Anda di halaman 1dari 8

1.4.a.8. KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.

Oleh :
YULNIUS DAGO, S.Pd
CGP Angkatan 9
Kabupaten Poso

1.
Menerapkan budaya positif adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh seorang guru.
Dengan penerapan budaya positif, maka akan menghasilkan suatu ekosistem sekolah
yang penuh dengan suasana positif. Hal positif itu akan mudah menular jika dilakukan
secara konsisten dan tentunya dilakukan secara kolaborasi. Karena beragamnya
karakter siswa dan guru, kita harus mengetahui konsep-konsep inti budaya positif
dalam penerapannya. Konsep-konsep inti dalam budaya positif di antaranya disiplin
positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi,
keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi. Materi tentang budaya postif sangat
berkaitan dengan modul yang dipelajari sebelumnya, yakni:
a. Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.1. Filosofi Pendidikan Nasional Ki
Hadjar Dewantara.
Budaya positif sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar
Dewantara. Dalam Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dijelaskan mengenai
pendidikan yang menuntun sesuai dengan kodrat anak. Dalam proses menuntun
tersebut tentunya membutuhkan ekosistem pendidikan yang menerapkan
budaya positif.
b. Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.2. Peran dan Nilai Guru Penggerak
Pemahaman tentang budaya positif akan mendukung peran dan nilai guru
penggerak dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Guru harus senantiasa
menerapkan konsep inti budaya positif dalam mengaktualisasikan nilai dan peran
yang dimilikinya.
c. Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.3. Visi Guru Penggerak
Dalam rangka mewujudkan visinya, seorang guru penggerak harus
menerapkan budaya positif dalam prosesnya. Visi guru yang luar biasa akan
mudah tercapai jika dirinya dan lingkungan pembelajarannya sudah menerapkan
budaya positif.

2.
A. pemahaman Saya tentang konsep-konsep inti yang telah Saya pelajari di
modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan
penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas,
dan segitiga restitusi.
a. Disiplin Positif
Disiplin positif adalah pendekatan untuk menuntun kodrat anak agar
berdaya dalam mengontrol diri dan menguasai diri untuk memilih tindakan yang
mengacu nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif menjadi komponen utama dalam
mewujudkan budaya positif.
b. Teori Kontrol
Di dalam teori kontrol dijelaskan bahwa yang bisa mengontrol seseorang
adalah dirinya sendiri. Seseorang akan melakukan sesuatu atau tidak tergantung
dari dalam diri orang tersebut sesuai dengan motivasi pemenuhan dasar yang
dimilikinya.
c. Teori Motivasi
Perilaku yang ditunjukkan manusia pasti memiliki motivasi dan tujuan.
Motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi internal dan eksternal. Motivasi
internal adalah motivasi yang diinginkan oleh seseorang dalam rangka
menghargai diri dnegan nilai yang diyakininya. Sementara itu, motivasi eksternal
di antaranya adalah keinginan yang dilakukan dalam rangka menghindari
ketidaknyamanan/hukuman atau ingin mendapatkan imbalan/penghargaan.
d. Hukuman dan Penghargaan
Hukuman dan penghargaan adalah salah satu cara mengontrol perilaku
murid yang secara tidak langsung menghambat potensinya. Dalam jangka waktu
tertentu, baik hukuman dan penghargaan akan sama0sama memberikan
dampak yang sama, yakni ketergantungan (bukan kemerdekaan) dan tentunya
mematikan motivasi internal seseorang.
e. Posisi Kontrol Guru
Ada lima posisi kontrol guru, yakni:
- Sebagai penghukum
- Sebagai pembuat rasa bersalah
- Sebagai teman
- Sebagai pemantau
- Sebagai manajer
f. Kebutuhan Dasar Manusia
Ada lima jenis kebutuhan dasar manusia, yakni
- Kebutuhan bertahan hidup
- Kasih sayang dan rasa memiliki
- Kebebasan
- Kesenangan
- Penguasaan
g. Keyakinan Kelas
Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh warga kelas
untuk menumbuhkan motivasi internal dan budaya positif di kelas.
h. Segitiga Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka,
dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses kolaboratif
yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi
(tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain.
Segitiga Restitusi adalah alur untuk menegakkan keyakinan bersama di dalam
kelas atau sekolah. Ada tiga unsur segitiga restitusi, yakni:
- Menstabilkan identitas
- Validasi tindakan yang salah
- Menanyakan keyakinan
i. Hal yang menarik dan di luar dugaan
1. Ternyata hukuman dan penghargaan tidak efektif untuk diberikan kepada
siswa
2. Ada lima posisi kontrol guru dalam menangani siswa yang bermasalah. Saat
ini saya lebih banyak di posisi guru sebagai teman dan guru sebagai
pemantau. Ke depannya saya akan selalu berusaha untuk menempatkan diri
di posisi guru sebagai manajer.
3. Dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia, kita bisa memetakan motivasi
yang dilakukan seorang siswa saat ia berbuat sesuatu yang tidak sesuai
dengan aturan/keyakinan sekolah.
4. Keyakinan kelas ternyata berbeda dengan aturan/kesepakatan kelas.
5. Saya sering melakukan bagian dari segitiga restitusi, yakni menstabilkan
identitas dan validasi tindakan, tetapi saya baru tahu ada bagian menanyakan
keyakinan kelas. Hal itu cukup menarik dan penting untuk pemahaman saya.

