Anda di halaman 1dari 55

Assalamualaikum Wr Wb

Mira Widya Ratnasari S.Pd


GURU KELAS V
SD Negeri 2 Undaan
Kabupaten Malang
BUDAYA POSITIF
Kesimpulan mengenai
peran saya dalam
menciptakan budaya
positif di sekolah
Serta keterkaitannya dengan materi
sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan
Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan
Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru
Penggerak.
Profil Pelajar Pancasila diharapkan menjadi
pegangan untuk para pendidik di ruang belajar
yang lebih kecil. Profil ini tidak hanya dimiliki oleh
murid berprestasi secara akademik atau murid
yang menonjol dalam bakat lainnya, profil pelajar
Pancasila ini diharapkan dimiliki oleh seluruh murid
kita di dalam kelas.
Kaitannya visi guru dengan pemikiran ki hajar dewantara
adalah pendidik wajib menerapkan konsep pemikiran dari ki
hajar dewantara dengan memberikan teladan hidup dan
kehidupan, mendampingi anak dengan rasa menyenangkan.
memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang sesuai
kodrat alam dan zamannya serta memberikan dukungan dan
mendorong anak dengan kepercayaan dirinya menjemput
kebahagiaan hidup.
Terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah
menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-
baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus
hati,
Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak
mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai
kebahagiaan dan keselamatan. Dengan demikian Visi Diri atau
visi guru penggerak harus sejalan dengan pemikiran ki Hajar
dewantara tersebut.
Keterkaitan visi dengan nilai dan peran guru
penggerak adalah visi harus mampu mencerminkan
nilai dan peran dari guru penggerak untuk
mewujudkan profil pelajar pancasila. Perlu saya
sampaikan bahwa sebagai guru penggerak memiliki
nilai yaitu Belajar berpihak pada murid, inovatif,
kolaboratif, mandiri dan Reflektif.
Jika pendidik sudah menerapkan nilai dan peran
guru penggerak dalam proses pembelajaran dan
ingin mewujudkan visi guru penggerak memerlukan
inkuiri apresiatif yang terjabarkan dalam metode
BAGJA.
Filosofi Pemikiran Ki hajar Dewantara yang
didukung dengan nilai dan peran guru serta
diterapkan dengan visi yang terjabarkan dalam
strategi BAGJA akan melahirkan budaya positif di
sekolah.
Budaya positif tersebut dapat dijalankan dengan
menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin
positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan
penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan
sekolah/kelas, serta segitiga restitusi dalam
penyelesaian masalah
Disiplin Positif
Membentuk disiplin positif di lingkungan kelas diperlukan keyakinan
kelas. Keyakinan kelas dibentuk dengan kesepakatan bersaman
anggota kelas yang di dasarkan atas nilai-nilai Kebajikan universal
dan menekankan pada keyakinan diri serta memotivasi dari dalam.
Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan
keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian
peraturan tertulis tanpa makna.
Disiplin Positif
Disiplin positif bertujuan membentuk tanggung jawabnya. Melalui
disiplin positif pengajar menuntun anak didik buat mempunyai
perilaku tanggung jawab dan berdasarkan tindakan atau nilai-nilai
Profil Pelajar Pancasila Inilah tujuan akhir berdasarkan pendidikan
disiplin positif. Disiplin positif tidak menggunakan sanksi atau
paksaan namun lebih membentuk pencerahan diri akan tanggung
jawab diri menjadi warga sosial.
Teori Kontrol
Menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan,
bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. Dalam
penerapanya pendidik akan dihadapkan pada konflik
yang ada di lingkungan. Oleh karenanya pendidik
perlu membekali diri dengan Kontrol diri.
Teori Motivasi
Sebagai sebuah kemauan, dorongan, minat maupun
hasrat seseorang yang begitu besar yang datangnya
bisa dari dalam diri sendiri maupun dari faktor
eksternal lain.
Motivasi Perilaku Manusia
1. Motivasi untuk menghindari ketidaknyaman atau
hukuman.
2. Motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan
dari orang lain
3. Motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya.
Motivasi Perilaku Manusia
1. motivasi untuk menghindari ketidaknyaman atau
hukuman.
2. Motivasi untuk mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain

