Anda di halaman 1dari 9

Kesimpulan tentang peran saya dalam menciptakan budaya positif di

sekolah.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam sejahtera buat kita semua, salam dan Bahagia. Ada rasa kebanggaan
tersendiri bisa menuangkan dan mengekspresikan terkait apa yang sudah
saya pelajari setelah saya mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak
Angkatan 9 Kabupaten Cilacap.

Sedikit kilas balik apa yang sudah saya pelajari pada modul 1. Didalam modul
1, saya dipelajari tentang Paradigma dan Visi Guru Penggerak, dimana
didalam modul 1 ini terdapat 4 (empat) sub modul yang terdiri dari modul 1.1
materi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Modul
1.2 dengan materi Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 dengan
materi Visi Guru Penggerak dan terakhir adalah Modul 1.4 dengan materi
Budaya Positi. Dalam rangkaian modul tersebut merupakan rangkaian
tentang paradigma dan visi guru penggerak, dimana guru penggerak
merupakan guru yang dijadikan sebagai pemimpin pembelajaran yang
nantinya bisa mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan
tentunya proaktif.

Didalam modul 1.1 dengan materi Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional – Ki


Hadjar Dewantara, diberikan pemahaman yang sangat luar biasa bagi saya
pribadi, sehingga di modul 1.1 ini terjadi perubahan mindset yang ada
didalam diri saya, bahwa setiap murid mempunyai kodratnya masing-masing,
dan tugas guru hanya menuntun kodrat murid sehingga nantinya murid bisa
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai
pribadi dan juga sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang bisa
saya pahami dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara yang tertuang dalam
materi modul 1.1 adalah

1. Pendidikan adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kodrat yang ada pada
anak agar dapat memperbaiki lakunya untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat

2. Murid diibaratkan sebagai tanaman, tidak akan tumbuh jagung murid yang
mempunyai kodrat padi, dan sebaliknya tidak akan tumbuh padi murid yang
mempunya kodrat jagung, guru hanya merawat saja sesuai dengan cara
menanam sesuai dengan kodratnya. “tanamlah jagung seperti menanam
jagung, dan tanamlah padi seperti menanam padi”

3. Pendidikan hendaknya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya


4. Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan

5. Mendidik dengan sistem among (Ing ngarsa sung tulada, Ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani)

6. Pendidikan yang menghamba pada anak

7. Asimilasi budaya menganut konsep trikon

Berangkat dari bekal yang sudah saya pahami di modul 1.1 dan
berlandaskan pada filosofi Ki Hadjar Dewantara, selanjutnya saya sebagai
guru mulai membangun dan menegakkan nilai-nilai dan peran guru
penggerak sesuai dengan materi yang ada di modul 1.2. Didalam materi
modul 1.2 ini saya dipelajari tentang nilai dan peran guru penggerak,
sehingga materi modul 1.2 ini merupakan penguat untuk menjalankan filosofi
Ki Hadjar Dewantara dengan menegakkan nilai guru penggerak dan siap
memerangkan peran guru penggrak. Nilai dan peran guru penggerak
diantaranya:

1. Nilai Guru Penggerak

a. Berpihak pada murid

b. Mandiri

c. Kolaboratif

d. Reflektif

e. Inovatif

2. Peran Guru Penggerak

a. Menjadi Pemimpin Pembelajaran

b. Menjadi coach bagi rekan kerja/guru lain

c. Mendorong kolaborasi

d. Mewujudkan kepemimpinan murid

e. Menggerakkan komunitas praktis

Setelah memahami modul 1.1 dan 1.2, alur berikutnya adalah membuat visi,
visi disini didasari dari impian guru pada murid masa depan. Sehingga dari
impian tersebut guru bisa membuat rencana dan alur untuk mencapai sebuah
impian. dengan Prakarsa perubahan dan dengan menghitung Asset,
Tantangan, Aksi dan Pembelajaran, guru bisa membuat sebuah Prakarsa
perubahan dengan sebuah manajemen Inkuiri Apresiatif (IA) yakni dengan
menerapkan tahapan-tahapan B-A-G-J-A, tentunya dengan tujuan untuk
menjaga daya dan kekuatan simultannya. Alur Inkuiri Apresiati (IA) dari B-A-
G-J-A sendiri adalah dengan cara Buat pertanyaan (define), Ambil Pelajaran
(Discover), Gali Mimpi (Dream), Jabarkan Rencana (Design) dan Atur
Ekseksusi (Deliver).