B. Perubahan cara berpikir Saya dalam menciptakan budaya positif di kelas


maupun di sekolah setelah mempelajari modul ini.
Setelah mempelajari modul ini, ada perubahan cara berpikir saya, yakni:
1. Membuka sudut pandang saya tentang motivasi yang dilakukan oleh
seseorang dan kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Oleh
sebab itu, saya bisa menganalisis apa yang dibutuhkan dan diinginkannya
sehingga bisa mempermudah dalam mencarikan solusi yang tepat.
2. Ternyata baik hukuman dan penghargaan kurang efektif jika diterapkan
dalam pembelajaran.
3. Saya berpikir bahwa guru harus menempatkan dirinya sebagai manajer
dalam menangani permasalah pada siswa.
4. Dengan segitiga restitusi saya percaya akan mendukung pembelajaran yang
berpihak kepada siswa dan mendukung terciptanya budaya positif.

C. Pengalaman yang Saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam


modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Saya.
Saya pernah melakukan bagian dari segitiga restitusi, tetapi tidak
menerapkan langkah “menanyakan keyakinan” karena memang belum membuat
suatu keyakinan kelas/sekolah. Maka dari itu, ke depannya saya akan
membentuk keyakinan kelas agar bisa menjadi pedoman saat menerapkan
segitiga restitusi pada siswa.

D. perasaan Saya ketika mengalami hal-hal tersebut.


Saat mendapati siswa yang bermasalah, ada rasa amarah yang muncul.
Namun, saya segera sadar bahwa amarah justru akan menambah masalah.
Oleh sebab itu, saya menggali apa motivasi yang mendorong siswa untuk
berbuat salah. Saat siswa menyadari bahwa dia salah dan beruapaya
memperbaiki diri, saya cukup lega dan senang.

E. Menurut Saya, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut,


hal yang sudah baik dan perlu diperbaiki.
Dalam penerapan segitiga restitusi, saya kurang di bagian menanyakan
keyakinan. Untuk itu, ke depannya saya akan membuat keyakinan kelas/sekolah
untuk bisa dipedomani saat menerapkan segitiga restitusi kepada siswa yang
melakukan suatu kesalahan.

F. Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Saya pakai, dan bagaimana
perasaan Saya sekarang, dan Apa perbedaannya.
Sebelum mempelajari modul 1.4. saya lebih banyak menempatkan diri di
posisi guru sebagai teman dan pemantau. Perasaannya masih kurang puas
karena siswa terkadang masih melakukan masalah yang sama (berulang).
Setelah mempelajari modul ini saya akan memakai posisi sebagai manajer.
Perbedaannya adalah dengan posisi manajer, siswa bisa menyadari masalah
yang dilakukannya dan memberikan ruang kepada siswa untuk menyelesaikan
masalah dengan solusinya sendiri.

G. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Saya pernah menerapkan segitiga


restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Saya tetapi belum lengkap.
Saya menerapkan di bagian menstabilkan identitas dan validasi tindakan
yang salah. bagian yang belum saya laksanakan adalah bagian menanyakan
keyakinan karena belum ada pembentukan keyakinan kelas/sekolah.

H. Hal-hal lain yang menurut Saya penting untuk dipelajari dalam proses
menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah.
Hal yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya
positif di lingkungan kelas atau sekolah adalah perlunya tindakan konsisten dan
kolaboratif untuk mendukung tumbuhnya budaya positif.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA
Judul Modul : Sosialisasi Pembuatan Keyakinan Kelas dan
Penerapan Segitiga Restitusi di Sekolah
Nama Peserta : Guru di SD GKST Talabosa

A. Latar Belakang
Pembelajaran di sekolah akan berlangsung dengan baik jika didukung
penerapan budaya positif. Dengan budaya positif, akan terwujud pembelajaran
yang berpihak kepada siswa sehingga siswa bisa belajar dengan aman, nyaman,
dan senang. Untuk mendukung terwujudnya budaya positif di sekolah perlu
adanya pembentukan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi.
Di SD GKST Talabosa tidak semua guru paham tentang keyakinan kelas
dan segitiga restitusi. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi tentang
pembuatan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi bagi para guru SD
GKST Talabosa.
B. Tujuan
Tujuan dari aksi nyata adalah guru mendapatkan pemahaman mengenai
keyakinan kelas dan segitiga restitusi sehingga bisa diterapkan di sekolah untuk
mendukung terwujudnya budaya positif.
C. Tolok Ukur
Tolok ukur keberhasilan kegiatan ini adalah:
1. Guru memahami konsep pembuatan keyakinan kelas dan penerapan
segitiga restitusi.
2. Adanya poster atau dokumen keyakinan kelas yang dipajang di setiap
kelas.
3. Guru mampu menerapkan segitiga restitusi saat menangani
permasalahan siswa.
D. Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan
1. Membuat perencanaan kegiatan
2. Membuat materi tentang budaya positif dalam bentuk slide Powerpoint
3. Berkonsultasi dengan kepala sekolah untuk mendapatkan masukan
mengenai materi yang sudah dibuat dan penentuan jadwal sosialisasi.
4. Mempersiapkan ruang presentasi.
5. Melaksanakan presentasi/sosialisasi
6. Refleksi kegiatan
E. Dukungan yang Dibutuhkan
1. Dukungan berupa izin pelaksanaan kegiatan dari kepala sekolah
2. Dukungan dari rekan sejawat/guru untuk mengikuti kegiatan sosialisasi.
3. Sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan sosialisasi

Anda mungkin juga menyukai