Motivasi Eksternal
Motivasi Perilaku Manusia
Motivasi Internal
Motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Hindari hukuman dan pemberian penghargaan yang berlebihan


agar meminimalisir motivasi eksternal dalam diri murid
Posisi Kontrol Seorang Guru
Penghukum Teman

Pembuat merasa
Bersalah Pemantau

Manager
Posisi Kontrol Seorang Guru
Posisi kontrol manager memberikan kebebasan kepada siswa untuk
Manager
menemukan diri mereka sendiri, bertanggung jawab atas masalah yang
mereka hadapi dan menemukan solusi terbaik. Sehingga nilai-nilai guru
seperti kemandirian, inovasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpihak pada
siswa sangat sesuai dalam mendukung dengan posisi kontrol manajer.
Guru dengan kualitas manajerial berarti dapat menerapkan nilai-nilai dan
peran guru yang baik di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Keyakinan Sekolah/Kelas
Keyakinan merupakan suatu nilai-nilai keselamatan atau kesehatan, yaitu nilai-
nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari
latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Nilai-nilai kebajikan yang
menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari
dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan
keyakinannya, dari pada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis
tanpa makna. Pembentukan keyakinan sekolah/kelas dengan cara mengubah
kalimat-kalimat dalam bentuk negative menjadi positif.
Segitiga Restitusi dalam Penyelesaian Masalah
Segitiga restitusi merupakan tiga langkah yang digunakan untuk
melakukan restitusi. Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada
prinsip-prinsip utama dari teori kontrol yaitu: 1) Menstabilkan identitas
teori kontrolnya : kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita
lakukan. 2) Validasi tindakan yang salah teori kontrolnya semua perilaku
memiliki alasan. 3) Menanyakan keyakinan teori kontrolnya: kita semua
memiliki motivasi internal.
Dari konsep yang sudah dijabarkan tersebut, yang paling menarik bagi
saya dan diluar dugaan adalah masalah pemberian penghargaan .
Memberikan penghargaan hampir sama nilainya dengan menghukum
seseorang. Padahal tujuan kita memberikan pengharagaan untuk
memotivasi siswa agar lebih semangat mancapai target yang diberikan.
Selain itu yang diluar dugaan adalah 5 posisi kontrol. Ternyata selama ini
kita sering berada di posisi penghukum dan juga posisi pembuat rasa
bersalah. Menurut kita itulah tindakan yang tepat agar murid berubah.
Ternyata itu tidak benar.
Perubahan yang terjadi
pada cara berpikir saya
dalam menciptakan
budaya positif di kelas
maupun di sekolah
Dari materi yang sudah saya pelajari dan telaah, saya pribadi
bepikir bahwa untuk menciptakan budaya positif di kelas
maupun disekolah harus melibatkan siswa dalam merencanaan
hingga melaksanakan budaya positif dengan harapan
mewujudkan kelas atau sekolah yang nyaman aman positif
berdasarkan keyakinan kelas atau sekolah yang kita yakini
bersama. Selain itu, saya lebih mampu menahan emosi saya
ketika menghadapi siswa yang melakukan indisipiliner.
Pengalaman seperti apakah
yang pernah saya alami
terkait penerapan konsep-
konsep inti dalam modul
Budaya Positif baik di lingkup
kelas maupun sekolah saya
Pengalaman yang saya alami dalam penerapan konsep modul
budaya postif ini yaitu pada saat saya mempunyai keinginan
untuk menyelesaikan permasalahan pelanggaran yang telah
dilakukan oleh peserta didik yaitu saya meletakkan posisi saya
sebagai manajer terkadang sikap saya berbenturan dengan
budaya sekolah yang terbiasa menghukum siswa sebagai
langkah ampuh selama ini untuk membentuk disiplin peserta
didik.
