tangan memengang
hidung dan telinga !", Pembuat rasa bersalah : "Berapa kali Ustadzah harus memberi tahu kamu?,
Ustadzah kecewa sama kamu !", Sebagai Teman : "Ayolah yang tertib, buatlah Ustadzah bangga, kali ini
tidak apa-apa kamu salah !", Sebagai Pemantau : "Kamu sudah melanggar peraturan, apa
konsekuensinya !", Sebagai Manager : “ "Apakah kamu tahu kesalahanmuu ?, bagaimana kamu akan
memperbaiki kesalahan ini ?".

Kegiatan pembiasaan Disiplin positif dapat dimulai dari kegiatan membuat keyakinan kelas. Guru
bersama siswa membuat keyakinan kelas. Menggunakan alur praktik keyakinan kelas: 1. Memunculkan
peraturan sekolah. 2. Mengubah peraturan menjadi kalimat positif, 3. Menyarikan peraturan tersebut
menjadi keyakinan kelas yang perlu dianut. 4. Pendalaman keyakinan kelas menggunakan table t dan Y.
5. Pendalaman keyakinan kelas terkait peran guru dan peran murid.

Prosedur yang digunakan dalam pembentukan keyakinan kelas : menggunakan Bahasa yang dibuat lebih
abstrak dari peraturan, melibatkan seluruh warga kelas, Berupa pernyataan universal, tidak terlalu
banyak point sehingga mudah diingat, Sesuai dengan kondisi kelas dan sekolah agar mudah diterapkan.

Praktik penerapan segitiga restitusi terdiri dari 3 tahapan. Tahap pertama menstabilakan identitas, hal ini
berdasar prinsip membuat kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran, menggeser identitas gagal
menjadi identitas sukses. Tahap Kedua yakni validasi tindakan yang salah, hal ini berdasar prinsip setiap
perilaku berupaya memenuhi seuatu kebutuhan tertentu, guru akan menggeser pemikiran stimulus-
respon menjadi proaktif, sehingga dengan mengenali dan mengakui kebutuhan murid, akan dapat
memperbaiki hubungan dengan murid. Tahap ketiga dengan menanyakan keyakinan, pada sesi ini murid
akan diberi pertanyaan bermakna muntuk memunculkan motivasi secara intrinsik, mampu mengaitkan
dengan tindakan yang salah. Contoh penerapan praktik segitiga restitusi dapat dilihat pada link you
tube : https://youtu.be/I3giP9p3zMg

Dapat disimpulkan bahwa menerapkan segitiga restitusi pada masalah yang muncul dengan
menempatkan diri sebagai posisi kontrol manager, maka aspek yang dikembangkan pada murid adalah
motivasi intrinsik, sehingga penanaman nilai-nilai kebajikan dapat tumbuh dan berkembang menjadi
suatu kebiasaan positif, membentuk karakter positif, sehingga tercipta budaya positif. Semoga
menginspirasi, salam Bahagia Ibu Bapak guru hebat.

Anda mungkin juga menyukai