Dari manajemen inkuiri apresiatif BAGJA ini nantinya akan melahirkan


Prakarsa-prakarsa perubahan yang sudah terencana dan siap dengan
aksinyatanya yang nantinya akan menjadikan sebuah perubahan yang positif
sesuai dengan visi guru penggerak dan juga sesuai dengan tujuan
Pendidikan nasional. perubahan – perubahan positif yang dibentuk oleh
Prakarsa tersebut akan tercipta atau terwujudnya sebuah budaya positif di
sekolah. Kemudian, apa saja komponen budaya positif dan bagaimana
mengelola penyimpangan-penyimpangan akan nilai-nilai universal keyakinan
sekolah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dipelajari di modul 1.4
dengan materi Budaya Positif. Didalam modul 1.4 ini saya telah memahami
bagaimana mengelola penyimpangan akan nilai-nilai universal keyakinan
sekolah, dan bagaimana guru mengambil peran dalam kontrol manajer
dengan menerapkan segitiga restitusi. Berikut beberapa materi yang sudah
dipelajari dan dipahami di modul 1.4:

1. Disiplin positif dan kebajikan universal

a. Miskonsepsi tentang makna control

b. Minskonsepsi makna disiplin

c. Nilai-nilai kebajikan

2. Teori motivasi (hukuman,penghargaan dan restitusi)

a. Motivasi perilaku seseorang

b. Hukuman, penghargaan dan restitusi

c. Tersandera oleh penghargaan

3. Keyakinan kelas

4. Lima kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas


5. Lima posisi kontrol guru, dan

6. Segitiga restitusi

Bagaimana peran anda dalam menciptakan budaya positif di


sekolah? Peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dimulai
dari pemahaman diri sendiri dan kemudian penyebaran pada teman sejawat
tentang keyakinan kelas, lima posisi kontrol dan penerapan segitiga restitusi.
Penyebaran ini saya lakukan dengan metode persuasif (empat mata)
sehingga nantinya penerapan disiplin positif bisa dimulai dari diri sendiri dan
teman sejawat dan kemudian merambah pada warga sekolah, dengan tujuan
dapat menumbuhkan budaya positif yang termotivasi dari dalam yang
nantinya akan membentuk karakter murid yang berprofil Pancasila.

Refleksi Pemahaman atas keseluruhan materi modul Budaya Positif

1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang


telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori
motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan
dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal
yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

a. Disiplin Positif.

Disiplin positif adalah pendekatan untuk menuntun anak agar berdaya


mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang
mengacu pada nilai-nilai kabajikan. Disiplin positif merupakan komponen
utama dalam mewujudkan budaya positif.

b. Teori kontrol

Pada dasarnya yang bisa mengontrol seseorang adalah seseorang itu


sendiri. Seseorang bisa melakukan sesuatu atau tidak tergantung pada diri
seseorang sesuai dengan motivasi pemenuhan kebutuhan dasar dan setiap
kebutuhan dasar seseorang itu berbeda.

c. Teori Motivasi

Setiap perilaku manusia memiliki tujuan dan motivasi. Motivasi bisa berasal
dari eksternal dan internal. Motivasi yang berasal dari eksternal bertujuan
untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman dan atau untuk
mendapatkan imbalan/penghargaan. Sedangkan untuk motivasi yang
berasal dari internal bertujuan untuk menjadi orang yang mereka inginkan
dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya
Dan point dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang berasal dari
internal yang nantinya akan menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya, sehingga
mareka akan sadar dengan keyakinan mereka sendiri dan tidak terpengatuh
pada ketidaknyamanan, hukuman, imbalan atau penghargaan.

d. Hukuman dan penghargaan

Pada dasarnya hukuman dan penghargaan itu sama, hanya hukuman lebih
ke arah cara mengontrol perilaku murid pada hal negatif sedangkan
penghargaan adalah cara mengontrol perilaku murid pada hal positif.
Hukuman mengotrol perilaku seseorang dengan sifat memaksa,
menyakitkan dan menciptakan identitas gagal, sedangkan penghargaan
merupakan bentuk pengendalian perilaku seseorang dengan suatu benda
atau peristiwa yang diinginkan. Namun pada sejatinya pernghargaan dan
hukuman adalah cara mengontrol perilaku murid yang secara tidak langsung
menghambat potensi. Dimana dalam jangka waktu tertentu hukuman dan
penghargaan akan berdampak pada ketergantungan serta mematikan
motivasi instrinsik.

e. 5 (lima) posisi kontrol guru

Ada 5 (lima) posisi kontrol guru yaitu:

1) Penghukum

2) Pembuat merasa bersalah

3) Teman

4) Pemantau

5) Manajer

f. Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia merupakan kebutuhan yang sangat primer pada


diri manusia, pada dasarnya setiap murid yang menyimpang dengan nilai-
nilai kebajikan atau melanggar sebuah keyakinan, pada dasarnya murid
tersebut tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasarnya. Ada 5 (lima)
kebutuhan dasar manusia yaitu:

1) Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival)

2) Kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima (Love and belonging)


3) Kebutuhan penguasaan (freedom)

4) Kesenangan (fun)

5) Pengausaan (powe)

g. Keyakinan kelas

Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh kelas untuk
menumbuhkan motivasi instrinsik dan budaya positif di kelas.

h. Segitiga Restitusi

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki


kesalahan mereka, sehingga mereka bisa Kembali pada kelompok mereka
dengan karakter yang kuat. Dalam menciptakan restiusi perlulah beberapa
Tindakan yang saling berkaitan satu sama lain, ada 3 (tiga) Tindakan yang
saling berkaitan dalam proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahannya, sehingga dari 3 (tiga) tindakan dalam restitusi
disebut dengan segitiga restitusi. Tujuan dalam segitiga restitusi adalah
membimbing murid berdisiplin positif dengan motivasi yang berasal dari
dalam (internal). Tahapan-tahapan pada pendekatan segitiga restitusi yaitu:

1) Menstabilkan identitas/Stabilize the identity.

2) Validasi Tindakan yang salah (validate the misbehaviour)

3) Menanyakan keyakinan (seek the belief)

Adakah hal-hal menarik untuk anda dan diluar dugaan?

Hal menarik dari pemahaman pada materi tersebut adalah:

a. Hukuman dan penghargaan. Pada awalnya saya meyakini bahwa


hukuman adalah sesuatu tindakan yang sangat saya hindari, karena dengan
hukuman bisa mematikan motivasi murid, dan justru saya sangat meyakini
bahwa penghargaan adalah suatu Tindakan yang dapat memotivasi murid
sebagai bentuk apresiasi tentang perilaku baik kepada murid. Ternyata
setelah saya mempelajari modul 1.4 ini hukuman dan penghargaan sama-
sama bisa mematikan motivasi intrinsik murid, dan pada jangka waktu
tertentu penghargaan akan membuat murid ketergantungan.

b. Keyakinan dan peraturan kelas. pada awalnya saya mendewakan


peraturan. Peraturan kelas itu adalah suatu sistem yang sangat efektif untuk
mengatur murid agar nantinya murid bisa berdisiplin positif sesuai dengan
koridor peraturan kelas. Namun setelah saya mempelajari modul 1.4
peraturan justru tidak efektif dalam menciptakan budaya positif, peraturan
hanya berasal dari motivasi eksternal yang nantinya akan bersifat
ketergantungan pada suatu peraturan, sedangkan keyakinan kelas
merupakan motivasi yang bersumber dari dalam, sehingga ada atau tidak
adanya peraturan murid akan melakukan dan menerapkan disiplin positif
sesuai dengan keyakinannya.

c. Segitiga restitusi. Hal yang paling menarik ketika pada tahapan


menstabilkan identitas ketika seorang guru berkata pada murid bahwa “tidak
apa-apa melakukan kesalahan, dan setiap orang pasti melakukan
kesalahan”. Sehingga dari kalimat yang diucapkan oleh guru, murid bisa
mengubah identitas mereka dari orang yang gagal menjadi orang yang
sukses. Sedangkan yang sering saya lakukan biasanya menyudutkan murid
dengan membahas berbagai aktivitas penyimpangan mereka dari beberapa
sudut pandang.

2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam


menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah
mempelajari modul ini?

a. Perubahan paradigma tentang hukuman dan penghargaan. Yang semula


saya beranggapan bahwa penghargaan adalah Langkah yang efektif untuk
menumbuhkan budaya positif, ternyata untuk mebangun budaya yang positif
harus berawal dari motivasi intrinsik yang nantinya akan membentuk sebuah
keyakinan, baik keyakinan di kelas maupun sekolah

b. Perubahan teori kontrol. Yang semula saya beranggapan bawa guru bisa
mengotrol murid dengan daya dan upayanya, ternyata setelah mempelajari
modul 1.4 guru dapat mengontrol murid itu hanyalah sebuah ilusi. Yang dapat
mengontrol murid sebenarnya adalah murid itu sendiri. Walaupun tampaknya
guru sedang mengontrol perilaku murid namun pada sejatinya murid
mengizinkan dirinyan dikontrol. Dari hal tersebut butuh motivasi instrinsik dari
murid untuk menciptakan keyakinan kelas agar murid bisa melakukan sesuai
dengan motivasi dari dalam.

c. Perubahan segitiga restitusi. Yang semula saya menyelesaikan kasus


penyimpangan dengan cara mengintervensi murid dengan menunjukkan sisi-
sisi kesalahan dari berbagai sudut pandang, sekarang keyakinan saya
berubah dengan menstabilkan identitas dari orang yang gagal menjadi orang
yang sukses.

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan


konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas
maupun sekolah Anda?
Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam
moduk budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah
menggunakan segitia restitusi dengan posisi kontrol sebagai manajer. Dan
hambatan dan tantangan saya masih berbenturan pada beberapa guru yang
masih berparadigma bahwa kontrol penghukum adalah Tindakan yang paling
efektif untuk mendisiplikan murid. Sehingga saya butuh pendekatan khusus
secara persuasif untuk berdiskusi dalam membangun pemahaman tentang
disiplin positif dan budaya positif.

4. Bagaimana perasaan anda ketika mengalami hal tersebut?

Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut, saya merasa mempunyai


kewajiban untuk menyebarkan pemahaman tentang budaya positif baik di
kelas maupun di sekolah. Terutama pada hal paradigima kontrol penghukum
dan penggunaan segitiga restitusi dalam setiap pemecahan penyimpangan
yang terjadi pada murid. Saya merasa mempunyai kewajiban kepada setiap
warga sekolah untuk menyebarkan pemahaman bahwa setiap murid
mempunyai kebutuhan dasar, dan jika kebutuhan dasar tersebut terpenuhi
maka tidak aka nada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Maka dari
tersebut untuk memenuhi segalam kebutuhan murid dalam hal
penyimpangan tentunya dibutuhkan segitiga restitusi yang bisa menstabilkan
identitas sampai pada keyakinan diri murid.

5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep


tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu
diperbaiki?

Hal baik yang sudah saya lakukan yaitu adanya peraturan yang sudah
mengikat, tinggal bagaimana saya mengubah peraturan tersebut menjadi
sebuah keyakinan, baik keyakinan kelas maupun keyakinan sekolah.

Adapaun hal yang perlu saya perbaiki yaitu mengubah mindset diri saya
sendiri agar saya bisa menjadi posisi kontrol sebagai penghukum dan
pemberi penghargaan menjadi sebuah guru yang bisa mengambil peran
sebagai manajer.

6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid,


berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda
pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari
modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda
sekarang? Apa perbedaannya?

Sebelum mempelajari modul ini saya sering mengambil kontrol sebagai


penghukum dan pembuat merasa bersalah. Namun setelah saya
mempelajari modul 1.4 ini saya lebih cenderung merubah posisi kontrol
sebagai manajer sehingga akan membangun identitas murid yang awalnya
sebagai orang yang gagal menjadi orang yang sukses.

7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan


segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika
iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda
mempraktekkannya?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan segitiga resitusi,


namun beda instilah saja dan Langkah-langkah tidak teratur serta tidak ada
tujuan dan indikator yang jelas. Sehingga apa yang saya lakukan tanpa arah
dan tujuan. Dan outpun dari apa yang saya lakukan tidak berdasarkan pada
keyakinan kelas dan tidak termotivasi pada dalam murid, motivasi saya
hanya bagaimana murid bisa disiplin dan tidak melanggar peraturan dan
mengabaikan motivasi intrinsiknya.

8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah


hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses
menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Tentunya ada, yaitu berkolaborasi dengan semua pihak agar bisa


mendukung dan menciptakan budaya positif. Kolaborasi bisa berbentuk
komunikasi intens dengan kepala sekolah, teman sejawat, wali murid dan
sebagainya. Komunikasi tersebut juga berbentuk persamaan persepsi antara
semua warga sekolah sehingga bisa jadi satu visi dan misi dalam
menciptakan budaya positif.

Anda mungkin juga menyukai