dan apa yang saya lakukan di anggap suatu hal mustahil untuk
diterapkan di sekolah. Karena diancam dengan hukuman, murid
tidak berubah apalagi tidak diberi hukuman samasekali. Maka
dari itu, saya memerlukan pendekatan khusus dalam
mensosialisasikan hal ini kepada teman sejawat.
Bagaimanakah perasaan saya
ketika mengalami hal-hal
tersebut
Perasaan saya lebih tertantang untuk mengimplementasikan
posisi guru sebagai menejer dan menerangkan segitiga restitusi
dalam meyelesaikan beberapa kasus indisiplioner peserta didik.
Karena dengan menempatkan kepada peserta didik untuk
melatih mempertanggungjawabkan perilaku dan mendukung
menemukan solusi atas permasalahannya.
Menurut saya, terkait
pengalaman dalam penerapan
konsep-konsep tersebut, hal
apa sajakah yang sudah baik?
Adakah yang perlu diperbaiki
Menurut saya yang sudah baik adalah saya sudah mencoba
menerapkan konsep tersebut sehubungan dengan siswa yang
melakukan indisipliner. Saya sudah mulai menyelesaikan masalah
dengan menerapkan segitiga restusi. Namun yang perlu saya
perbaiki adalah, saya akan menyusun kesepakan kelas bersama
murid saya sehingga lebih memudahkan saya dalam
menerapkan segitiga restitusi ini.
Sebelum mempelajari modul ini, ketika
berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5
posisi kontrol, posisi manakah yang paling
sering Anda pakai, dan bagaimana
perasaan Anda saat itu? Setelah
mempelajari modul ini, posisi apa yang
Anda pakai, dan bagaimana perasaan
Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Selama ini posisi kontrol yang sering saya terapkan adalah
sebagai penghukum dan pembuat rasa bersalah. menurut
perasaan saya saat itu, posisi itulah yang cocok dilakukan agar
murid jerah dan tidak mengulangi lagi perbuatannya. Saya
melakukan terkadang dengan emosi yang meledak ledak.
Sehingga saya merasa sangat jauh dengan murid saya. Namun
setelah mempelajari modul ini, saya memakai posisi sebagai
meneger.
Perasaan saya setelah melakukannya, saya seperti orang yang
sangat bijaksana dan perhatian kepada murid saya. Perbedaan
yang saya rasakan ketika menerapkan posisi sebagai
penghukum, murid saya semakin jauh dengan saya, mungkin
mereka menganggap saya musuh sehingga ada rasa dendam.
Saya semakin sulit untuk mengendalikannya. Setelah
menerapkan posisi sebagai meneger, saya merasa lebih dekat
dengan murid saya, dan saya lebih mudah mengendalikannya.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah
Anda menerapkan segitiga restitusi ketika
menghadapi permasalahan murid Anda?
Jika iya, tahap mana yang Anda
praktekkan dan bagaimana Anda
mempraktekkannya?
Pernah, tapi saya melakukan tidak secara keseluruhan, yang
sering saya lakukan adalah validasi tindakan yang salah. Saya
bertanya kepada murid apa yang dia lakukan dan bertanya
tahukah murid apa yang dilakukan itu ssialah. Kalau sudah tahu
berarti murid harus dihukum dan diberi sangsi sesuai dengan
peraturan sekolah.
Selain konsep-konsep yang
disampaikan dalam modul ini,
adakah hal-hal lain yang menurut
Anda penting untuk dipelajari
dalam proses menciptakan budaya
positif baik di lingkungan kelas
maupun sekolah?
Hal yang menurut saya sangat penting untuk memujudkan
budaya positif di lingkungan kelas atau sekolah yaitu bagaimana
cara menjalin Kerjasama dengan orang tua murid agar bisa
membersamai murid di rumah untuk menumbuhkan budaya positif
di dalam diri murid. Karena tanpa bantuan keluarga, apapun yang
dilakukan di sekolah hanya berlaku untuk di sekolah saja.
Sehingga, sulit membentuk profil pelajar Pancasila dalam diri
murid. Dan sulit menciptakan budaya positif di sekolah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai